Pendidikan Urusan Kita Bersama

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Belum pernah kita mendengar ada suatu masa yang di situ pendidikan tidak bicarakan, baik di semua negara dan di semua waktu. Setiap orang berbicara tentang pendidikan, baik orang yang ahli maupun yang tidak tahu sama sekali teori pendidikan. Dalam satu segi hal itu baik-baik saja. Tetapi mengapa setiap orang merasa perlu turun rembuk tentang pendidikan? Dan tidak pernah ada orang yang puas terhadap mutu pendidikan.

Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun Sebelum Masehi (SM), telah menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Namun, kenyataannya sekarang pendidikan berubah drastis seperti yang kita bayangkan, dan bahkan selalu menjadi bahan perdebatan bagi masyarakat.

Pendidikan selalu dibicarakan. Apakah Anda mengira pendidikan di negara yang disebut sudah maju tidak lagi membicarakan pendidikan? Apakah mereka sudah betul-betul puas terhadap mutu pendidikan mereka?

Tidak ada orang-orang di negara maju pun yang tidak mengkritik keadaan pendidikan di negara mereka. Mengapa? ya, manusia tidak pernah puas terhadap pendidikan yang ada.

Semua orang mengambil bagian bila yang dibicarakan pendidikan. Itu mudah dipahami. Karena semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki seseorang, sekelompok orang, suatu negara, dan bahkan dunia, pasti akan melakukannya, langsung atau tidak langsung, melalui pendidikan.

Orang yang akan merusak negara juga akan melakukakannya melalui pendidikan. Jangan dikira para koruptur tidak pernah sekolah. Pendidikan mereka pada umumnya justru tinggi. Orang yang mengerti pendidikan tentu akan ikut berbicara. Dan orang yang tidak tahu pendiddikan pun ikut berbicara, karena anak dan keturunannya telah dan akan mengikuti pendidikan. Pendidikan adalah masalah bersama, semua orang berkepentingan dengan pendidikan.

Berbeda halnya bila yang dibicarakan masalah…, sekalipun menyangkut masalah bersama tetapi tidak setiap orang akan ikut membicarakannya. Berbeda juga dengan masalah…, toh tidak setiap orang ikut membicarakannya, sekalipun setiap orang bersangkutan dengan sampah.

Adapun pendidikan, semua orang membicarakannya, mencercanya, mengutuknya, tidak puas terhadapnya tetapi ia tetap saja menyerahkan pendidikan anaknya ke lembaga pendidikan amat jarang terdengar orang memuji pendidikan.

Itulah sebabnya pendidikan tidak pernah selesai. Dan tidak pernah selesai dibicarakan. Mengapa? Pertama, para pencari materi ini adalah para pendidik yang ingin mengharap gaji banyak dari mendidik. Keadaan seperti itu sering sekali kali kita lihat di berbagai lembaga pendidikan. Kata keikhlasan itu tidak terdapat dalam dunia pendidikan. Sebab apa? Watak para pendidik itu tidak mampu mengendalikan diri. Tidak sabar, ingin segera kaya. Sekarang banyak orang mengharap gaji yang banyak dari kerja mendidik. Akibatnya biaya pendidikan menjadi sangat mahal.

Seringkali orang berpikir bahwa adalah wajar jika pendidik meminta upah yang tinggi dari kerja mendidik. Seolah dalam dirinya berkata, apa sih bedanya kerja mendidik dengan kerja mengelas atau nyupir? Jika kerja sebagai pejabat meminta bayaran tinggi mengapa kerja mendidik yang nota bene menghasilkan polisi tidak wajar menuntut gaji yang tinggi?

Begitulah berbagai pertanyaan muncul yang diakui atau tidak, di belakang pertanyaan itu tersimpan sifat kurang sayang pada murid. Sayang kepada murid dalam pendidikan dikatakan sama sayang kepada anak sendiri. Itu suatu hal yang sungguh tidak mungkin. Yang mungkin ialah sayang dalam betuk prihatin, khawatir, kalau-kalau murid itu tidak berkembang manusia yang diharapkan.

Baiklah kita ambil satu kesimpulan saja, para pendidik tidak akan berhasil mendidik bila dalam mengajar itu tidak ada rasa kasih sayang dan keikhlasan kepada yang didik.

Jadi, pendidik itu harus menolong murid dan pertolongan itu harus berisi sesuatu yang benar. Itulah yang pertama. Yang kedua, kita seringkali menyaksikan perbaikan pendidikan secara tambal sulam. Misalnya, lulusan kurang cinta negara, lantas buru-buru pelajaran civic ditambah jamnya. Adakan pelatihan guru civic. Orang–orang melihat murid-murid sekolah malas shalat, orang-orang buru-buru menambah jam pelajaran agama, penataran guru agama, mencetak buku paket.

Ada gejala anak sering merusak lingkungan, lantas buru-buru diberi pelajaran cinta lingkungan. Yang luar biasa anehnya saat korupsi sudah sangat meluas malah tidak ada reaksi apa-apa pada level pendidikan. Kalaupun ada sebatas wacana memunculkan pelajaran budi pekerti.

Perbaikan pendidikan dengan cara demikian sebenarnya tidak pernah dianjurkan dalam ilmu pendidikan. Tapi aneh ya, cara seperti itu sering sekali ditempuh.

Pernah ada seorang Tokoh Nasional berteriak di salah satu kampus perguruan tinggi,”Mengapa SMA kita terlalu banyak mata pelajarannya, coba tiga tau empat saja, tentu mutunya akan hebat.” Kalimat beliau ini menjelaskan bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang pendidikan.

Tetapi tidak apa-apa, toh tadi sudah dikatakan bahwa setiap orang boleh berbicara tentang pendidikan, dan itu baik. Tetapi bila teriakan tokoh itu akan di pertimbangkan, tentunya itu akan berjalan mengerti prosedur yang ada.

Penulis : Budiman Daulay (Mahasiswa UISU dan Aktivis HMI)

- Advertisement -

Berita Terkini