Pensiunan PTPN IV Bah Jambi, Siap Menangkan H Rusdi Lubis (2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Pematang Siantar – Sambil mengungkap kenangan, H Rusdi mengatakan, dulu di muka Medan Club kecil, di sulap menjadi musala, ada MCC, ada gedung pertemuan di Medan itu tanah garapan, lalu disikatnya garapan itu untuk dibangun disitu jadi icon PTPN 4 (masa lalu sebelum menjadi PTPN II) .

“Bapak bu sekalian, kalau kita menyusuri kehidupan ini pak, sejak kita dalam rahim ibu , di tiupkan Allah SWT ruh di usia 4 bulan, lantas kita bergerak, berapa juta sel telur yang ada, yang jadi cuma satu, lantas kita keluar, berarti kita adalah dari hasil perjuangan. Kita semua ini pejuang. karena dari rahim ibu kita sudah disebut pejuang. Lalu kita keluar juga disebut pejuang. Tapi dalam kita berjuang keluar dari rahim ibu, ada yang membantunya, yaitu dokter/bidan, atau kalau di kampung disebut dukun beranak. Bearti ada orang lain yang membantu, dengan demikian kita hidup berjuang tanpa bantuan orang lain, kalau ada yang bilang aku berjuang sendiri itu omong kosong, pasti disana langsung ada bantuan orang lain, orangtua, guru, lingkungan dan semua kita dikatagorikan orang lain, dengan demikian kita tidak bangga melihat orang lain sukses,” ujar H Rusdi.

Itu artinya dia menantang kodrat tuhan, karena manusia diciptakan tuhan bukan mahluk pribadi. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, kalau mahluk pribadi tidak ada artinya diciptakan. Tuhan menciptakan manusia yang harus dibantu. Ini lah yang harus ditolong, jadi hubungan vertikal dalam Islam Hablum MINALLAH Hablum Mina naas. Dengan demikian manusia itu terbukti mahluk sosial jadi kita bangga jadi orang yang sukses dan bernilai bermanfaat.

“Kemudian ketika saya jadi penguasa, ketika saya jadi pejabat itu, saya punya kekuasaan, saya bisa bantu-bantu orang. Saya bisa berbuat yang luar biasa, saya bisa merasakan dengan apa yang saya berikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bermanfaat bagi kehidupan. Tapi setelah saya pensiun, membantu orang itu kok susah karena apa ? Ternyata karena tak punya lagi kekuasaan. Kalaupun kita bisa bantu orang hanya dibagikan infak atau sodaqoh, itupun kebutuhannya hanya sesaat, sehari atau sebulan lamanya, atau untuk membantu orang dalam jangka panjang, dengan kita bantu masukan kerja, kita bangun pikiran bisnis, itu untuk jangka panjang sampai jauh. Maka atas dasar itulah, kalau dipikir-pikir, apa saya ingin jadi anggota DPRD, tidak punya kekuasaan tapi bisa mempengaruhi kekuasaan,” ucap H Rusdi.

H Rusdi pun mengatakan, bahwa sampai umurnya 56 tahun, ianya tidak mau apa-apa lagi. Namun rupanya terkabul semua pertolongan Tuhan.

“Terlampau tenang hidup saya pak. Saya main golf, jalan sana, jalan sini, senang kali , apa ini hakekat sebagai manusia di hadapan Allah SWT, apa ini ketika saya masih punya energi walaupun umur 61 tahun, energi saya bertekad supaya bernilai kembali,” tegasnya.

Jadi dengan menghadirkan semangat dalan diri kita, adalah sebuah keharusan, tidak boleh tidak semangat, sedangkan semangat belum tentu berhasil, apalagi kalau tidak semangat, kadang-kadang yang mempengaruhi diri kita, adalah yang merusak diri kita adalah kita sendiri.

“Maka bukan orang lain, kita inventarisir diri kita ini, kekuatan dan kelemahan pada diri kita. Dan perlu semangat untuk kekuatan diri kita ini, kelemahan kita, kejelekan kita janganlah terus menjadi kejelekan, dirobahlah menjadi sebuah kekuatan. Hadirkan yang disebut dengan semangat. Kita yakin bahwasanya kita mampu menggapai cita-cita, orang lain bisa, kok saya ga bisa. Padahal diberi otak, diberi pikiran, diberi semangat semua sama, memang kalau orang yang kaya, yang hebat tidak bangga karena orang tuanya ada, tapi yang hebat adalah orang yang bangkit ketika jatuh, pasang surut kehidupan kita senantiasa harus bangkit. Tapi kalau kita begini aja, siapa yang mau maju, maka hadirkanlah yang disebut semangat, dimana hadirnya dan datangnya semangat itu? Dari keluarga, dari keluarga kita, famili kita, kok aku kayak gini terus ya. Maka aku harus bisa memberikan nilai, Aku harus membantu keluargaku, gak boleh aku seperti ini. Kita harus menyadarkan diri kita sendiri, tidak boleh seperti ini,” tutur H Rusdi.

Lalu H Rusdi pun mengatakan, dulu ketika masih berada di kampung, saya bercita-cita terjun dengan rakyat, karena itu cita-cita itu, H Rusdi jadi tukang pangkas. Karena apa , karena cepat cair hepeng tu, dan apa yang kita lihat selanjutnya, inilah untuk generasi muda, tapi untuk anak-anak pun perlu.

“Ya gitu maksudnya , sudah kita jadi karyawan sampai pensiun apa dapat terukur, sama dengan orangtua kita, kalau kena narkoba lebih parah akibat susahnya buat orangtua kita, sekarang saya tanya, saya terpanggil saja ya pa, sebenarnya kalau cerita dukungan pasti bapak ibu dukung saya, namun saya ingin berbagi cerita tentang semangat generasi muda,” ujarnya.

Ketika jadi direktur, H Rusdi berharap Tuhan memberikannya petunjuj agar bisa berbuat. Karena tekadnya ingin meningalkan kisah sebagai karyawan yang sukses dan supaya bisa ingat, itulah cita-cita seorang H Rusdi.

“Satu filosopi dalam hidup saya, jangan cepat menjawab pada diri sendiri. Belum menjawab sudah bilang salah, itu salah, langkahkan dulu Yes jangan No. Maka ketika Yes, Alhamdulillah ketika dibilang No, cari strategi baru,” terang H Rusdi.

Hal di atas adalah menjadi pengharapan H Rusdi, jangan patah semangat, karena untuk berbuat baik tidak boleh patah semangat.

Caleg DPRD Sumut dari Partai Hanura Nomor urut 1 dapil Pematang Siantar dan Simalungun itu juga mengingatkan agar kaum ibu kerja itu jangan makan gaji, kerja pengusaha yang tidak makan gaji, ada yang makan gaji 7 jam kerja sana pengusaha, maka jadi pedagang itu bisa diambil menjadi perbandingan. Berita Siantar, Lana

- Advertisement -

Berita Terkini