MUDANEWS.COM, Tapanuli Selatan – Kelompok pelajar Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Tapanuli Selatan (Tapsel) melakukan pengabdian masyarakat terkait pentingnya literasi.
Siswa yang berperan dalam pengabdian tersebut antara lain Denny Rizky Aulia S, Raihanah Shafiqah Adrya Tanjung, Anggi Nalwan Harahap, Junita Riskito Sari Siregar, Amira Zharifah Ramadhani Sitorus, Meyrika Khoirunnisa Ritonga, Yogi Pratama Daulay, Ahmad Fanani Reja, Najwa Khoirunnisa, dan Ibnul Ihsan yang didampingi oleh empat guru pembimbing .
“Kami senang melakukan pengabdian ini karena menurut kami ini sangat penting untuk generasi sekarang,” ucap Deny, Jumat (20/10).
Pengabdian dilakukan dengan target anak-anak di Desa Simaninggir, Sipirok, Tapsel, Sumatera Utara, Minggu-Sabtu (1-7/10/2023).
Kenapa sosialisasi perlu dilakukan?
Sebab pada dewasa ini anak-anak lebih tertarik menghabiskan waktunya dengan bermain gadget daripada membaca buku ataupun bersosialisasi dengan kawan sebaya. Sosialisasi peduli literasi tidak hanya mengajar membaca dan menulis namun juga melatih kreativitas dan imajinasi anak serta membantu anak usia dini untuk berkomunikasi dengan baik agar mereka tertarik dan senang berliterasi .
Kedatangan pelajar MAN IC Tapsel untuk pengabdian disambut hangat oleh warga desa dengan seruan antusias dari anak-anak. Banyak anak yang bertanya apa tujuan dari dari kedatangan kelompok ini adapula yang asik bermain dengan teman sepantarannya dan adapula yang sama sekali tidak menghiraukan kedatangan kami.
Dilanjutkan dengan pengenalan oleh pihak pelajar yang didengarkan dengan rasa penasaran oleh anak-anak. Untuk menistimulus kreativitas serta imajinasi anak, pelajar MAN Insan Cendekia Tapanuli Selatan mengadakan pembacaan dongeng sebagai salah satu program pengabdian. Pihak pelajar menceritakan dongeng yang menarik untuk mengubah mindset anak yang menganggap bahwa membaca adalah hal yang membosankan dan tidak seru.
Selain membaca dongeng, pihak pelajar juga mengadakan kelas belajar membaca untuk membantu anak-anak yang masih kurang dalam hal literasi.
“Tidak adanya gunanya tertarik membaca kalau tidak bisa membaca,” tukas salah satu relawan.
Tak terasa, pihak pelajar telah sampai di penghujung pengabdian, sebagai kenang-kengangan pihak pelajar dan anak-anak melukis cat dijari masing-masing dan menempelkannya diatas kanvas. Banyak anak yang terbawa suasana dan terlanjur menangis disaat pihak pelajar memberi pelukan hangat sebelum mengucap salam perpisahan. Pengabdian tersebut berakhir dan mendapat apresiasi serta reaksi positif dari kepala desa Simaninggir dan warga desa.
“ Disini kita berpisah ya dik, semoga disaat adik-adik dewasa nanti, kita dapat bertemu lagi ketika abang dan kakak sudah sukses dan adik-adik sudah mencapai cita-cita masing-masing,” pungkas salah satu relawan.