Pesta Berujung Nestapa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Semua terasa berbeda, senyum-senyum orang yang kukenali seakan kini menjadi senyuman sinis. Tak ada yang tulus sejak kejadian itu. Setelah Pesta Demokrasi itu semuanya berubah. Dinamika-dinamika yang mereka mainkan tetapi mereka juga tak bisa menyelesaikannya.

Aku heran padahal semua ini hanya pesta, seharusnya pesta itu berujung bahagia bukan malah jadi menambah musuh atau menambah permasalahan.

Aku bosan melihat semua yang terjadi satu persatu kebahagiaan hancur karena ego.

Rumah ku hancur seketika karena dinamika demokrasi yang dimainkan. Takk tau mana yang benar dan salah. Tapi semua tak mau di salahkan mereka tak mau mengintropeksi diri masing masing, malahan saling menjelekan satu sama lain.

Tujuan memang tetap satu, cara mencapainya yang berbeda. Emosi makin hari makin menjadi, bukan diselesaikan dengan akal malah berujung dengan baku hantam dan saling jauh-jauhan.

Awal cerita dulu saat aku masuk untuk pertama kali ke rumahku, aku disambut senyum-senyum manis perjuangan sehingga hatiku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.Tak terbesit aku menggila akan jabatan, politik, dan uang. Aku hanya ingin berproses, itu yang kupikirkan.

Tapi setelah proses kumasuki, cintaku serasa direnggut, senyum-senyum perjuangan pun hilang menjadi senyum sinis kebencian.

Ada apa dengan rumahku saat ini ? Orang-orang di dalam mengokotorinya dengan ego dan lebih mengedepan eksistensi. Aku tidak tahan Melihat semua ini, aku hanya ingin rumahku seperti awal kumasuki.

Buat para Kanda dan Yunda, udahan yok, jangan rusak rumah ini lagi. Mari saling merangkul satu sama lain. Seperti kata Ibnu Arsib; tiada gunanya gaduh. Menang jadi wabah, kalah jadi sampah.[]

Penulis: Putri Br Parangin-Angin

- Advertisement -

Berita Terkini