Tanjungbalai Butuh Gagasan Nyata bukan NATO

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pada Rabu 23 September 2020 sebagian rakyat Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi yaitu Pemilihan Kepala Daerah di beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia.

Tidak terkecuali sebuah kota di Sumatera Utara yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia yaitu Kota Tanjungbalai. Saat ini, Kota Tanjungbalai dipimpin oleh Syahrial sebagai Walikota dan Ismail sebagai Wakil Walikota yang periode sebentar lagi habis.

Terlebih dahulu mengulas secara singkat tentang yang Tanjungbalai agar calon pemimpin kota yang identik dikenal dengan sebutan “kota kerang” mampu memahami situasi, kondisi serta mampu memberikan gagasan yang eksekusinya lebih nyata dan cepat ketimbang sebatas “wacana”.

Pertama dari penduduk, berdasarkan hasil Proyeksi, jumlah penduduk di Kota Tanjungbalai pada tahun 2018 sebesar 173.302 jiwa yang terdiri  dari 87.277 jiwa penduduk laki-laki dan 86.025 jiwa penduduk  perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 37.053 rumah  tangga yang tersebar di enam kecamatan. (sumber: Data BPS Tanjungbalai: Statistik Penduduk Kota Tanjungbalai 2018)

Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah  Kecamatan Teluk Nibung. Hampir seperempat penduduk Kota  Tanjungbalai bertempat tinggal disana. Sedangkan daerah yang  paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan yang hanya mencakup dua puluh persen dari jumlah penduduk keseluruhan.
Penyebaran penduduk Kota Tanjungbalai tidak merata di seluruh daerah, terlihat dari kepadatan penduduk yang berbeda-beda pada masing-masing kecamatan.

Melihat kondisi yang seperti, seharusnya pemimpin yang sekarang sudah mempunyai planning atau perencanaan sehingga kalau tidak mampu menyelesaikannya dapat dilanjutkan periode kedua (apabila dipercaya rakyat kembali) dan/atau pemimpin yang baru, sehingga pembangunannya tidak stagnan atau buat wacana baru lagi.

Kemudian dari sektor tenaga kerja yang berdasarkan hasil Sakernas 2018, jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di Kota Tanjungbalai sebesar 116.219 orang, diantaranya 81.626 adalah angkatan kerja dan 34.593 bukan angkatan kerja. (Sumber: Data BPS: Statistik Tenaga Kerja Kota Tanjungbalai 2018)

Ditambah lagi, Tahun 2018, Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Tanjungbalai mencapai 5.58 persen. Angka ini lebih tinggi  0.08 persen dari angka tahun lalu. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 5.58 persen  berarti bahwa terdapat 5.58 persen penduduk yang termasuk Angkatan kerja tetapi masih belum bekerja. Ini merupakan permasalahan yang hingga detik ini pemimpin kota ini, belum mampu menyelesaikan atau memberikan solusi yang berbentuk eksekusi atau tidak berdayanya mewujudkan visi-misi yang sudah dirangkai menjelang kontestasi.

Dan terakhir yang tidak kalah pentingnya ialah sektor pendidikan. Mengutip ucapan Nelson Mandela (Pejuang Afrika Selatan) yang mengatakan bahwa Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Sehingga secara tidak langsung, peranan pendidikan sebagai bentuk investasi manusia (human investment) serta untuk menyelesaikan masalah di Tanjungbalai.

Akan tetapi, antara Das Sollen dengan Das Sein saling bertolak belakang. Dapat dilihat dari data BPS Tanjungbalai tentang Indikator Pendidikan 2018 yang menyatakan sebagai berikut: dari jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan di jenjang SD sederajat ada sekitar 23,99 persen dan yang menamatkan  pendidikan tingkat menengah pertama ada sekitar 20,14 persen dan hanya sekitar 5,80 persen tamatan pendidikan tingkat perguruan tinggi (D-I s/d S2). Hal ini dapat diartikan bahwa dari setiap 100 orang penduduk berusia 10 tahun ke atas, hanya sekitar 5 atau 6 orang diantaranya berpendidikan D1 atau seterusnya.

Sangat prihatin melihat data tersebut, dimana dirata-rata jenjang pendidikan, jenjang Sekolah Dasar yang paling tinggi ditamatkan itupun dibawah 30%.

Padahal jumlah sekolah di Tanjungbalai sudah banyak dan untuk jenjang perguruan tinggi, beberapa kampus ada di Tanjungbalai , disekitar Tanjungbalai sebut saja Asahan juga ada beberapa kampus. Lalu, mengapa permasalahan pendidikan ini tidak bisa dituntaskan?

Mungkin saja minimnya perhatian Pemerintah disektor pendidikan, terutama bagi anak Tanjungbalai yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Misal, yang kuliah di Asahan. Apakah Pemerintah sudah menyediakan fasilitas pendukung seperti beasiswa atau lain sebagainya?. Supaya tidak terjadi kesenjangan dengan yang menempuh pendidikan di ibukota provinsi atau luar provinsi. Pemerintah Kota Tanjungbalaui harus segera melakukan evaluasi dan pecepatan peningkatan pendidikan.

Untuk persoalan ketenagakerjaan, Pemerintah diharapkan bukan hanya membuka lapangan pekerjaan, melainkan memberikan inovasi dan pelatihan kepada masyarakat (bukan seremonial belaka) yang terus difollow up sehingga mempunyai keterampilan khusus seperti dibidang perikanan yang akan mengembangkan kreatifitas pengolahan ikan sehingga nilai jual bertambah serta mampu melahirkan enterpreneur atau wirausaha yang dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Persoalan ini harus segera dituntaskan. Maka menjadi tantangan baik bagi petahana maupun penantang untuk menyiapkan dan memberikan gagasan (Visi-Misi) yang solutif dan implementasi dari gagasan. Sehingga visi-misi yang disampaikan disaat kampanye tidak disebut NATO ( No Action Talk Only).

Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa. Gurindam Dua Belas 12: “Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa” Maknanya: Berjasalah bagi Negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa.

Penulis : Syaiful (Mahasiswa Universitas Asahan)

 

- Advertisement -

Berita Terkini