Talaqqi sebagai Metode Menghafal Al-Quran untuk Anak Usia Dini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Siapa lagi yang ingin menjadi seorang penghafal Al-Quran dengan metode yang mudah dan menyenangkan? Metode talaqqi menjadi salah satu solusi menghafal Al-Quran yang cepat dan mudah untuk dipraktekan.

Gak percaya?

Yuk simak lebih lengkapnya agar kamu tahu betapa mudahnya menghafal Al-Quran dengan metode talaqqi.

1. Pengertian Talaqqi Sebagai Metode Menghafal Al-Quran

Metode talaqqi merupakan metode yang dianggap paling sesuai untuk anak usia dini, cara seperti ini dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam menyampaikan materi hafalan Al-Quran pada anak usia dan dipandang sebagai salah satu metode yang sesuai dengan perkembangan usia anak.

Metode talaqqi merupakan cara yang lebih sering di pakai orang untuk menghafal Al- Quran, karena metode ini mencakup dua faktor yang sangat menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan murid.

2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Talaqqi

Keunggulan metode talaqqi ditinjau dari definisi di atas serta berdasarkan hasil beberapa penelitian yang relevan adalah sebagai berikut :

a. Menumbuhkan kelekatan antara pendidik dengan anak sehingga secara emosional akan menciptakan hubungan yang harmonis.

b. Pendidik membimbing anak secara berkesinambungan sehingga pendidik memahami betul karakteristik masing- masing anak.

c. Pendidik dapat langsung mengoreksi bacaan anak agar tidak keliru dalam membuyikan huruf.

d. Anak dapat melihat langsung gerakan bibir pendidik dalam mengucapkan makhorijul huruf karena berhadapan secara langsung.

e. Pendidik biasanya membimbing paling banyak 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) orang anak dalam metode talaqqi sehingga pendidik dapat memantau perkembangan hafalan anak dengan baik.

Adapun kelemahan metode talaqqi adalah sebagai berikut :
a. Metode talaqqi tidak dapat digunakan secara klasikal pada kelas yang siswanya berjumlah banyak karena dirasa kurang efektif.

b. Pendidik akan menguji hafalan masing- masing anak secara sendiri-sendiri sehingga anak yang belum mendapat giliran akan merasa bosan menunggu.

c. Perbandingan pendidik dan anak yaitu 1 (satu) orang pendidik berbanding 5 (lima) orang anak, sehingga jika siswanya banyak, pihak lembaga pendidikan merasa kesulitan dalam perekrutan guru tahfidz Quran yang masih sangat terbatas dan dari segi pembiayaan untuk menggaji guru memerlukan biaya lebih besar.

Strategi dan Proses Menghafal Al- Qur’an dengan Metode Talaqqi pada Anak Usia Dini

1. Metode talaqqi dilaksanakan melalui pendekatan 5 M yaitu Menerangkan (menjelaskan), Mencontohkan, Menirukan, Menyimak dan Mengevaluasi.

a. Menerangkan (menjelaskan). Ketika hendak memulai pelajaran menghafal Al-Quran, pendidik sebaiknya mengkondisikan anak dengan duduk melingkar saling berhadapan dengan pendidik dan teman-teman yang lain sehingga perhatian anak-anak tertuju dalam wilayah lingkaran.

Di dalam lingkaran pendidik dapat memberikan penjelasan tentang materi yang akan disampaikan dengan perencanaan pembelajaran yang sudah disiapkan. Pendidik menjelaskan isi kandungan Al-Quran sesuai dengan ayat yang disampaikan untuk menarik minat anak sehingga anak-anak terkesan. Dalam menyampaikan penjelasan materi, pendidik menyampaikannya dengan suara yang cukup terdengar oleh anak- anak yang ada di dalam lingkaran.

b. Mencontohkan. Sebaiknya pendidik bertanya pada anak-anak apakah mereka telah siap untuk menghafal Al-Quran atau belum, pijakan ini perlu dilakukan agar pada saat kegiatan menghafal berlangsung tidak ada anak yang main-main.

Setelah anak-anak siap mengikuti pelajaran, pendidik memberi contoh terlebih dahulu ayat Al-Quran yang akan dihafal, kemudian anak diajak untuk menirukan bacaan tersebut secara berulang-ulang sampai makhorijul huruf dan tajwidnya benar-benar fasih. Guru akan menyuruh anak/siswa membacakan ayat-ayat Al-Quran atau penggalan bacaan Al-Quran yang dicontohkan tadi secara bergantian dengan waktu tidak terlalu lama untuk menghilangkan kejenuhan saat menghafal Al-Quran.

c. Menirukan. Anak-anak harus menirukan bacaan persis yang dicontohkan oleh pendidik, dari segi lagam/lagu, makhraj hurufnya, sifat hurufnya, panjang dan pendek bacaan dengan kaidah tajwid yang benar. Pendidik hendaknya membimbing anak-anak dengan penuh kesabaran dan telaten agar bacaan yang ditiru oleh anak benar-benar sesuai dengan bacaan yang dicontohkan guru.

d. Menyimak. Anak-anak yang menunggu giliran dianjurkan untuk menyimak bacaan temannya sehingga tidak ada anak yang mengobrol atau bermain- main sendiri apalagi mengganggu temannya.

e. Mengevaluasi. Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat guru mentalaqqi anak satu persatu, dengan demikian guru dapat mengetahui bagaimana kulaitas bacaan anak baik dari segi pengucapan makhorijul huruf maupun kaidah tajwid, serta guru dapat memantau perkembangan hafalan anak, apakah hafalannya dapat dilanjutkan pada ayat berikutnya atau hafalan tersebut diulang kembali hingga benar- benar hafal.

