Penulis: Nurul Azizah
Mudanews.com OPINI | Selamatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Selamatkan dari ulah para pengelola yang kurang pecus menangani MBG dengan baik. Jangan biarkan para siswa yang tidak berdosa berjatuhan karena keracunan. Awalnya program ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, mengatasi stunting dan masalah gizi lainnya. Program ini memberikan asupan gizi yang cukup kepada kelompok rentan seperti anak-anak di sekolah (PAUD, SD, SMP, SMA, MA, SMK). Selain aspek gizi program ini bertujuan untuk memberdayakan UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan menstabilkan harga pangan melalui pembelian langsung dari petani.
Tetapi pada kenyataannya mengapa MBG menjadi momok yang menakutkan dan trauma berkepanjangan manakala banyak siswa berjatuhan karena keracunan dari makan program MBG. Hal ini perlu dihentikan dulu untuk melakukan penyelidikan mendalam.
Sampel makanan yang menyebabkan racun perlu diperiksa oleh pihak berwenang, apakah ada unsur sengaja dan kelalaian sehingga menimbulkan keracunan.
Kalau keracunan MBG terus berlanjut bisa jadi itu merupakan simbol kelemahan Presiden Prabowo. Pengelola program MBG harus dipanggil dan diperiksa, mengapa sampai terjadi keracunan pada siswa.
Mulai dari kepala BGN (Badan Gizi Nasional), kementerian lintas sektor, pejabat di bawah kepala BGN yang didominasi oleh purnawirawan TNI yang notabene memiliki pengalaman di kementerian pertahanan, pemerintah daerah dan mitra serta pelaksana terkait.
Dimana kementrian terkait meliputi kementrian kesehatan, kementrian pendidikan, kementrian sosial, BPOM dan kementerian transmigrasi. Banyak sekali kementrian terkait, mengapa keracunan MBG bisa saja terjadi.
Terus kemana kepala daerah yang secara langsung mengawal program MBG yang bertanggung jawab dalam membentuk tim pengawas untuk memastikan program berjalan baik di daerah. Kemudian usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dilibatkan sebagai penyedia rantai pasok makanan bergizi untuk program MBG.
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) perlu juga dievaluasi kinerjanya, karena disinilah letak program MBG berjalan atau tersendat. Di dapur inilah perlu diperketat keamanan dan bahan yang dimasak agar sampai ke siswa tidak basi, ditolak siswa, bahkan ada makanan diantar ketika anak-anak sudah pulang sekolah.
SPPG menjadi ujung tombak dalam terlaksananya program MBG berjalan dengan baik. Jangan sampai keteledoran dan ketidakhati-hatian menyebabkan makanan menjadi busuk, dihinggapi lalat atau kecoa.
Bahkan laporan dari Kompas TV pihak dapur MBG Cijambu menduga penyebab keracunan siswa berasal dari menu daging ayam. Menurut laporan sekolah berdampak, daging ayam terlihat masih berbulu.
Di wilayah Bandung Barat, ratusan siswa dari PAUD hingga SMA/SMK harus mendapatkan perawatan medis usai menyantap menu MBG. Hal serupa juga terjadi Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Belasan siswa SD keracunan usai menikmati sajian MBG, yaitu di Cipongkor.
Kasus keracunan MBG di Jawa Barat dengan 2.012 kasus, Jawa Tengah 722 kasus, Bengkulu 539 kasus, Sulawesi Tengah 446 kasus (Sumber majalah Tempo). Sampai bulan September 2025 dilansir dari liputan6 com, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) telah mencatat sebanyak 6.452 anak menjadi korban keracunan MBG.
Lalu apa yang menjadi penyebab para siswa keracunan MBG? Setelah diteliti ternyata higienitas dapur dan kebersihan ruang produksi. Penyebab lain adalah suhu penyimpanan makanan dan makanan terkontaminasi dengan bakteri serta kualitas bahan baku dan air.
Yang perlu ditelusuri adalah sistem pelacakan atau traceabiliti yaitu penelusuran berapa jam makanan dibagi setelah diproduksi. Kalau lebih dari empat jam kemudian baru dibagikan maka MBG berisiko makanan rusak dan basi. Contoh masak jam dua dinihari dibagikan ke anak jam 11 siang, maka rasa makanan akan berubah, apalagi sudah dikemas dalam wadahnya.
Semua itu harus diteliti dan ditelusuri bagaimana ke depan siswa mendapatkan makanan yang menyehatkan dan bergizi.
Jangan sampai program MBG yang digadang-gadang oleh Prabowo ini menjadi program yang mudah disabotase untuk menjatuhkannya. Periksa semua pihak terkait dari kepala Badan Gizi Nasional sampai pejabat di bawahnya. Kepala daerah yang mengawal program MBG serta pihak terkait sampai ke dapur hingga pihak yang mendistribusikan MBG.
Banyak pihak yang menunjuk ke Prabowo bahwa program ini gagal dan kemudian ada wacana Prabowo Subianto dimakzulkan. Tentunya harus ada penelusuran mengapa program ini dinodai oleh sekelompok oknum yang tidak bertanggung jawab.
Tentunya Presiden Prabowo mempunyai tim untuk menyelidiki mengapa banyak siswa keracunan. Mengapa pemerintah belum mengambil langkah untuk membenahi program ini.
Atau jangan-jangan bisa juga kejadian ini menjadi jebakan Presiden Prabowo untuk mencari bukti kelompok siapa saja yang menyabotase program MBG secara kriminal.
Wallahu a’lam bishawab
Nurul Azizah penulis buku “Dari Perempuan NU Untuk Indonesia”