Mudanews.com Semarang – Bertepatan dengan Bulan Bung Karno tahun 2025, Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Keluarga Besar Marhaenis (KBM) Provinsi Jawa Tengah menggelar Diskusi Kebangsaan yang bertajuk “Tjamkan Pancasila !”, yang menurut panitia pelaksana diambil dari judul sebuah buku yang terbit ada bulan Juni 1964, sebuah buku yang ditebitkan pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1964.
Diskusi Kebangsaan yang digelar pada tanggal 8 Juni 2025 diadakan di Wisma Perdamaian Semarang digelar oleh DPP KBM Jawa Tengah ini,menurut Ketua Panitia Pelaksana Wendy Andriyanto, SE, dihadiri sekitar 200 orang itu berasal dari berbagai organisasi seperti Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM), Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI), Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Kesatuan Buruh Marhaenis (KBM), Kesatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (KA GmnI), Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (KA GSNI), NKRI Sehat, Karang Taruna, Sedulur Banteng Semarang (SBS). Benteng Indonesia (BI), Taruna Merah Putih (TMP), Banteng Muda Indonesia (BMI), Republik Demokrasi (Repdem), Para seniman budayawan Jawa “Sobokartti”, dan para senior Marhaenis Jawa Tengah. “Dari berbagai kota juga hadir seperti Purbalingga, Karanganyar, Kudus, Ungaran, Jogyakarta, Salatiga dan berbagai kota lain di Jawa Tengah,” Kata Wendy. “Acara pada hari ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan memperingati Bulan Bung Karno tahun 2025. Sebelumnya bertepatan dengan hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2025 kami juga mengadakan acara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Sekretariat KBM Jawa Tengah,” lanjut Wendy.
Dalam sambutannya, dr. Adhi Kuntoro, MKes.ARS, Ketua DPP KBM Jawa Tengah mengatakan “Kita mengenal sosok bung Karno namun jarang yang mengenal sifat – sifat Bung Karno yang seharusnya dapat Kita teladani. Sifat tersebut adalah kesetiaan. Apakah Kita masih setia dengan NKRI atau masih setia dengan Indonesia ? Sifat yang berikut adalah kerelaan. Sekarang kalau diberi tugas , jawabnya : Wani pira, penuh perhitungan untung rugi? Sifat yang ketiga adakah mendasar dan berefek. Bung Karno kalau bicara tidak ndakik – ndakik (bicara tinggi: red).”
Sebelum acara dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Tengah, yang diwakili PLT Kesbangpol Jateng Muslichah Setiasih, SIP, MMG, MEng membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah antara lain mengatakan bahwa “Menjaga suasana aman dan damai adalah tanggungjawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat . Dalam konteks ini peran ormas seperti KBM sangat strategis dalam menjaga harmonis sosial, membina ajaran ideologi masyarakat di dalam menangkal paham – paham radikal dan intoleran yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Maka saya mengajak KBM untuk menjadi garda terdepan untuk melawan tindakan intoleran merawat persatuan dan kebangsaan, dan berbagai tantangan sosial juga disrupsi informasi. Kehadiran KBM di tengah masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga bersama Pancasila, UUD 45, NKRI dan juga Bhinneka Tunggal Ika. Mari kita wujudkan perjuangan Bung Karno dengan aksi nyata membangun dari desa, memberdayakan masyarakat dan memperkuat identitas bangsa, “
Bersamaan acara diskusi Kebangsaan dilakukan pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Provinsi Keluarga Besar Marhaenis Provinsi Jawa Tengah dan Pengurus Dewan Pimpinan Kota Keluarga Besar Marhaenis Kota Semarang periode 2024 – 2029. Pelantikan dilakukan oleh Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Nasional (DPN) KBM Ir. Djoko Sugiharto, MBA dan disaksikan Ketua Penasehat H. Soetjipto, SH, MH. Ketua DPP KBM Jawa Tengah periode 2024-2029 yang dilantik adalah dr. Adhi Kuntoro, MKes.ARS dan Ketua DPK KBM Kota Semarang periode 2024-2029 adalah Drs. Suwarno HS, MM
Diskusi Kebangsaan menampilkan tiga narasumber yakni H. Soetjipto, SH, MH. Dra Oerip Lestari DS, MSi dan Ir. Djoko Sugiharto, MBA. Dalam paparannya H. Soetjipto, SH, MH menguraikan secara kronologis peran demokratis dan akomodatifnya Sukarno di dalam mengawal perjalanan sejarah Pancasila serta kegigihan Sukarno di dalam mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia serta peransertanya di kancah internasional. Lebih lanjut Soetjipto mengatakan “Sebagai anak ideologis perlu menjaga, merawat dan mempertahankan warisan Bung Karno yaitu Pancasila, Kemerdekaan, NKRI, Persatuan kaum Marhaenis . Kita juga siap membantu pemerintah dan negara dalam konteks mengisi kemerdekaan sesuai tujuan didirikannya negara ini yaitu memberantas kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan sosial dan lain – lain demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia,”
Sementara itu Dra Oerip Lestari DS, MSi atau lebih dikenal dengan sapaan Mbak Oeoel mengisahkan perjalanan politik Sukarno ketika masih muda hingga puncak kejayaan Sukarno di dalam membangun bangsa dan negara ini, yang dapat ditelusuri dari biografi perjuangannya maupun peninggalan buku karya Bung Karno yang menginspirasi bangsa, meskipun di pergantian era terjadi deSukarnoisasi yang sangat massif dengan menyisakan trauma kolektif bangsa yang sulit dihapuskan dari ingatan rakyat hingga kini. “Sehingga di tahun 2016 sudah ada ketetapan dan ketentuan tentang Hari Lahir Pancasila namun ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah masih melekat, “ kata mbak Oeoel.
Pembicara berikut adalah Ir Djoko Sugiharto, MBA yang menegaskan bahwa Pancasila bukan merupakan Pilar Kebangsaan. Lebih lanjut Djoko Sugiharto mengingatkan bahwa menurut Bung Karno kolonialisme adalah bibit kapitalisme, kapitalisme adalah cucu kolonialisme. Sedangkan Liberalisme adalah salah satu sumber konflik sosial. “Mencermati hal tersebut maka pemahaman tentang Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi menjadi sangat penting. Saat ini Pancasila belum dijalankan sebagai Dasar Negara oleh pemerintah yang sekarang hal itu tercermin bahwa kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Sebagai contoh, kebijakan hilirisasi yang didengung-dengungkan ternyata berdampak pada perusakan lingkungan dan rakyat yang menjadi korbannya,” kata Djoko Sugiharto**(Red)