2. Pijakan Pembelajaran Menggunakan Metode Talaqqi Metode apapun yang digunakan dalam menyampaikan materi hafalan Al- Quran, para penghafal Al-Quran telah ditetapkan ketika mempelajarinya.

Pada lembaga pendidikan anak usia dini dikenal dengan istilah pijakan lingkungan bermain sebagai pengantar pada anak- anak agar mengetahui aturan main dalam suatu kegiatan. Pijakan dalam menghafal Al-Quran atau adab membaca Al-Quran adalah sebagai berikut :
a. Berguru secara musyafahah (berhadapan)
b. Niat membaca dengan ikhlas
c. Dalam keadaan bersuci
d. Memilih tempat yang pantas dan suci
e. Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
f. Bersiwak (gosok gigi)
g. Membaca ta’awudz
h. Membaca Al-Qur‟an dengan tartil
i. Merenungkan makna Al-Qur‟an
j. Khusyu dan Khudhu’
k. Memperindah suara
l. Menyaringkan suara
m. Tidak dipotong dengan pembicaraan lain
n. Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal

Adab membaca Al-Quran yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa mempelajari Al-Quran tidak sama dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena itu, metode apapun yang digunakan pendidik dalam menyampaikan ilmu Al-Quran, terlebih dalam mengajarkan tahfidz Quran, harus mengacu kepada tata cara atau adab membaca Al-Quran.

Namun demikian, adab membaca Al-Quran bagi anak usia dini harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Guru dan orang tua dapat bekerja sama dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi anak dalam mempelajari Al-Quran.

3. Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Anak Usia Dini Aktivitas menghafal Al-Quran bagi anak usia dini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Quran di antaranya adalah “faktor latihan, motivasi, pribadi, keadaan keluarga, guru dan cara mengajukan, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan faktor motivasi sosial”.

Berdasarkan pandangan tersebut serta hasil observasi yang dilakukan penulis pada sebuah lembaga Tahfidz Quran anak usia dini, maka penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran bagi anak usia dini, setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

a. Bimbingan Guru. Guru berkewajiban membimbing para siswa di sekolah. Bimbingan yang berkesinambungan, penuh cinta dan kasih sayang serta penuh kesabaran, akan ikut berperan dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran anak-anak.

b. Metode Hafalan. Cara-cara yang menyenangkan dalam kegiatan menghafal akan menarik perhatian dan minat anak untuk terus mengikuti kegiatan dengan perasaan senang.

c. Kehadiran di sekolah. Kehadiran siswa di sekolah akan sangat berpengaruh terhadap hafalan Al-Qurannya. Siswa yang rajin sekolah tentu akan berbeda dengan siswa yang sering membolos. Di sekolah ada kegiatan apersepsi sebelum masuk pada pelajaran inti dan materi-materi yang diberikan pada hari yang lalu akan diulang-ulang pada hari ini untuk melatih dan memperkuat hafalan anak sehingga guru dapat menentukan apakah hafalan Al-Quran anak dapat dilakukan penambahan atau tidak.

d. Pendampingan orang tua. Pendampingan orang tua terhadap anak dalam menghafal Al-Quran di rumah akan sangat menentukan kemampuan anak dalam menghafal. Semakin hafalannya diulang-ulang, maka akan semakin melekat hafalan tersebut. Akan tetapi orang tua perlu dibekali pengetahuan tentang perkembangan anak agar pendampingan yang dilakukan di rumah sesuai dengan porsi menghafal anak usia dini dan anak- anak tetap diberi waktu yang cukup untuk aktivitas bermain.

e. Motivasi. Anak perlu diberi motivasi dalam menghafal Al-Quran. Karena setiap harinya ia akan dikondisikan dengan aktivitas menghafal, bukan hal yang tidak mungkin jika anak merasa jenuh dengan aktivitasnya tersebut, maka dari itu guru maupun orang tua harus bisa memberikan motivasi dan dorongan yang dapat membangkitkan semangatnya untuk terus menghafal Al-Quran.

f. Lingkungan. Lingkungan meupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat anak terhadap tahfidz Qur’an. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tahfidz Qur’an harus dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dengan suasana yang dapat membangkitkan keinginan anak untuk tetap menghafal Al-Qur‟an dalam situasi apapun.
g. Teman Sebaya. Anak-anak juga dipengaruhi oleh hubungan sosialnya. Jika ia berada di lingkungan teman- teman sebayanya yang juga gemar menghafal Al-Quran, maka ia juga akan gemar menghafal Al-Quran.

Menghafal Al-Quran pada umumnya dilakukan cara menambah hafalan dan mengulang hafalan. Aktivitas menghafal Al-Quran pada anak usia dini tidak terlepas dari bimbingan guru dan pendampingan yang dilakukan orang tua agar memperoleh hasil yang oftimal.

Bimbingan guru secara langsung dalam menghafal Al-Quran pada anak usia dini secara berhadapan dinamakan talaqqi. Metode talaqqi digunakan dalam mengajarkan tahfidz Quran untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan dalam mengucapkan huruf-huruf Al- Quran.

Dengan cara ini, guru dapat mencontohkan cara mengucapkan makhorijul huruf atau tempat keluarnya huruf, mencontohkan bunyi huruf, sehingga siswa dapat langsung menirukan huruf-huruf atau ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan. Dengan pijakan lingkungan membaca atau menghafal Al-Quran, anak dapat menghafal Al-Quran dengan cara yang menyenangkan, dapat membiasakan sikap disiplin dan tanggung jawab, serta membiasakan diri memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Penulis : Asmaul Husna (Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir)

- Advertisement -

Berita Terkini