Gerakan Mahasiswa, Jangan Khianati Rakyat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Nusantara – Berbicara mengenai mahasiswa sangat identik dengan kaum intelektual, mahasiswa merupakan salah satu elemen sosial kritis yang memiliki peran penting dalam setiap proses dinamika bangsa ini. Mahasiswa dipandang sebagai lokomotif perubahan sosial, sebab kehadiran mahasiswa membawa pencerahan dan memberi harapan perbaikan ditengah–tengah masyarakat. Mahasiswa tidak hanya dikenal sebagai kaum intelektual, tetapi juga bagian dari kaum penggerak perubahan. Mahasiswa selalu terpanggil hati dan jiwanya ketika melihat kesenjangan di lingkungan sosialnya.

Isu seputar perubahan, revolusi, dan reformasi selalu dikaitkan dengan mahasiswa, dengan nama besarnya, mahasiswa selalu berada digarda terdepan untuk melakukan perubahan. Dalam setiap perubahan disana pasti ada aktor–aktor pemeran, mahasiswa telah mencatatkan tinta emas dalam sejarah dengan membuktikan diri sebagai aktor penting dalam perubahan itu, mereka selalu merasakan detak jantung penderitaan rakyat yang selalu memberontak menuntut perubahan, disini lah mahasiswa tampil sebagai musuh bagi kezaliman dan ketidakadilan.

Perubahan yang diusung mahasiswa dan pemuda sangat bervariasi, tetapi secara umum mereka tampil dengan gerakan ekstra–parlementer. Mereka melakukan aksi dan demonstrasi dengan berani berjemur di bawah terik matahari, terbiasa dengan rasa haus dan lapar, bahkan berani mengorbankan jiwa dan raga demi satu selogan yaitu perubahan. Suara hati nurani mahasiswa berkumandang dalam hati rakyat.

Perjalanan negeri ini yang selalu dimotori oleh pergerakan mahasiswa, dimulai pada tahun 1908 terbentuknya Boedi Utomo yang menjadi wadah untuk kaum intelektual pada saat itu, gerakan ini paling tidak telah menjadi wadah kegelisahan kaum intelektual kampus kala itu ketika melihat fenomena sosial disekitarnya. Berikutnya dikenal pula gerakan mahasiswa Tahun 1966, bahkan Presiden Pertama RI Soekarno tumbang ditangan mahasiswa tahun 1966, begitu pun Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun akhirnya dipaksa mundur oleh gerakan mahasiswa pada tahun 1998, sekaligus mengakhiri kepemimpinan otoriter Soeharto dan membumihanguskan rezim orde baru.

Pada saat kepemimpinan orde baru masih banyak gerakan – gerakan yang dilakukan mahasiswa seperti peristiwa Malari, menanggapi isu – isu korupsi, kolusi, dan nepotisme, aksi mahasiswa yang menolak kenaikan BBM. Semua gerakan mahasiswa ini hanya untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Gerakan mahasiswa pada saat itu juga begitu tajam sehingga bisa mengubah kebijkan yang tidak pro – rakyat.

Namun berbeda dengan saat ini, dibumi pertiwi tercinta ini gerakan mahasiswa hanya seperti angin lalu keberadaaannya tidak digubris oleh pemerintah. Meskipun mahasiswa melakukan aksi besar – besaran untuk menolak kebijakan pemerintah yang tidak pro – rakyat namun kebijakan tersebut akan tetap dijalankan. Disini terlihat gerakan mahasiswa begitu tumpul sehingga tidak mampu mengetuk pintu hati penguasa.

Ini artinya gerakan mahasiswa saat ini menjadi gerakan semu alias palsu, gerakan mahasiswa tidak murni dari hati nurani untuk melakukan perubahan, tapi karena faktor lain yang tidak esensial dibalik perjuangan mahasiswa.

Penulis berasumsi bahwa gerakan mahasiswa saat ini antara memperjuangkan rakyat atau memperjuangkan isi perut, mahasiswa saat ini lebih cenderung opurtunis dan pragmatis, sehingga gerakan yang dilakukan akan surut bila ada “sesuatu” yang menguntungkan. Gerakan mahasiswa telah bersemi menjadi kebohongan nurani.

Untuk mengakhiri tulisan ini penulis mengajak kaum intelektual kampus, aktivis kampus, mari sama- sama kita luruskan niat untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, masyarakat sangat membutuhkan suara–suara mahasiswa yang rela berkorban jiwa dan raga untuk menolak kebijakan yang tidak pro–rakyat. Kita terlahir dari rahim seorang rakyat, sudah sewajarnya pula kita berjuang untuk rakyat demi terwujdnya kebijakan pro-rakyat, ketidakadilan ada untuk dilawan dan biarlah hidup tersisihkan daripada harus hidup dalam kemunafikan. kita masih yakin mahasiswa adalah kaum yang cerdas yang tidak akam menjual idealismenya demi kesenangan sesaat jangan pernah menjadi penghianat gerakan, Kembalikan semangat reformasi dan semangat revolusi.

Penulis adalah Abdillah Fahmiza Nasution Founder Rumah Peradaban

- Advertisement -

Berita Terkini