STIT Al-Ittihadiyah Labura Menggelar Seminar Hari Kebangkitan Nasional

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Ittihadiyah Labuhanbatu Utara (Labura) menggelar Webinar Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-113 secara daring, Kamis (20/5/2021).

Ketua STIT AILU Dr. Mursal Aziz, M.PdI, menegaskan bahwa peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2021 merupakan momentum penting untuk mencermati apakah nasionalisme yang dijadikan modal social untuk merdeka dari 113 tahun sejak berdirinya Budi Utomo yang lalu masih mampu kita pertahankan? Semangat nasionalisme ini dapat diperkuat dengan semakin tingginya penguasaan pengetahuan dan pengamalan ajaran agama justru akan memperkuat nasionalisme, dan terhindar dari perpecahan bangsa.

STIT Al-Ittihadiyah Labura
Flyer

Sementara Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, sebagai pemantik acara seminar ini menjelaskan dengan tema Bangkit Kita Bangsa Yang Tangguh, menjadi arah bagi upaya kita memupuk semangat nasionalsime di tengah berbagai goncangan, terutama bangsa kita harus tetap tangguh menghadapi pandemic Covid-19 yang hampir dua tahun melanda seluruh bangsa.

“Begitu pula ada fenomena global dan regional yang cenderung mengikis nasionalisme, karena ada kecenderungan perpecahan dan desintegrasi bangsa sebagai dampak negative dan isu global pada awal 1990-an. Karena itu mekipun globalisasi melanda semua bangsa, namun kita berharap NKRI tetap mampu eksis karena kita adalah bangsa yang tangguh tetap mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi, karena ada banyak modal social dalam nasionalisme keIndonesiaan,” jelas Prof Syafaruddin.

STIT Al-Ittihadiyah Labura
Dr. Sakti Ritonga, M.Pd, ketika menjelaskan materi

Narasumber pertama, Dr. Sakti Ritonga, M.Pd, dalam paparannya bahwa modal social sebagai bangsa besar harus tetap dijaga, meskipun kita bangsa besar sebagai negara kepulauan, multi etnis, dan multi agama serta kepercayaan, namun nasionaisme harus dijaga dan dipelihara.

Ditambahkannya bahwa kebangkitan nasionalisme antara optimism dan fesimisme, sebab ada ancaman desintegrasi bangsa, karena adanya ancaman keamanan nasional dengan separatis bersenjata, radikalisme dan teririsme sertsa pelanggaran batas wilayah NKRI.

“Demikian bahwa bangsa yang besar belum tentu mampu bangkit dari keterpurukannya atau keterbelakangannya jika modal social tidak dirawat sebagai fondasi nasionalisme di tengah derasnya arus globalisasi dewasa ini, yang terus menggerus kuatnya nasionalisme Indonesia, sebab kekuatan poros global dalam mengatur dan menanamkan pengaruhnya tidak pernah berhenti kalau kita tidak mampu menghempang dominasi kekuatan global, tanpa memperkuat modal social. Modal kepercayaan menjadi syarat untuk bertahan hidup sebagai modal social,” sambungnya.

Ia menyarankan perlu ada transformasi nilai dari satu generasi kepada generasi berikutnya, sosialisasi, enkulturasi, dan edukasi yang baik untuk menjamin peningkatan kompetensi hidup, termasuk berbagai modal social. Norma-norma yang baik itu harus menjadi perhatian pemerintah, dan bangsa Indonesia, untuk memastikan agama, kepercayaan, keyakinan, dan keakraban serta kekeluargaan untuk menjadi bangsa yang maju.

Ditambahkannya pula, tanpa adanya modal social, masyarakat kita sedang berada dalam rendahnya kepercayaan terhadap modal social, karena modal kekayaan materi tidak menjamin untk meraih kemajuan. Perbedaan antara negara maju dan berkembang tidak tergantung pada umur suatu bangsa dan negara. Sumberdaya alam juga tidak menjamin factor kemajuan bangsa. Justru pendidikan berperan sentral dalam merawat nilai-nilai nasionalisme dan proses transformasi social melalui pendidikan, karena itu pendidikan perlu dimantapkan proses dan fungsinya.

STIT Al-Ittihadiyah Labura
Toni Nasution MPd

Sementara Toni Nasution, M.Pd, dalam paparannya mengatakan adanya misi perjuangan Budi Utomo, perjuangan keberanian mendobrak kuatnya politik pecah belah yang dibuat kolonialisme Belanda pada masa itu, ternyata Indonesia bisa bangkit dengan munculnya kepeloporan kelompok terpelajar.

“Masa itu, anak-anak priyayi diberikan kesempatan yang sangat luas, sementara rakyat jelata, diintimadasi dan dijauhkan dari pendidikan, supaya tetap bodoh dan tertinggal. Padahal pendidikan itu penting untuk membangunan semangat merdeka dan kebangkitan nasionalisme Budi Utomo menyebarkan spirit untuk secara bersama 20 mei 1908,” jelasnya.

Toni mengajak generasi muda, termasuk mahasiswa harus bangkit, terpanggil jiwanya untuk tetap memupuk semangat kebangsaan, supaya jangan sampai terbuka ancaman desintegrasi bangsa dengan adanya sebagian kecil daerah yang memicu pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Perlu berbagai kegiatan mengisi peringatan hari kebangkitan nasional dilakukan sebagai refleksi atas pengamalan kita untuk memupuk nasionalsme, dan merawat persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dipelopori BUDI UTOMO, demikian dipaparkannya,” pungkasya.

Seminar hari kebangkitan nasional 20 Mei 2021 ini berjalan lancar, diikuti pimpinan, staf dan dosen STIT Al Ittihadiyah Labuhanbatu Utara, dengan pengendalian host Tarmizi Siregar M.Kom, yang juga dosen di sekolah tinggi tersebut. (red)

 

- Advertisement -

Berita Terkini