SMP N 2 Margasari Tegal: “Kembangkan Prestasi dengan Literasi”

Breaking News

- Advertisement -

 

Mudanews.com Tegal | Sabtu, 12 April 2025, SMP Negeri 2 Margasari, Tegal, yang terletak di Jalan Raya Paku Laut, mengadakan giat literasi bertemakan “Pelatihan RW Literasi” dengan sub tema “Kembangkan Prestasi dengan Literasi”. Pada giat literasi kali ini, SMP Negeri 2 Margasari mendatangkan penulis AJ Susmana yang juga dikenal sebagai aktivis pro demokrasi 1998 sekaligus, aktivis Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER) sebagai narasumber tunggal. Pelatihan Peningkatan Literasi ini pun disambungkan dengan acara “Bedah Buku Menghadang Kubilai Khan”, sebuah novel sejarah karya AJ Susmana.

“Peserta yang mengikuti ada 30-an peserta yang terseleksi dan juga ada dua siswa yang telah terlibat dalam kegiatan jurnalistik di sekolah,” terang Elsih Lestari, pemandu kegiatan ini dalam sambutannya yang merupakan salah seorang guru yang telah mengajar di SMP N 2 Margasari sejak tahun 1987. Ibu Elsih Lestari juga mengungkapkan bahwa AJ Susmana adalah muridnya di SMP Kristen 7 Pedan Klaten sebelum pindah ke SMP N 2 Margasari.

Sementara itu Muhammad Muslimin, Kepala Sekolah SMP N 2 Margasari, sebelum membuka kegiatan Peningkatan Literasi ini berpesan agar melalui pelatihan literasi bersama dengan AJ Susmana penulis buku Menghadang Kubilai Khan yang telah dibedah di banyak kota, dapat mengikuti dengan serius, fokus sampai selesai sebab kelak dengan kemampuan literasi yang baik dapat menjadi pemimpin generasi mendatang yang lebih baik. Muhammad Muslimin juga mengungkapkan bahwa di SMP N 2 Margasari kegiatan literasi bukanlah barang baru.
“Selain kegiatan jurnalistik yang diwadahi dalam Majalah Aksiroma, juga ada kegiatan Sabtu Membaca,”katanya.

Dalam “workshop literasi” yang dimulai dari jam 08:00 sampai pukul 12:00, AJ Susmana memulai dengan cerita masa lalu ketika masih menjadi murid Ibu Elsih Lestari di SMP Kristen7 Pedan.
“Literasi, yang terutama adalah kegiatan membaca dan menulis sehingga mampu meningkatkan pengetahuan atau pemahaman dengan lebih baik. Dalam soal menulis, yang terpenting adalah keberanian. Saya ingat. Saya seperti kalian, seumur kalian. Dengan jumlah murid sebanyak ini, dikasih tugas sama Guru Saya: Ibu Elsih ini, yang sekarang menjadi guru kaliyan untuk menulis puisi, puisi Jawa atau geguritan. Dari banyak murid itu, hanya saya yang mengerjakan dan membacakan geguritan itu di depan kelas,” tutur AJ Susmana. “Karena itu jangan ragu dan takut ketika mau menulis. Yang penting tidak digunakan untuk merendahkan, menghina dan menyerang Suku, Agama, Ras dan Golongan, supaya tidak berhadapan dengan hukum,”simpul AJ Susmana. AJ Susmana pun memberikan tip untuk menulis yang sekaligus melatih kedisiplinan dalam menulis; pun bisa menjadi gudang inspirasi atau ide yaitu menulis buku harian dan memberikan contoh penulis buku harian terkenal di dunia yaitu Anne Frank.
“Tulislah dalam buku harianmu apa yang ada di pikiran; langsung dituangkan dalam bentuk tulisan atau secara spontanitas,” kata AJ Susmana.
Dalam sesi tanya-jawab, peserta sangat aktif berpartisipasi dan saling berbagi pengalaman. Seorang peserta menanyakan tip-tip membaca dan menulis agar tidak malas. Yang lainnya ada yang bertanya apa yang menjadi hambatan terbesar dalam menulis dan bagaimana mengatasinya. AJ Susmana pun melemparkan ke forum untuk menjawab; tak hanya para peserta tapi juga guru yang hadir yang sudah malang melintang menulis di media lokal; juga dua peserta yang sudah menggeluti jurnalistik sekolah untuk menjawab. Dari situ setidaknya, terungkap ada empat hambatan terbesar yaitu 1. kehabisan ide atau ilham, 2. Kurang referensi, 3. Kurang percaya diri dan 4. Waktu yang tidak ada.

Menjawab persoalan tersebut, AJ Susmana pun menjawab bahwa hambatan yang terbesar dalam menulis adalah Kurang percaya diri. Ini yang harus diterobos lebih dahulu. “Anda, sebagai penulis harus yakin bahwa tulisan Anda ini benar, penuh kejujuran dan penting untuk diketahui orang lain. Itu yang pertama-tama sebelum yang lain-lain. Supaya Anda bisa yakin mungkin perlu pertolongan orang lain. Dalam kasus ini, Anda bisa minta tolong sama kawan terdekat atau soulmate untuk membaca lebih dahulu agar dapat memberikan kritik yang konstruktif membangun; bukan kritik yang menghina atau menjatuhkan sehingga membatalkan niat Anda untuk menulis. kira- kira begitu,” kata AJ Susmana. “Kalau Anda berhenti menulis atau tidak menulis, Anda jatuh menjadi manusia pra sejarah. Sebab Anda tahu kan, yang membedakan masa pra sejarah dengan masa sejarah? Pra Sejarah dikenal dengan dunia lisan sementara masa sejarah dikenal dengan dunia tulis-menulis atau sudah mengenal tulisan. Karena itu tidak heran, seorang pengarang besar seperti Pramoedya Ananta Toer berpesan agar Anda menulis supaya namamu tidak tenggelam dalam masyarakat tapi terus abadi dan dikenal sebagaimana teriakan Chairil Anwar: ‘Aku ingin hidup seribu tahun lagi’.”

Dalam soal kehabisan Ide atau Ilham, AJ Susmana mengatakan pentingnya untuk terus membaca, melakukan perjalanan dan kembali ke gudang ide yaitu buku harian. “Anda bisa menengok buku harian Anda yang bisa juga diperlakukan sebagai gudang Ide,” katanya. Dalam soal waktu, “Tentu saja kita sendiri yang harus mengatur waktunya dengan disiplin. Dalam soal ini berlaku, Kita tidak boleh diperbudak waktu,” jawab AJ Susmana.

Di akhir Workshop, para peserta diberi waktu sekitar setengah jam untuk menulis apa saja. Dan hasil tulisan itu wajib diserahkan kepada teman yang terpercaya; dan teman yang terpercaya itu akan menilai kelayakan dan bisa membacakan atau tidak membacakan di depan umum atau peserta lain. Peserta lain boleh mengritik tulisan yang dibacakan tersebut.
Wow, hampir separo lebih dari peserta berhasil menyelesaikan tulisan. Ada empat tulisan yang dibacakan di depan peserta lain yaitu satu puisi, satu opini dan dua cerpen. Tetapi satu tulisan yang dinyatakan cerpen oleh penulisnya dikritik bukan sebagai genre cerpen tapi lebih kepada tulisan kisah atau reportase perjalanan.**( Red)

Berita Terkini