Milenial Penentu Arah Demokrasi, Begini Kata KPU

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Salah satu bentuk demokrasi di Indonesia adalah pemilihan umum, dimana masyarakat dengan rentang usia tertentu dapat menentukan pilihan siapa pemimpin di negeri ini selama satu periode kedepan baik itu tingkat daerah, provinsi maupun nasional,

Oleh karenanya, Rumah Milenial yang digagas oleh Imam Syhuada Akbar melakukan gerakan sadar terhadap Kaum Milenial dengan menggelar diskusi Interaktif pada Sabtu (12/1/2018) di warkop Fayonesse Jalan RS Haji Medan.

Imam Syuhada Akbar selaku Founder Rumah Milenial mengatakan bahwa Milenial merupakan suara terbesar pada pesta demokrasi saat ini namun beberapa tipikal milenial cukup memberikan kekhawatiran pada kita bersama dimana mereka bisa saja menjadi orang-orang yang tidak begitu perduli dengan pesta demokrasi saat ini dan cenderung apatis.

“Mereka yang mendapatkan informasi dari berbagai arah dikarenakan mereka sangat ahli dalam menggunakan dunia digital seperti internet dan media sosial, namun kurang bisa memilih dan memilah informasi yang benar dan tidak benar,” ungkap pria berkacamata itu.

“Semakin tinggi kecepatan teknologi dalam menyampaikan informasi, Sambung Imam, semakin gila kita ketika kita menyerap semua informasi tersebut, maka dari itu milenial harus pintar-pintar memilih dan memilah informasi sehingga tidak terjebak pada hoax dan isu-isu negatif,” jelasnya kepada MUDANEWS.COM.

Selanjutnya, dikatakan Yulhasni selaku fungisonaris KPU menyampaikan di dalam dialog tersebut, proses berjalannya pemilu mengalami beberapa perubahan dimana saat ini dilakukan secara serentak, walaupun pemilu serentak ini memiliki banyak pro dan kontra tetapi inilah yang berlaku saat ini.

“Masyarakat yang berhak memilih adalah mereka yang terdaftar sebagai pemilih tetap yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap di Komisi Pemilihan Umum, saat ini kondisi unik terjadi pada kontestasi pemilu serentak kita saat ini,” cetusnya

Kemudian ia juga mengatakan, dimana lebih dari 40% total daftar pemilih tetap adalah mereka yang biasa disebut dengan generasi milenial, para ahli sosiologi memiliki perbedaan dalam mengkelompokkan milenial, namun umumnya milenial adalah mereka yang lahir disekitaran tahun 1980-an sampai 1990-an.

Yulhasni juga melihat bahwa Ekspresi politik yang dimiliki setiap generasi memiliki chiri khas yang berbeda-beda, ekspresi politik milenial biasanya berbentuk enjoyfull dan colourfull, dimana ekspresi yang disampaikan santai tidak terlalu tegang dan cenderung menyenangkan juga penuh dengan warna-warna.

“Saya melihat bahwa Milenial terbilang kreatif dalam menunjukkan ekspresi politiknya, beropini tidak hanya sekedar lewat tulisan dan media massa konvensional melainkan lewat kreatifitas yang bebas seperti gambar, film, lagu, kata-kata indah, senda gurau yang kaya makna,” tuturnya.

Namun sangat disayangkan juga, sambung Yulhasni, Kondisi milenial yang setiap hari terpapar gadget ini menyebabkan milenial sedikit kehilangan karakternya, tantangan milenial saat ini sebenarnya tidak hanya lokal dan nasional tetapi juga pasar bebas melalui dunia digital secara internasional dan sekali lagi bahwa musuh terbesar generasi milenial adalah hoax.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara menyebutkan bahwa dari total Daftar Pemilih Tetap di Sumatera Utara 30% adalah pemilih berusia dibawah 40 tahun yaitu generasi milenial, KPU menyadari kondisi milenial yang rentan terhadap golput pada pesta demokrasi 17 April 2019 nanti. Berita Medan, MN

- Advertisement -

Berita Terkini