Mau Dibawa Kemana Pendidikan Kita?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Tanggal 2 Mei bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional atau sering disingkat Hardiknas. Tanggal 2 Mei bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara, pahlawan nasional yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Pendidikan adalah tiang utama daljam membentuk negara menjadi di masa depan. Karena hanya pendidikan lah satu-satunya jalan untuk membentuk generasi muda untuk memimpin di masa depan. Jika pendidikan di suatu negara sudah baik maka di masa depan negara tersebut akan memanen bibit-bibit pemimpin yang mumpuni. Tetapi jika pendidikan di suatu negara tidak baik, maka negara tersebut pun akan memanen bibit-bibit manusia amoral di negerinya.

Pendidikan bukan sekedar infrastruktur material ataupun gedung-gedung mewah sekolah. Pendidikan juga bukan sekedar menanam ilmu eksak ataupun ilmu terapan, tapi lebih dari itu. Pendidikan tentu adalah yang menjadi tonggak utama bagi terbentuknya karakter anak bangsa, apakah kedepan dia bisa hidup mandiri dan bermanfaat bagi lingkungannya atau hanya akan sekedar menjadi “sampah” masyarakat.

Ada kalimat bijak yang begitu eksis diucapkan, yaitu : Semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah . Kalimat ini tentulah tidak salah, tapi lebih banyak penerapan pendidikan hanya diukur dari seberapa tinggi tingkat sekolah seseorang, padahal pendidikan juga lebih dari itu.

Pendidikan adalah wadah yang menempa manusia-manusianya menjadi berakhlak, bermoral dan berkarakter, disamping ditunjang dengan ilmu-ilmu eksak dan ilmu terapan. Tetapi ilmu akhlak dan moral adalah yang paling utama. Jika menilik problematika pendidikan di negeri ini, tentunya sangat jauh, dikarenakan seorang anak dipaksa untuk bisa belajar rumus-rumus matematika tapi tak pernah dipaksa belajar nilai-nilai agama, yang dimana di dalamnya termasuk nilai-nilai moral.

Bagaimana mungkin pendidikan di negeri ini bisa memiliki nilai moral, jika setiap tahunnya anak-anak dipaksa lulus Ujian Nasional, hingga melakukan tindakan-tindakan curang pun di legalkan kebanyakan sekolah. Sekolah akan menanam benih malu jika banyak murid yang tak lulus, maka sekolah ikut berperan melegalkan kecurangan demi nama sekolah.

Bagaimana mungkin pendidikan moral bisa ditanamkan, jika setiap orang tua tak menanamkan kejujuran. Seorang anak pejabat akan melakukan suap bagi sekolah bergengsi agar anaknya lulus, walaupun anaknya tersebut tak layak lulus di sekolah itu. Dan sekolah ikut berperan dalam menerima itu, ini sama saja lingkaran Iblis. Dan itupun kadang disadari seorang anak, hingga kedepan ia akan mengikuti tindakan orang tuanya.

Bagaimana mungkin pendidikan moral bisa ditanamkan, jika jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum dikurangi, bahkan dihilangkan. Padahal tidak ada jalan lain, jika ingin membentuk moral anak didik maka harus dengan pelajaran agama, karena disitulah kumpulan ajaran moral.

Bagaimana mungkin sekolah-sekolah bisa maksimal mengajarkan anak didiknya jika pemerintah tidak berperan aktif dalam memfasilitasi sekolah-sekolah di desa-desa dan sekolah-sekolah yang tinggal menunggu gedungnya rubuh.

Bagaimana mungkin pendidikan moral bisa ditanamkan jika Guru-Guru honorer seumur hidup mengajar tapi tak mendapat gaji yang cukup, bahkan untuk makan sehari-hari saja tidak cukup, bukankah dari tanggannya lah akan terbentuk presiden, menteri, Anggota DPR, bahkan Ulama sekalipun.

Bagaimana mungkin pendidikan kita bisa lebih bermoral, jika anak didik tak memiliki tuntunan sebagai tontonan orang tua dan guru tak menjadi tauladan bagi mereka. Belum lagi media sosial membentuk jiwa mereka semakin amoral.

Lalu, pertanyaan selanjutnya, mau dibawa kemana pendidikan kita? Mau terus dibawa kejurang kehancuran atau dibawa kepada kejayaan. Jika merindukan kejayaan, maka didiklah generasi ini dengan moral yang lurus, fasilitasi, perhatikan. Semua elemen berperan, baik pemerintah, orang tua dan guru.

Satu-satunya cara untuk memperbaiki negeri ini adalah pemerintah harus benar-benar memberikan perhatian ekstra bagi dunia pendidikan. Bukan pada dunia politik ataupun pariwisata. Bahkan, alokasi dana APBN negara harus dimaksimalkan untuk dunia pendidikan. Tidak boleh ada kalimat yang keluar di dunia pendidikan, bahwa negara tidak punya uang , negara harus punya uang. Jika untuk membangun sistem perpolitikan di negeri ini negara punya uang berlimpah-limpah, bahkan untuk memberi “makan” partai-partai itu pemerintah punya uang, kenapa tidak untuk pendidikan.

Jika negeri ini terus berpikir dalam politic oriented , maka negeri ini tak akan bisa membangun ketertinggalannya di masa depan. Karena hanya akan berkutat pada permasalahan Politik yang tiada habisnya. Maka hentikanlah, mulailah membangun pendidikan sejak sekarang. Agar terbentuk masa depan generasi yang lebih baik kedepan. Selamat Hari Pendidikan Nasional. Salam.

Oleh : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana jurusan Pemikiran Politik Islam UINSU dan Pegiat Literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini