Dewan Profesor UNS Gelar Seminar Nasional Kebangsaan, Bahas Peluang dan Tantangan Indonesia Emas 2045

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Surakarta  – Komisi III Dewan Profesor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Seminar Nasional Kebangsaan pada Jumat (31/10/2025). Kegiatan ini bertema “Menuju Indonesia Emas 2045: Peluang dan Tantangan Integrasi Bangsa di Era Disrupsi Global”. Acara berlangsung di _Ballroom_ Gedung Ki Hadjar Dewantara Tower UNS dengan menghadirkan para akademisi yang membahas arah pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Profesor UNS, Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D., menyampaikan pentingnya menanamkan nilai kebangsaan pada generasi muda. Menurutnya, meskipun Indonesia belum mencapai usia 100 tahun, persiapan menuju seratus tahun kemerdekaan harus dimulai sejak sekarang. Beliau menegaskan bahwa optimisme harus dibangun di lingkungan pendidikan tinggi agar generasi mendatang mampu menghadapi perubahan global.

“Kita harus siapkan. Bagaimana 100 tahun kedepan kita punya generasi yang betul-betul diharapkan para _founding fathers_. Kita harus menanamkan sebuah nilai yang tidak boleh luntur walaupun era sudah berubah total,” tutur Prof. Suranto.

Seminar ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Agung Wibowo, S.P., M.Si. Narasumber pertama adalah Prof. Irwan Trinugroho, S.E., M.Sc., Ph.D., yang juga merupakan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, Internasionalisasi, dan Informasi UNS. Beliau menyampaikan materi berjudul _“Prosperity, Equity_, dan _Institutional Quality_: Tantangan dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan Menjaga Integrasi Bangsa”. Prof. Irwan menyoroti isu ketimpangan ekonomi, kualitas institusi, dan kemajuan teknologi sebagai faktor penentu pembangunan nasional.

Prof. Irwan menjelaskan bahwa global _mega trend_ menjadi acuan dalam merancang visi Indonesia 2045. “Visi Indonesia 2045 disusun dengan mempertimbangkan dan untuk menghadapi tren besar dunia di 2045,” tutur Prof. Irwan

Beliau menambahkan bahwa teknologi seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan memperlebar ketimpangan sosial. Menurut riset yang dilakukan bersama timnya, kemajuan _fintech_ perlu diimbangi dengan regulasi tenaga kerja yang adil agar tidak menciptakan pengangguran baru. “Teknologi tidak boleh menjadi alat untuk kepentingan orang banyak, untuk mengambil keuntungan dari mereka yang sudah terpinggirkan, yang dapat memperlebar kesenjangan,” ujar Beliau.

Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA., selaku Ketua Dewan Profesor Universitas Diponegoro, memaparkan materi bertajuk “Perkembangan Teknologi Industri dan Masyarakat Digital: Tantangan dan Peluang”. Beliau menguraikan perkembangan industri dari 1.0 hingga 5.0 serta dampaknya terhadap masyarakat digital. Menurut Prof. Purwanto, era digital membawa tantangan berupa kesenjangan teknologi, disinformasi, dan polarisasi sosial. Fenomena ini juga membuka peluang besar untuk inovasi, ekonomi digital, dan kolaborasi global.

Prof. Purwanto menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul yang adaptif terhadap teknologi. Konsep _Society 5.0_ menurutnya harus menjadi landasan dalam merancang kurikulum pendidikan tinggi agar lahir generasi yang berdaya saing, kreatif, dan beretika. Beliau menutup sesi dengan ajakan agar dunia pendidikan terus berinovasi dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.

“Pendidikan 5.0 literasi teknologi kewirausahaan dan inovasi implikasi etis dan sosial interdisiplin pembelajaran seumur hidup. Konsep _Society 5.0_, dikembangkan di Jepang, menggambarkan visi masyarakat yang maju secara teknologi dengan tetap fokus pada kesejahteraan manusia,”ujar Prof. Purwanto.**(Red)

Berita Terkini