Radikal yang Salah Masuk Kamar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Lhokseumawe – Radikal?, kata yang sudah begitu viral di era ini, dari pusat kota sampai pinggir desa semua orang sudah mengenalinya.
Bahkan, tak jarang kata yang sudah “seksi” Itu diumbar sana sini, salah ucap dikata “ah kau ni Radikal”, berbeda dalam berbusana ” Aduh Radikal kali kau genk”.

Ampun dah, Radikal sudah begitu tenar namanya, yang bahkan kaum elite pun menjadi latah, hingga persoalan busana pun jadi parameter seseorang itu radikal.

Bahkan juga tak jarang, orang tua jadi melarang anak berbusana tertentu, yang takut anaknya masuk dalam arena keradikalan.

Hingga berakibat, arti dan penempatan kata “Radikal” Itu juga sudah di pelesetkan.

Sementara, dalam memproduksi kata, ada tahap awal yang menjadi pabrik pengolahan yakni “rasio/logika”, yang perlu masuk dalam tahap pengolahan sebelum menyebutkan dan bertindak ” Sesuatu yang tampak, apa Radikal atau bukan? “.

Logika adalah ilmu penalaran, Kesadaran proses penalaran ini merupakan pintu masuk ke dalam kesadaran (lihat filsuf Ned Block).

Tapi entah kenapa yang pada dasarnya nalar itu penting, namun radikal kerap sekali di umbar kesana sini tanpa mengontruksi ulang, yang ucapan tak sesuai dengan tujuan.

Menurut Teori korispodensi (corespondence theory of truth)  menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. (Buka : Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan)

Menurut etimologi, KBBI KEMENDIKBUD V, Radikal memiliki 3 pengertian :
1.) secara mendasar (sampai kepada hal prinsip)
2.) amat keras menuntut perubahan
3.) maju dalam berfikir atau bertindak.

Ke-3 pengertian itu pun sama sekali tak punya definisi buruk, yang bahwa prasangka selama ini Radikal itu dinobatkan sebagai aliran keras, atau tak kenal batasan, yang pada intinya buruk lah, udah buruk di anggap merusak lagi.

Penempatan Radikal selama ini tak punya relevansi dengan apa yang di sasarkan, ya pada intinya kata radikal sudah salah masuk kamarnya sendiri.

Radikal tentu berbeda dengan anarki, dan bahkan tak punya hubungan darah dengan pakaian/busana mana pun, baik niqab/cadar, cingkrang, atau bahkan bikini.
Karena penggunaan pakaian sesuai dengan selera, yang memperhatikan budaya dan ajaran dari agama.

Dan aku bersaksi dengan 3 pengertian dasar, Tidak ada pikiran yang baik selain Radikal.

Ditulis oleh : Arwan Syahputra
Mahasiswa Hukum Tata Negara Universitas Malikussaleh

- Advertisement -

Berita Terkini