Mudanews.com OPINI | Sebuah potret ironis salah satu pemilik sah Republik ini. Bencana alam menghanyutkan sandaran hidup beserta orang-orang tercintanya.
Seorang kakek di Aceh selamat dan bertahan hidup dari uluran tangan. Namun bantuan terlambat tiba dengan berbagai alasan kendala birokrasi dan prosedur.
Gerak cepat Pemerintah hanya narasi
Puluhan ton bantuan menumpuk di Bandara itu persoalan kordinasi yang putus
Menolak bantuan asing itu tarik ulur antara argumentasi kedaulatan dengan kemanusiaan.
Tiba tiba, diam-diam, bantuan dari tetangga negara menyelinap. Masuk ke ruang kemanusiaan, terdokumentasi dengan telak. Memberi pesan bahwa negara gagal mengelola kemanusiaan.
Lelaki itu terharu tanpa pura-pura. Harapannya pada nama yang tertulis dalam kaos tidak penting lagi, bahkan mungkin sudah lupa pernah mempercayainya.
Lelaki itu menjadi korban kepentingan negara menjaga kedaulatan. Kemanusiaannya sementara dibiarkan tumbuh di ruang publik. Menghajar kepongahan mereka yang sedang asik menyusun rencana di meja makan sambil bercerutu.
Mereka yang justru sedang sibuk cuci tangan penyebab bencana
—
_@dahono prasetyo_

