Detik-detik Pilkada, Masyarakat Jangan Mau Dicekoki Rupiah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Bentuk dukungan untuk Politisi semakin kreatif, karangan bunga hingga spanduk, bahkan curahan status yang ditorehkan di dunia maya baik itu Facebook dan media massa lainnya.

Menilik jelang Pilkada serentak khususnya di kabupaten Batubara masing-masing Tim Sukses (Timses) Mulai mengharumkan nama jagoannya.

Ya begitulah salah satu cara untuk membuat para calon agar disukai dan dipilih oleh mayoritas masyarakat Batubara. Pertarungan politik sudah dimulai, masing-masing pakar pemenangan kini berperan untuk memenangkan jagoannya.

Mari kita kilas kebelakang tentang pemimpin Batubara sebelumnya, sesuai porsi dan tanggapan anda masing-masing. Kali ini penulis ingin menceritakan sedikit sadar akan Pilkada.

Tahun ini, adalah tahun politik dengan adanya pilkada serentak yang dilaksanakan pada bulan Juni mendatang. Bagi saya politik adalah kehidupan, setiap sendi kehidupan tentu kita akan melakukan politik.

Namun, ada sebagian orang beranggapan politik itu kotor, “Ya sah-sah saja, karena itu adalah hak mereka mengartikan apa itu politik.

Kemarin, tepatnya malam hari dengan cuaca yang begitu dingin sehingga hasrat untuk menyeruput kopi begitu kuat. Lalu saya menyegerakan untuk beranjak ke sebuah warung kopi.

Tak sengaja, saya bertemu dengan teman seperjuangan di meja yang sama dengan minuman yang sama, kami pun mulai bercerita dan berdiskusi ringan mengenai hangatnya perpolitikan dalam seputar pilkada di kabupaten Batubara.

“Tampaknya ada 4 calon bupati yang akan berlaga di kabupaten Batubara, mungkin kita sudah tau siapa saja nama-namanya,” ungkap beliau.

“Harus kita sadari, masyarakat kita sedikit yang mengetahui tentang hangatnya pilkada Batubara apalagi ibu-ibu rumah tangga dan orang-orang tua, bahkan pemuda pun acuh tak acuh persoalan ini”. Bagaimana tanggapanmu? sontak ia bertanya kepada saya.

Memang ada benarnya kau katakan, bahwa dalam ajang ini memang sedikit yang lebih mengetahui perpolitikan di kabupaten Batubara.

Beberapa hari lalu, saya coba untuk mensurvei diberbagai dusun dan desa. Masing-masing desa saya ambil sampel 5 orang untuk menanyakan tanggapan mereka soal pilkada.

Nyaris, mereka hanya mengatakan, “Siapa yang memberi imbalan pasti itu yang saya pilih, jika tidak ada maka untuk apa saya memilih,” ungkapnya.

Pendapat ini juga tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, “semua tergantung dengan imbalan”.

Hal ini, menunjukkan betapa rendahnya landasan mereka persoalan pilkada ini. Tahukah anda, dengan harapan seperti itu akan membawa dampak negatif untuk karakter pemimpin yang hanya menghandalkan duit untuk membeli suara mereka.

Singkatnya, teman saya beranggapan, bahwa jika masyarakat memilih karena dicekoki rupiah oleh politisi. Maka, logikanya masyarakat memilih bukan karena rekam dan jejak karir para calon serta program yang dipersiapkan. Mungkin minoritas masyarakat berpikir tentang ini.

Sadarkah kita, ketika dia membeli suara rakyat dengan rupiah butuh berapa duit yang akan dikeluarkannya, maka, tidak menutup kemungkinan korupsi akan terjadi. Alhasil, perkembangan di daerah terhambat pembangunan terbengkalai.

Mari kita berpikir jauh kebelakang sebelumnya tentang awal terbentuknya kabupaten Batubara hingga saat ini. Apa yang terjadi? Tidak sedikit masyarakat mengeluh tentang kemajuan daerah baik segi ekonomi, pendidikan, pemberdayaan dan yang paling vital saat ini adalah infrastrukturnya.

Apa gunanya Rupiah yang di kasih untuk sekedar pelepas dahaga dan lapar sesaat yang dampaknya nanti akan jauh lebih buruk kedepannya yang jauh dari kata kesejahteraan.
Untuk itu, lebih baik kita berpikir bijak dalam menyikapi dan menentukan pemimpin di ajang pilkada ini.

Ada istilah yang nama Serangan Fajar, sehari sebelum pemilihan masyarakat diberi imbalan rupiah. Sungguh menyedihkan jika menangnya sang pemimpin dengan cara ini dan lebih menyedihkan lagi masyarakat yang menerima imbalan ini.

Apakah kita tidak memikirkan dampak negatifnya? Apakah kita tidak belajar dari pengalaman? Mari kita berpikir, mari kita sadar akan hal ini.

Rupiah yang dikasih tidaklah seberapa, hanya sesaat tapi, dampak negatifnya pastilah ada teruntuk kita. Selain dosa, Allah juga murka dengan pemimpin seperti ini.

Untuk itu, detik-detik pilkada ini harusnya lebih bijak dan berpikir rasional, jangan seperti apatis, jangan menjadi penjilat, jangan pula diam dan tidak berperan dalam memilih pemimpin untuk Kabupaten Batubara. Opini Sumut, Alvian

Penulis adalah alumnus mahasiswa FIP Unimed

- Advertisement -

Berita Terkini