Oleh: Ika Prihatiningsih, S.Sos (Pegiat Literasi Klaten)
Mudanews.com OPINI – Hingar bingar perayaan hari ibu telah usai. Sebuah momen untuk meramaikan kebesaran cinta, pengorbanan, dan peran sentral ibu di dalam keluarga. Setiap tahun, kita menghormati mereka yang selalu berada di posisi terdepan, menyediakan kehangatan, perlindungan, dan harapan bagi anak-anak serta suaminya. Namun, di balik semangat perayaan yang penuh kebahagiaan, terdapat realitas pahit yang seringkali terabaikan. Banyak ibu rumah tangga terjebak dalam jeratan hutang yang berat, hingga beberapa di antaranya terpaksa menghadapi pikiran bunuh diri sebagai jalan keluar terakhir.
Data kasus yang beredar menunjukkan bahwa banyak ibu rumah tangga menjadi korban tekanan akibat hutang keluarga, terutama pinjaman online (pinjol) ilegal. Misalnya, kasus di Kediri tahun 2024, seorang ibu bersama keluarga mencoba bunuh diri dengan minum racun karena tak tahan tekanan penagihan pinjol yang terus-menerus, bahkan setelah aplikasi pinjol dihapusnya. Di Depok, seorang ibu dua anak ditemukan tewas gantung diri dengan ditemukannya chat tagihan pinjol sebesar Rp12 juta di ponselnya, sementara dia tidak memiliki pekerjaan tetap dan hidup sendirian dengan anak-anak.
Kasus yang lebih tragis terjadi di Bandung tahun 2025, di mana seorang ibu membunuh dua anaknya sebelum mengakhiri hidupnya sendiri, dengan surat wasiat yang menceritakan beban utang pinjol dan judi online suaminya yang menumpuk serta rasa terisolasi yang mendalam.
Selain pinjol, faktor ekonomi yang lemah juga menjadi penyebab utama tekanan bagi ibu rumah tangga. Seperti kasus di Lubuk Linggau tahun 2025, seorang ibu berusia 26 tahun ditemukan tewas gantung diri karena tekanan ekonomi, dan diketahui sudah tiga kali mencoba bunuh diri sebelumnya. Semua kasus ini menunjukkan betapa beratnya beban yang ditanggung ibu rumah tangga, yang tidak hanya menjadi pengasuh dan pendidik, tetapi juga seringkali menjadi penanggung jawab finansial keluarga yang tertekan.
Dampak Tragis Bagi Keluarga dan Masyarakat
Tindakan bunuh diri ibu rumah tangga tidak hanya mengakhiri nyawa seorang individu, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Anak-anak kehilangan sosok ibu yang dicintai, suami kehilangan pasangan hidup, dan orang tua kehilangan anak. Selain itu, dampak finansial juga sangat besar, keluarga yang sudah terjebak hutang akan kehilangan sumber daya tambahan, dan kadang-kadang harus menanggung cicilan yang tersisa tanpa bantuan dari yang bersangkutan. Di sisi lain, masyarakat juga harus menyadari bahwa kasus ini adalah tanda bahaya yang menunjukkan masalah sosial dan ekonomi yang perlu diselesaikan secara serius.
Membutuhkan Perhatian dan Bantuan yang Nyata
Pada Hari Ibu yang kita rayakan, tidak cukup hanya dengan memberi hadiah atau ucapan selamat. Kita perlu memberikan perhatian yang lebih dalam terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan ibu rumah tangga. Pemerintah perlu memperkuatk pengawasan terhadap pinjol ilegal, memberikan akses layanan keuangan yang terjangkau, dan menciptakan lapangan kerja yang baik untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Keluarga dan komunitas juga berperan penting sebagai memberikan dukungan emosional, mendengarkan keluhan, dan membantu mencari solusi ketika ibu mengalami kesulitan. Selain itu, akses layanan kesehatan mental yang mudah dan terjangkau juga sangat diperlukan untuk membantu mereka yang mengalami depresi atau pikiran bunuh diri.
Hari Ibu tak hanya menjadi momen untuk menyadari betapa berharga dan pentingnya sosok ibu, tetapi juga pentingnya melindungi mereka dari semua bentuk tekanan dan kesulitan. Jangan biarkan cinta dan pengorbanan mereka tergeser oleh jeratan hutang yang tak perlu. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, di mana ibu rumah tangga merasa dihargai, didukung, dan memiliki harapan untuk masa depan yang lebih cerah.***

