Mudanews.com Solo – Dua praktisi penulisan dan media massa berbagi pengalaman tips dalam ajang Pelatihan Penulisan Kolom Opini yang digelar pada Sabtu (18/10/2025) di Solo Kopi, mulai pukul 09.30 WIB hingga 12.00 WIB.
Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yakni Dr. Bramastia, M.Pd, seorang dosen Pascasarjana FKIP UNS Surakarta sekaligus Penulis opini yang sudah malang melintang di berbagai surat kabar baik lokal, regional maupun media nasional. Sementara narasumber kedua, Hamdani MW, Pemimpin Redaksi Joglosemarnews.com sekaligus penulis.
Pelatihan yang diinisiasi oleh Indonesian Community of Educational Action Researchers (ICEAR) dan Pro Akademia tersebut dihadiri oleh para dosen, peneliti dan masyarakat umum yang ingin meningkatkan kemampuan menulis opini agar layak dimuat di media massa.
Nur Arifah Drajati, selaku koordinator penyelenggara menjelaskan, pelatihan tersebut merupakan bagian dari segmen Pro Akademia: Menulis Kreatif yang bertujuan menumbuhkan tradisi berpikir kritis dan ekspresif melalui tulisan opini yang argumentatif, tajam, dan komunikatif.
“Sebenarnya, pelatihan menulis opini ini awalnya berangkat dari keprihatinan kami bahwa selama ini, hasil-hasil penelitian kami hanya berhenti di jurnal dan tersimpan di perpustakaan. Hanya dua tiga orang saja yang membaca hasil penelitian yang kami lakukan berbulan-bulan,” papar Nur Arifah dalam kata sambutannya.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, akhirnya Nur Arifah dan tim menggagas pelatihan penulisan opini tersebut, terutama untuk mendekatkan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat awam.
Langkah yang diambil oleh ICEAR dan Pro Akademia tersebut, demikian Nur Arifah, sejalan dengan paradigma baru yang dikembangkan oleh pihak kampus UNS, yakni penelitian yang berdampak. Paradigma tersebut, secara tak langsung mendorong hasil penelitian benar-bener ditarik keluar untuk kepentingan masyarakat.
Dalam pelatihan yang berlangsung secara hybrid tersebut, Dr Bramastia, M.Pd menjelaskan mengenai prinsip dan tujuan dasar menulis. Ia mengatakan, seseorang menulis dilatarbelakangi oleh berbagai motif, mulai dari motif untuk menambah income, ada yang menulis karena lebih condong untuk kepentingan seni.
“Ada pula yang menulis untuk sebuah idealisme untuk melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah, dan masih banyak motif lainnya,” papar Dr Bram.
Ia mencontohkan, dari sekian motif menulis, Dr Bram sejak awal memantabkan diri menulis sebagai sarana untuk mengkritik dan mengoreksi kebijakan pemimpin dan pejabat pemerintahan.
Bahkan, keterampilan menulis dapat digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan. Penulis perlu meluangkan waktu untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari dan bagaimana pengalaman sebelumnya untuk membantu perkembangan diri. Menulis atau membuat catatan refleksi juga dapat membantu dalam mengidentifikasi “area tulisan” yang perlu diperbaiki dengan saran, masukan atau kritikan,” papar Dr. Bramastia, M.Pd.
Riset Berdampak
Sementara itu, Hamdani MW lebih banyak mengupas mengenai teknis penulisan opini bagi para peliti. Ia menjelaskan bahwa peneliti secara tak langsung sudah memiliki gudang data yang sangat penting untuk dituangkan dalam tulisan opini. Masalahnya, menurut Hamdani, bagaimana seorang peneliti yang sudah terbiasa dengan sikap dan bahasa akademis, mampu menurunkan sedikit derajat akademisnya, lalu menggunaan bahasa populer untuk menulis di media massa agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat awam.
“Prinsip gampangnya, menulis opini itu menggunaan alur flash back. Apa kesimpulan dari hasil penelitian, itulah yang diangkat sebagai judul maupun lead opini, dan selebihnya tinggal menambahkan penjelasan-penjelasan di bagian tengah dan belakang,” beber Hamdani.
Pelatihan tersebut berlangsung interaktif, ditandai dengan adanya pertanyaan dari peserta baik secara online maupun offline. Ibu Dewi misalnya, kepada Dr Bramastia, M.Pd menanyakan seputar grafologi yang perlu dipahami oleh seorang penulis.
Sementara kepada Hamdani MW, ia menanyakan trik membuat judul penelitian yang bersifat ilmiah menjadi bahasa yang lebih cair. Ada pula, yang menanyakan tips membuat bahasa yang cair dengan cepat, karena selama ini mereka terjebak dalam sikap yang formal dan ilmiah.
“Karena menulis opini intinya adalah komunikasi, cara paling mudah untuk berlatih adalah menuangkan gagasan secara lisan, setelah itu baru dituangkan dalam bentuk tulisan,” papar Hamdani.**(Red)