Mahasiswa Lebih Baik Memegang Cangkul Bersama Rakyat, Daripada Berjabat Dengan Pejabat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Sumatera Utara – Sebagai Kaum yang mengemban amanah ‘agent of sosial control’ yang dalam bahasa sederhananya ‘Pembawa Perubahan Sosial’, memang sudah lazimnya Mahasiswa aktif dan berpatisipatif terkait kondisi dan situasi yang di hadapi masyarakat, terkhusus soal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Menurut Ahli, yang Dikutip dari www.gurupendidikan.co.id menurut Knopfemacher (Dalam Suwono, 1978) yang mengatakan :
‘Mahasiswa merupakan insan-insan yang menjadi calon sarjana dengan keterkaitannya akan suatu perguruan tinggi, yang di didik dan juga di harapkan akan menjadi calon-calon intelektual’.

Dalam hal ini, substansi yang dapat diambil adalah bahwa mahasiswa masuk dalam ranah pendidikan untuk mendapatkan intelektual.

Penggunaan intelektualitas mahasiswa, tidak terlepas dari seberapa besar pengaruhnya dalam masyarakat, terkait kontribusi sosial dan caranya dalam mengadvokasi rakyat, inilah yang menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari mahasiswa itu sendiri, yang terus berbuat banyak untuk rakyat walau memegang cangkul sekalipun.

Pada dasarnya, setiap mahasiswa dikader bukan untuk berkuliah semata-mata melainkan ada pendidikan non formal, ekstra Kampus, yang menjadi kan diri nya lebih berwawasan menjadi mahasiswa utuh, dan inilah disebut “Organisasi”.

Setiap mahasiswa yang telah dikader di organsisasi dan turut ikut latihan pengkaderan, pendidikan dasar dsb nya, dapat dipastikan terbentuk menjadi seorang pejuang yang namakan ‘Aktivis’.

Atas nama aktivis itulah, mahasiswa selalu dalam garda terdepan dalam mengadvokasi rakyat, baik terjun kelapangan membenahi masyarakat, maupun turun ke jalan menuntut hak hak rakyat.

Sejarah juga telah mencatatkan, perjuangan mahasiswa di Indonesia ini sudah menjadi rahasia umum, Sumpah pemuda Dengan peristiwa ‘Arek Arek Surabaya’, Reformasi 1998 yang menggulingkan rezim otoriter, dan itu sudah membuktikan pengaruh besar mahasiswa terhadap rakyat Indonesia.

Namun sekarang ini, dalam kacamata realitas, masih ada bentuk mahasiswa yang lebih bangga berafiliasi dengan pejabat, bahkan dengan membawakan gelar aktivis mahasiswa nya.

Hal itu tidaklah salah, namun sangat disayangkan ketika mahasiswa ikut andil bersejawat dengan pejabat (Berfose Ria, padahal rakyat masih membutuhkan) maka dipastikan tidak ada ruang bagi nya untuk memberikan interupsi, Kritik terkait kebijakan yang dilakukan pejabat pemerintah, karena ‘idealisme yang dimilikinya itu telah tergadaikan’ terlalu cepat.

Tidak ada yang dapat dibanggakan dari seorang mahasiswa saat mempunyai banyak relasi dalam dunia birokrat, tapi saat ia mampu berkontribusi untuk rakyat, terus mengawasi pelaksanaan program pemerintah, disinilah letak bangga dalam diri mahasiswa itu sendiri.
Karena mahasiswa dititip, sebagai kaum pemberi perubahan, bukan kaum yang menjilati kekuasaan.

(Ditulis oleh Arwan Syahputra, Kepala Departemen Advokasi dan Kajian Strategis BEM FH Unimal, dan Koordinator Aktivis Millenials Medang Deras Batu Bara)

- Advertisement -

Berita Terkini