Tuan Guru Batak: Menjadi Goblok dan Pengangguran itu adalah Dosa Besar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dari Seminar Nasional Halaqoh Ekonomi Santri, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh. Dr. Ahmad Sabban elRahmaniy Rajagukguk, MA., selaku dari tokoh agama (spiritual) Nasional menegaskan bahwa agama bukan hanya ritual dan bersifat eskatologis. Tapi agama adalah ajaran yang mengedepankan etos, kreatifitas, inovasi dan kerja keras untuk sukses dalam hidup di-dunia. Auditorium Unimed. Selasa, (21/1/2020).

Menurut Tuan Guru Batak bahwa selama ini kita hanya berpikir bahwa dosa besar itu adalah bermaksiat, berjudi dan tidak sholat. Namun, kita menyadari bahwa menjadi bodoh, goblok dan pribadi yang malas juga adalah dosa besar.

Dari kebodohan melahirkan kejumudan. Dari kegoblolakan melahirkan kemiskinan. Kebodohan melahirkan pengangguran. Dan kemiskinan mendekati kekafiran. Oleh karenanya menjadi pribadi yang goblok secara sengaja adalah dosa besar. Begitu juga dengan ke-pasifan. Menjadi pengangguran yang secara sadar tidak mau mengaktifkan potensinya juga dosa besar.

Agama memusuhi kefakiran dan kemiskinan sebab kefakiran dan kemiskinan berpotensi kepada kekafiran. Meski pengentasan kemiskinan menjadi agenda wajib setiap pemerintahan, nyatanya kemiskinan masih istiqomah di negeri ini. Parahnya, kondisi tersebut dijadikan sebagai celah bagi setiap calon pemimpin yang ingin menahkodai Indonesia dengan janji-janji pengentasan kemiskinan. Hampir tidak ditemukan pemimpin yang tidak mengusung pengentasan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan satu ini akut sekali.

Melihat kondisi tersebut, maka langkah strategis dan komprehensif menuntut untuk diberlakukan jika negeri ini bebas dari belenggu kemiskinan atau setidaknya kemiskinan dapat diminimalisir. Jika dilesik lebih dalam, sesungguhnya kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor individu. Dari bahasa aslinya (baca: Arab), kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam atau tenang.

Memperhatikan akar kata “miskin” diatas dapat diperoleh kesan bahwa fektor utama penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, atau tidak dapat bergerak atau berusaha. Untuk itu setiap insan yang beragama harus menjadi agama sebagai inspirasi spiritual yang menggerakkan perubahan termasuk transformasi ekonomi. Kita tidak boleh menganggur. Harus bergerak, dinamis dan terus aktif bekerja apapun.

“Pada akhirnya kita harus mengembangkan teologi pengentasan kemiskinan. Bahwa untuk masuk surga, kita juga harus berikhtiar untuk memulainya dengan bahagia atau sukses di dunia,” ungkap TGB.

Seminar dibuka Gubernur Sumut dan Rektor Unimed. Dihadiri para tokoh Sumut, tokoh agama, tokoh pemuda, para santri dan mahasiswa. Salam. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini