Novel Gadis Pembangkang Diciptakan untuk Lawan Senioritas

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Muhammad Mualimin atau biasa dipanggil Mualimin Melawan adalah seorang kader HMI yang dikenal luas sebagai orator, pembangkang, sosok yang keras, frontal, kurang beretika, penulis dan seorang yang memiliki cara pandang berorganisasi sangat beda dari aktivis lain. Dalam artikel yang dia buat, sering kali menyerang kaum elit pejabat organisasi dengan kritikan yang tajam dan keras.

Di sisi lain, Mualimin juga seorang Instruktur BPL PB HMI. Master Melawan ini tidak jarang juga mengkritik instruktur, baik di dalam kepengurusan maupun di dalam training.

Dengan berbagai fakta dan kontroversi itulah membuat sosok Mualimin dikenal berbagai mahasiswa di tanah air, khususnya kaum aktivis, terlebih khusus kader HMI sendiri pastinya. Hal itu juga yang membuat Mualimin dikagumi oleh banyak mahasiswa, terkhusus kader HMI, tapi banyak juga kader HMI yang tidak suka dengan sosoknya.

Saya pribadi mengenal Mualimin sejak awal 2017, kurang lebih sudah 3 tahun sampai sekarang. Saya bertemu pada saat kegiatan Intermediate Training (LK2) HMI Cabang Lebak, Banten (waktu itu statusnya masih cabang persiapan) bersama kawan–kawan instruktur lain seperti: Master Deni, Master Tiba, Master Yogi, Master Abu Jihad, Master Agus, Master Ilham Fatria, Master Didi Ciputat, Master Fauzan Muzakki, Master Hola dan Master Nur Cahyono selaku Koordinator MOT.

Selama training LK2, saya perhatikan tidak ada yang berbeda dari sosok Mualimin. Dalam artian, ya seperti halnya para instruktur lain, sikapnya dan perilakunya normal–normal saja. Tidak ada sikap dan perilaku layaknya seorang pemberontak. Mungkin karena saya baru pertama bertemu dan belum mengetahui sosok sebenarnya seperti apa, atau mungkin juga karena situasi dan kondisinya pada saat itu di arena Training.

Pasca dari LK2 Lebak, saya dan Mualimin saling berbagi informasi di sosial Media dan berbagi kontak HP dan WA. Dan saat itulah saya mulai mengenal lebih sosok Mualimin baik di media sosial dan juga media komunikasi (WA dan HP). Ternyata ada kepribadian dan sifat lain yang dimiliki Mualimin, kurang lebih seperti yang dikenal oleh khalayak umum saat ini.

Selama saya mengenal Mualimin, saya sering melakukan komunikasi dengannya. Mulai dari pembicaraan biasa, hingga bertukar pikiran dan pandangan terkait perkaderan di HMI. Terlebih saat ini beliau merupakan Sekum Bidang Kurikulum dan Pelatihan BPL PB HMI dan saya Departemennya.

Banyak hal yang saya jadikan pelajaran dan referensi dalam kegiatan di perkaderan HMI yang berasal dari tulisan–tulisan dan pendapat Mualimin Melawan, baik di media sosial, maupun dari diskusi saya dengan Lelaki anggota PSHT itu. Salah satunya mengenai sikap tidak suka dengan arogansi senior atau juga budaya senioritas. Dalam hal ini, banyak hal yang saya sepakati walau ada juga yang tidak saya sepakati.

Saya sangat setuju kalau paham senioritas di HMI harus dihilangkan keberadaannya. Karena saya menilai sistem senioritas membuat kader HMI kehilangan independensinya. Karena dengan kita memiliki kecenderungan kepada salah satu senior atau kita sebagai senior menjadikan junior sebagai pengikut kita, maka yang terjadi adalah berkurangnya objektivitas kader dalam menilai suatu kebenaran.

Dan hal tersebut membuat nilai–nilai independensi HMI jadi berkurang karena kader secara sadar ataupun tidak sadar, telah dibatasi oleh penilaian subjektif mereka.

Namun, hal yang tidak saya sepakati adalah cara Mualimin dalam menyikapi masalah senioritas. Saya baca dari tulisan yang ada, dan juga diskusi, beliau menyikapi hal tersebut dengan cara yang cukup frontal dengan mengkritik keras para senior (lebih ke senior personal) sehingga kesan yang dimunculkan adalah sikap melawan atau sikap bertentangan.

Mungkin ini juga yang menjadi cikal bakal nama Mualimin Melawan. Saya lebih berpandangan bahwa senior itu salah satu perpustakaan HMI karena Senior adalah kader HMI yang telah berproses lebih dahulu dari kita. Maka dari itu, kita sebagai kader baru tidak ada salahnya untuk menjadikan senior sebagai tempat kita belajar serta menjadi bahan riset kita untuk HMI di masa depan.

Banyak hal yang berkesan bagi saya dari sosok Mualimin, namun saya lebih terkesan dan sepakat terkait senioritas HMI yang harus diberantas, karena saya memiliki pandangan yang hampir sama dengan Mualimin terkait itu.

Saya tidak anti dengan senior. Saya banyak melakukan kerjasama dengan senior. Namun saya tidak setuju dengan paham sebagian senior yang menganut sistem senioritas. Dimana paham senioritas yang saya maksud adalah paham yang menjadikan kader Junior sebagai pengikut senior, atau kita diajak untuk menjadi pengikut senior.

Sebuah novel yang berjudul: “Gadis Pembangkang” karya Mualimin Melawan adalah suatu karya yang saya yakin banyak ditunggu, karena novel ini adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kaum penindas perempuan yang dilakukan oleh laki-laki tak bermoral. Satu buku yang layak dinikmati bagi kaum yang merasa tertindas, dan kurang layak bagi kaum yang menindas dan tak bermoral.

Penulis: Arief Fadillah (Instruktur HMI Cabang Bukit Tinggi)

- Advertisement -

Berita Terkini