Perlunya Menyaring Informasi di Medsos

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Abd. Rahman M

MUDANews.com – Era digital menjadikan dunia serasa dalam genggaman tangan, dengan bermodalkan smartphone dan kuota data maka kita sudah bisa berselancar di dunia maya. kemudahan-kemudahan tersebut yang pada akhirnya membuat manusia menjadi lebih mudah dalam mengakses informasi apapun.

Maraknya pengguna internet awalnya dicanangkan oleh pemerintah untuk menjadikan anak-anak bangsa ini menjadi melek teknologi. Penulis masih ingat wacana pemerintahan di era presiden keenam RI agar internet masuk desa.

Bisa kita lihat sekarang internet telah menjamur hampir di seluruh pelosok tanah air. Internet pun mempermudah pekerjaan kita dalam mencari informasi dalam segala bidang. Roda sangat cepat berputar dari yang gaptek menjadi melek teknologi, seperti zaman sekarang ini media sosial tidak lagi asing didengar karena para pengguna internet selalu menjadikan media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi dan menjalin tali silaturrahmi (pertemanan) antara satu dengan lainnya.

Media sosial yang familiar di kalangan masyarakat dunia, khususnya di Indonesia adalah facebook, akhir-akhir ini hangat diperbincangkan di negeri ini bukan dari aspek positifnya sebagai sarana berinteraksi dan menjalin tali silaturahmi melainkan dari aspek negatifnya sebagai media yang dijadikan untuk membuat ujaran kebencian dan dijadikan sebagai sumber informasi bagi para penggunanya.

Ketika kita membuka akun media sosial pribadi kita, begitu mudahnya informasi didapatkan mulai dari informasi curhatan pribadi si pemilik akun media sosial tersebut hingga informasi-informasi meresahkan yang membuat hati menjadi panas. Tidak jarang para penikmat keresahan dan pemecah belah bangsa menggunakan media sosial sebagai alat dalam melancarkan aksi-aksi mereka.

Untuk itulah diperlukan kecerdasan emosioanal dan pemikiran rasional para pemilik akun media sosial untuk tidak mudah menelan mentah-mentah informasi yang berasal dari media sosial.

Perlu digarisbawahi bahwa media sosial bukanlah media massa, jadi jangan mudah percaya dengan informasi-informasi yang ditautkan ke beranda media sosial Anda. Informasi yang berasal dari media massa tentu bisa dipertanggungjawabkan dan mereka mengolah informasi dengan mencari sumber yang jelas bukan samar-samar walaupun ada juga media massa penyajian informasinya dengan menggunakan bahasa (maaf abal-abal).

Penulis mengatakan demikian karena ada juga media massa yang menyajikan informasi seolah-olah menggiring opini publik untuk pro kepada A atau kontra kepada  B. Bayangkan jika kita menelan mentah-mentah informasi yang berasal dari media sosial dan kita turut serta menyebarkan informasi tersebut dan tentu dilihat oleh teman-teman kita dan mereka juga membacanya.

Beruntung kalau mereka hanya membaca bukan ikut serta membagikannya dan menyisipkan kata-kata pengantar di tautan mereka yang bernada ujaran penghasutan, pemelintiran bahasa (kata-kata) di akun media sosial mereka. Jika Anda seorang intelektual yang mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki berbagai gelar bidang keilmuan atau seseorang yang mengaku sebagai kaum intelektual sebaiknya lebih bisa menahan diri agar tidak mudah terhasut dan dijadikan pion oleh kaum pemecah belah bangsa.

Terkadang informasi yang berasal dari sumber terpercaya pun  bisa berubah maknanya bila diolah kembali oleh para pengguna media sosial dengan tidak menyebarkan informasi sesuai aslinya. Hal ini sangat membahayakan karena informasi yang awalnya adalah informasi yang benar-benar sesuai dengan keadaan sebenarnya dipelintir menjadi informasi yang menyesatkan. Untuk itu diperlukan kecerdasan emosional dan kecerdasan moral para pencari informasi bahwa informasi yang berasal dari media sosial sebaiknya disaring terlebih dahulu.

Harus kita akui bahwa masyarakat negeri ini tidak gemar membaca sehingga informasi yang tersebar di media sosial hanya dibaca judulnya saja. Penulis mengambil contoh tautan informasi yang disebarkan di suatu media terlihat komentar-komentar para pengguna media sosial banyak yang nggak nyambung dengan isi tautan tersebut karena mereka terkecoh pada judulnya tanpa membaca isinya. Ironis melihat perkembangan teknologi yang semakin maju namun, dinamika kehidupan masyarakat kita masih mudah terkecoh dan terprovokasi oleh suatu pemberitaan (informasi) tanpa adanya rasa ingin tahu untuk membaca secara utuh suatu informasi yang dilihat.

Penutup

Informasi yang berasal dari media sosial seperti umpan lezat yang mudah memikat siapa saja para pengguna media sosial, terlebih para pengguna media sosial yang cenderung pro atau kontra pada suatu permasalahan tanpa memiliki nilai-nilai kejujuran dan moral sehingga jika ada informasi mereka melihatnya tidak lagi netral sehingga mudah sekali terjebak dalam lingkaran penghasutan, pemelintiran informasi dan terakhir cenderung bersemangat untuk membagikan informasi tersebut kepada orang lain.

Jika pengguna media sosial tetap tidak mau memperbaiki sikap dan larut dalam kesenangan menelan mentah-mentah informasi yang berasal dari media sosial dan ikut serta dalam menghasut dan membuat ujaran yang membuat tidak nyaman, alangkah baiknya untuk membatalkan pertemanan atau berhenti mengikutinya, dan berhenti menyukainya agar tidak lagi dikirimi tautan-tautan yang bernada menghasut.

Banyak kejadian yang mengarah pada kekerasan dan aksi brutal berawal dari informasi yang tidak akurat dan informasi sesat tersebut cenderung disebarkan melalui media sosial. Penulis mengingatkan kembali bahwa media sosial bukanlah media massa melainkan media untuk berinteraksi dan menjalin komunikasi antara satu individu dengan individu yang lain. Bukan berarti setiap informasi yang ada di media sosial tidak dapat dipercaya melainkan perlu adanya filter dari tiap penggunanya. [pu]

Penulis Adalah Alumnus  Unimed, Tinggal di Prapat Janji, Kisaran

- Advertisement -

Berita Terkini