Mualimin Melawan: Sosok Kritikus yang Loyalis

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Muhammad Mualimin atau Tum Ali, biasa saya memanggilnya begitu, merupakan sosok teman dalam diskusi dan sahabat setia dalam perjuangan kehidupan. Saat banyak orang melihat sosok Mualimin sebagai sang pembangkang, pemberontak, saya melihat Tum Ali sebagai orang yang unik dan punya loyalitas tinggi.

Saya berteman dengan Tum Ali sudah 5 tahun lebih. Berawal dari forum LK2 HMI yang kami ikuti bareng pada tahun 2014. Setelah itu kami menjadi teman akrab dan sama-sama berproses di HMI walau beda cabang. Saya dari HMI Cabang Jakarta Raya, sedangkan Tum Ali di HMI Cabang Jakarta Selatan.

Tum Ali merupakan pemuda asal Tuban yang kuliah di Jakarta. Tepatnya di Fakultas Hukum Universitas Al azhar Indonesia (UAI). Dia pernah semasa kuliah mendapat ancaman pencabutan beasiswa karena mendemo kampus menuntut transparansi anggaran DKM dan mengkritik sangat keras dosen pembimbingnya.

Selain itu, karena sifat kritis dan watak pemberontaknya, dulu dia mendapat sanksi akademis berupa penghangusan nilai semua mata kuliah di satu semester. Jadi satu semester nilainya nol semua. Tapi dia tak pernah kapok. Tetap melawan dan konsisten sampai sekarang.

Namun begitu, Tum Ali juga memiliki prestasi di kampus yang hingga hari ini belum bisa ditandingi junior-juniornya. Salah satunya pada 2013 juara III Debat Mahasiswa Hukum Se–Jabodetabek di Universitas Pancasila. Dia mendapat piala yang diberikannya pada kampus yang memusuhinya.

Dia adalah pendekar sejati silat PSHT. Yang pantang mundur bila merasa benar. Begitulah Tum Ali dengan segala keunikan, ketabahan dan jiwa pejuangnya. Dia ikhlas berjuang untuk tegaknya kebenaran di muka bumi.

Saya banyak belajar dari sosok Mualimin. Sifat pemberontak dan kritisnya saya kira sangat sulit ditandingi. Keteladanannya sebagai manusia merdeka yang konsisten melawan senioritas, sukar ditiru oleh kader-kader HMI masa kini.

Mungkin kader hari ini ada yang kritis, tapi tak sedalam dia dan Tum Ali sangat kokoh mempertahankan prinsip. Tum Ali tidak pernah segan mengkritik siapapun. Dia tidak takut ancaman yang diberikan lawan-lawannya. Mulai dari pejabat tinggi, hingga sesama kader HMI, termasuk juga instruktur lain dan termasuk saya juga di BPL PB.

Tum Ali saat ini merupakan Wasekum Bidang Kurikulum dan Pelatihan BPL PB HMI. Sebelumnya dia menjabat Ketum BPL HMI Cabang Jakarta selatan dan Ketum Komisariat Al Azhar. Saat ini Tum Ali sudah hampir menyelesaikan Studi S2 Hukum Bisnis di Universitas Nasional (UNAS).

Walaupun Tum Ali memiliki Sifat keras dan cenderung pembangkang, namun memiliki jiwa setia kawan dan loyalitas tinggi yang belum pernah ku temui dalam diri orang lain. Dia sosok yang sangat memegang teguh apa yang dikatakannya, dan sangat setia dalam berteman. Sifat loyalitasnya saya kasih 2 jempol. Tum Ali adalah orang yang siap membantu teman dalam berjuang dan menghadapi halangan apapun.

Dunia Jurnalistik menjadi wadah Tum Ali dalam menyampaikan pendapat. Beberapa opini, kecaman, ide dan kritikan sering ditulisnya, dan dibagikan kemana-mana warganet di media sosial. Dan tak sedikit tulisan pendapatnya yang dibaca belasan ribu kali dan dikomentari oleh publik dari seluruh Indonesia.

Saya dan Tum Ali juga sering melakukan kegiatan bersama. Beberapa kali pernah kerja bareng, seperti di media Investigasi Law Justice. Karya tulis Tum Ali juga ada yang dijadikan Buku. Salah satunya buku esai berjudul “Demonstran Payah” terbit tahun 2016. Dia juga sebentar lagi akan merilis buku novel berjudul “Gadis Pembangkang”. Minggu ini bisa dinikmati penggemarnya yang banyak tersebar seluruh Indonesia.

Karya tulis dan buku yang dibuat Tum Ali sangat mencerminkan jiwa dan sifat penulisnya. Melawan, memerdekakan, mencerahkan. Hampir semua bertemakan pemberontakan, kritikan dan perlawanan. Tak ayal ini yang menjadi awal dari nama “Mualimin Melawan” dan di instagram diikuti ribuan orang dari seluruh penjuru nusantara.

Saya sangat senang bisa memiliki sahabat seperti Tum Ali. Karena saya bisa banyak belajar darinya tentang arti perjuangan hidup. Sebagai seorang teman, saya selalu mendoakan Tum Ali semoga selalu membara di garis perjuangan. Sedikit masukan dari saya, kalau boleh Tum Ali menambahi dalam kritikannya, yaitu solusi yang konstruktif dan rendahkan sedikit nada-nada konfrontasinya.

Buku yang ditulis Mualimin selalu keras dan tajam seperti golok. Novel “Gadis Pembangkang” saya pikir sangat menarik untuk diikuti dan dinikmati ceritanya. Kader-kader wajib membedah dan mendiskusikannya. Semoga buku ini bisa memberi gambaran kenyataan HMI hari ini dan berguna bagi pembebasan kaum perempuan di Indonesia pada masa yang akan datang.

Penulis: Nur Cahyono (Ketua Umum BPL PB HMI 2018-2020)

- Advertisement -

Berita Terkini