Demokrasi Butuh Kejujuran: Jujur Melahirkan Rahmat, Dusta Melahirkan Laknat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Dr. H. Arifinsyah, M.Ag

MUDANews.com – Demokrasi adalah satu sistem ketatanegaraan, dimana partisipasi rakyat sangat dibutuhkan dan menjadi peran penting dalam menentukan siapa pemimpin masa depan. Demokrasi yang diharapkan sesunguhnya adalah,  proses yang dilalui tidak hanya stuktural dan formal, tapi yang paling penting adalah substansial dari demokrasi itu sendiri.

Demokrasi stuktural dan formal yang dimaksud hanya terlaksana mengikuti regulasi yang ada, tidak menyangkut proses siapa yang memilih dan siapa yang dipilih yang layak menjadi pemmpin. Sedangkan demokrasi substansial, tidak hanya stuktural dan formal, tetapi yang paling utama adalah adanya pendidikan politik bagi rakyat, agar memilih pemimpin yang dia tahu betul track record, akutabelitas, kualitas, seorang pemimpin yang akan dia pilih nantinya.

Dengan demikian, baik paslon maupun pemilih termasuk panitia (KPU) dalam hal ini,  haruslah berlaku  jujur dalam mengimplementasikan tupoksinya masing- masing. Hemat penulis, pelaksanaan demokrasi kita saat ni masih jauh dari substansi. Alasanya masih muncul feneomena diskriminasi, money politik, dan penggeraan masa yang black Campaing (kampanye hitam). Jika ini diteruskan akan melahirkan pemimpin- pemimpin yang tidak jujur, berlaku miring, dan terkesan otoriter. Sebab kehadirannya sebagai penguasa dengan proses dan cara yang tidak jujur.

Apa yang terjadi di negara ini sekaranag adalah, lebih mendominasi penguasa dari pada negarawan. Yang kita sangat cemaskan dan khwatirkan, akan bertemu pada satu titik kulminasi kejenuhan rakyat terjadap pemimpinnya, dan kehilanagan kepercayaan rakyat kepeda pemimpinnya yang tidak menutup kemungkinan akan menjadikan chaos.

Solusi yang ditawarkan adalah, berlaku jujur dalam meraih hati rakyat untuk mendapatkan kekuasaan, dan rakyat dilatih, dibina, diberi pemahaman untuk memilih pemimpinnya juga secara jujur sesuaia dengan hati nuraninya. Hal ini sesuai dengan pendekatan islam bahwa, rakyat yang memilih sesuai hati nurani dan pemimpin yang menerima amanah  melakukan warisan- warisan misi suci maka negri itu akan diberikan Allah SWT, keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firmanya dalam Alquran:

“Dan sekiranya penduduk bumi ini beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” [QS. Al-A’raf: 97]

Bukan malah sebaliknya, terpilihnya pemimpin yang disebabkan oleh faktor koneksi, kepentingan kelompok, arus besar politik atau iming- iming penguasaan sumber daya ekonomi. Megapa, karena kalau itu terjadi maka penguasa yang  menjadi pemimpin lebih rakus, serakah, lebih otoriter, dan tidak menutup kemungkinan dia merasa bahwa kedudukanya itu adalah bagian kepentingan untuk mempekaya diri dan kelompoknya, sehingga rakyat menagis dan merintih merasakan penderitaan yang berkepanjangan.

Sesungguhnya hasil pemimpin yang seperti ini tidak dikehendaki oleh demokrasi pancasila. Sementara indonesi adalah negara yang berdasarkan nilai – nilai pancasila yakni; ke-Berketuhanan, berkemanusian, ke-bereradaban, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Saran kami dalam tulisan ini kepada pembaca, yang akan mengadakan pemilukada serentak tahun 2017 ini, untuk menggunakan hati nurani dan fikiran yang jernih memilih paslon baik gubenrnur, bupati ataupun walikota, agar negeri ini terhindar dari bencana yang dahsyat.

Khusus bagi warga masyarakat DKI, agar bersatu padu baik secara batiniah maupun lahiriah menatap masa depan dan memilih pemimpin yang mampu menegakkan islam dan membahagiakan serta mensejahterakan umat islam, ’izul islam wal muslim.

Berangkat dari situasi objektif, kebangsaan dan kenegaraan indonesi terkini, kami berpendapat bahwa NKRI sedang menghadapi ancaman besar, baik secera Vertikal maupun Horizotal, dari dalam dan dari luar. Ancaman dari dalam yang kami maksud tersebut adalah, ganguan internal, baik sesama warga secara entitas, antara agama yang cendrung sara, maupun lintas partai politik dan komunitas tertentu dengan pemerintah, disampingan ancaman idiologi.

Sedangkan ancaman dari luar adalah kepentingan ekonomi global, dimana negara- negara kapitalis menjadikan indonesia sebagai target utama untuk memenuhi lumbung – lumbung ekonomi, memperkaya asing, sementara warga pribumi hidup dalam garis kemiskinan.

Kondisi itulah yang harus diwaspadai oleh elemen masyarakat indonesia, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, termasuk didalamnya prodak demokrasi yang melahirkan pemimpin – pemimpin ‘jahat’ yang nantinya akan merobohkan NKRI.

Wa Ma Tawfiqi Illa Billah,,

 

Penulis adalah Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN SU

Dr. H. Arifinsyah, M.Ag, Wakil Dekan I Fakultas Ushulluddin dan Studi Islam UIN SU/Sekretaris FKUB Sumut
- Advertisement -

Berita Terkini