Dewan Profesor UNS Gelar _Talk Show_ “Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa: Menyemai Nilai Menjaga Martabat”

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Surakarta –  Dewan Profesor (DP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar _Talk Show_ yang bertema “Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa: Menyemai Nilai Menjaga Martabat”. Kegiatan ini bertempat di Lantai 11 Gedung Ki Hadjar Dewantara UNS Tower, Rabu (25/6/2025).

Kegiatan _Talk Show_ ini menghadirkan Gusti Kanjeng Ratu Wandansari yang biasa dipanggil dengan Gusti Moeng sebagai narasumber dan dihadiri para anggota Dewan Profesor UNS.

Dalam sambutannya Ketua Dewan Profesor UNS, Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa beberapa tokoh di Keraton Surakarta ikut berperan dalam pendirian UNS. Salah satu ciri yang unik, bahwa Universitas yang mencantumkan visi berbasis Budaya Nasional adalah UNS. Keraton Surakarta memberikan warna yang berbeda dalam mengembangkan budaya yang akan didiskusikan dan diintisarikan para Profesor dalam bidang akademik. Salah satu sejarah UNS, bahwa Rektorat UNS pertama kali berada di Sitinggih. Artinya, kampus UNS pertama kali bermula dari Keraton Surakarta.

Melalui _Talk Show_ ini, menjadi refleksi bahwa kampus UNS yang dulu berkolaborasi dan dapat menggali nilai-nilai luhur budaya Keraton Surakarta. “Dengan acara _Talk Show_ bertema “Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa: Menyemai Nilai Menjaga Martabat”, Dewan Profesor UNS mengucapkan terima kasih kepada Gusti Kanjeng Ratu Wandansari atau Gusti Moeng yang bersedia berbagi cerita dan pengalaman agar bisa dikaji dalam dunia akademik,” kata Prof. Suranto.

Sebagai narasumber utama, Gusti Moeng yang merupakan putri dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII dan Kanjeng Raden Ayu Pradapaningrum dari Kasunanan Surakarta. Gusti Moeng lahir pada tanggal 1 November 1960.

Acara _Talk Show_ dipandu Kepala PUI Javanologi UNS, Prof. Sahid Teguh Widodo, S.S., M.Hum., Ph.D. Dalam paparannya, Gusti Moeng menceritakan mengenai pengalaman pribadi dalam perjalanan hidup sebagai putri raja. “Satu hal yang bisa dipetik adalah nilai kejujuran bagi seorang pemimpin. Kejujuran dalam berbagai hal atau kejujuran dalam apa saja,” papar Gusti Moeng.

Pelaksanaan nilai kejujuran tidak hanya dalam dunia keraton, tetapi juga dalam dunia Pendidikan. Misalnya, plagiat dalam dunia pendidikan tentu tidak baik. Nilai kejujuran tetap dikedepankan. Bahkan, akademisi juga harus ikut berperan dalam mendukung nilai kejujuran. Keberadaan Keraton sebagai simbol keburukan yang harus dihilangkan. “Agar selamat dunia akherat harus menjalankan kebaikan yang disimbolkan Sawo Kecik atau diistilahkan Sarwo Becik,” ucap Gusti Moeng.

Sebagai kesimpulan dari _Talk Show_ ini yaitu tentang bagaimana membangun _roso pangroso_ atau nilai kejujuran dalam segala perilaku. Kedua, sebagai satu upaya saling menghormati orang lain maupun diri sendiri dalam setiap berperilaku. Ketiga, _mulat sariro_ atau inspropeksi diri sebagai bentuk kehati-hatian dalam bertindak.***(Red)

Berita Terkini