Membangkitkan Kembali Semangat Sumpah Pemuda di Era Milenial

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sumpah pemuda 1928 sebagai tonggak kebangkitan pemuda indonesia yang selalu diperingati sebagai bagian penting dari munculnya semangat nasionalisme kebangsaan pemuda di era Pra kemerdekaan, selain itu sumpah pemuda juga menjadi tonggak perlawan bersama dalam berjuang membebaskan negeri ini dari penjajahan. Oleh sebab itu memperingati sumpah pemuda hanya melakukan ceremony belaka akan tetapi untuk merestorasi kembali semangat persatuan bangsa yang kadang terkoyak oleh isu-isu sectarian dan kedaerahan.

Sumpah pemuda sudah berusia 91 Tahun dan cukup tua, akan tetapi bagi bangsa indonesia semangat sumpah pemuda akan selalu up to date di sepanjang zaman. Sebab isu-isu persatuan harus terus menjadi bahan nasionalisme kebangsaan indonesia dan harus pula menjadi bahan bakar bagi semangat setiap generasi ke generasi dalam menjaga bangsa ini agar senantiasa tetap utuh dalam bingkai persatuan dan kesatuan dan tidak tergerus oleh isu-isu sectarian dan kedaerahan yang merusak tatanan persatuan itu
sendiri.

Dewasa ini, isu perpecahan kembali marak mulai dari isu disintegrasi bangsa hingga isu sectarian yang digiring seolah-olah isu-isu nasionalisme dengan semangat 1928 tidak relevan lagi bagi Kaum milenial, negara dianggap gagal melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mereka yang menginginkan negeri ini hancur membangun narasi-narasi kontra persatuan dan dampak yang dirasakan sangat luar biasa di Tahun 2019 adalah terbelahnya kekuatan masyarakat karena konstestasi politik.

Pemilu 2019 adalah puncak polarisasi masyarakat dalam isu-isu persatuan, bangsa ini nyaris tenggelam oleh konflik akibat pemahaman yang keliru dalam memandang Indonesia, dan isu-isu sectarian dengan narasi destruktif hampir saja membuat negeri ini terbelah. Celakanya, lagi generasi milenial menjadi korban penyakit akut ini, terutama generasi milenial yang Ahistoris terhadap sejarah bangsa, mereka menelan mentah-mentah propaganda-propaganda anti persatuan yang sectarian hasilnya, nilai persatuan bangsa yang harus hengkang dalam benak anak muda milenial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi alur pemikiran kaum milenial yang kontra produktif dengan ide pemuda 1928 diantara adalah kurangnya pemahaman nasionalisme dikalangan kaum milenial karena budaya instanisme, sehingga kalangan milenial minim kepedulian dalan menjaga nilai-nilai persatuan dan tentunya para perusak mental masuk mengacau fikiran anak muda yang terjangkit virus instanisme dengan nilai-nilai baru yang bertentangan dengan nilai persatuan.

Factor kedua adalah kurangnya pemahaman ideology pancasila sebagai landasan hidup bernegara sehingga kaum milenial cenderung parsial dalam memahami Pancasila yang sejak awal kemerdekaan menjadi pondasi sikap anak bangsa dalam kehidupan bernegara. Selain itu pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kerap tidak dipahami secara utuh sehingga Pancasila dianggap pedoman yang kurang lengkap dan dianggap bertentangan dengan doktrin absolut. Dan minimnya pemahaman semangat persatuan 1928 sebagai landasan nasionalisme bagi kalangan Milenial akan membuat kalangan milenial mudah disusupi oleh faham-faham yang anti nasionalisme dan generasi milenial menjadi kaum yang cekak dalam memahami nasionalisme, sebaliknya kerja-kerja
penyadaran pentingnya nilai persatuan 1928 akan membuat kalangan milenial lebih peduli pada persatuan bangsa dan Negara dengan menegasikan segala perbedaan dan mengarah pada tujuan tunggal yaitu persatuan bangsa Indonesia.

Saat ini semua pihak dituntut melakukan langkah-langkah konkrit agar semangat pemuda 1928 tetap tertanam dalam dada anak bangsa terutama kalangan milenial, beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan menekankan kepada lembaga lembaga pendidikan agar senantiasa menanamkan rasa nasionalisme kepada setiap anak didik sedini mungkin dan pembekalan harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

Ketiga adalah dengan menanamkan rasa bangga menjadi bangsa indonesia, sebagai bangsa yang besar dan tidak harus membandingkan bangsa indonesia dengan bangsa lain karena setiap bangsa memiliki kebanggaan masing-masing dan rasa bangga menjadi bangsa Indonesia tentunya akan menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi milenial.

Terakhir adalah dengan terus memberikan pemahaman wawasan nusantara bagi kalangan milenial, mereka harus disadarkan bahwa negeri ini dengan banyak keragaman mulai dari suku bangsa, etnis, bahasa, agama dan keyakinan, dan indonesia adalah negeri yang telah menyelesaikan kerja-kerja penyatuan atas segala keragaman, semua perbedaan manunggal dalam satu doktrin Bhinneka Tunggal Ika sehingga segala perbedaan dapat diterima dalam bingkai saling menghargai dan menghormati meski terdapat perbedaan karena perbedaan di bisa di satukan oleh rasa saling memiliki di setiap anak bangsa.

Jika semangat Pemuda 1928 tetap terjaga dalam dada generasi milenial maka persatuan indonesia tidak akan pernah terkoyak oleh apapun dan kapanpun. Tidak lekang di makan zaman dan tak rapuh di makan hujan dan panas. Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa untuk Indonesia Jaya.

Oleh : Meryl Rouli Saragih

*Penulis adalah anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan

- Advertisement -

Berita Terkini