Negara di Persimpangan Krisis dan Ujian Keberpihakan

Breaking News
- Advertisement -

Editorial Akhir Pekan 

Mudanews.com Editorial l – Sepekan terakhir kembali memperlihatkan wajah Indonesia yang diuji oleh krisis berlapis. Bencana alam, kegaduhan hukum, hingga dinamika politik dan sosial berjalan bersamaan, seolah menegaskan bahwa persoalan bangsa tidak pernah berdiri sendiri. Dalam rangkaian peristiwa yang dilaporkan Mudanews.com, satu pertanyaan mendasar terus mengemuka: di mana negara ketika warganya paling membutuhkan kehadiran?

Banjir bandang dan longsor di berbagai wilayah Sumatera menjadi peristiwa paling nyata. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih bergulat dengan dampak kerusakan yang luas, korban yang belum sepenuhnya tertangani, serta trauma sosial yang panjang. Tragedi ini kembali menegaskan bahwa bencana bukan sekadar takdir alam, melainkan akumulasi kebijakan yang mengabaikan daya dukung lingkungan.

Di tengah keterbatasan respons struktural, masyarakat sipil justru tampil sebagai penyangga utama kemanusiaan. Relawan, organisasi sosial, komunitas keagamaan, dan tenaga medis bergerak cepat menembus wilayah terdampak. Fakta ini patut diapresiasi, namun sekaligus menyisakan ironi: solidaritas warga tidak boleh terus-menerus dijadikan substitusi atas tanggung jawab negara.

Pada saat yang sama, ruang hukum dan keamanan publik kembali diwarnai kegelisahan. Kasus kekerasan dan kontroversi penegakan hukum yang mencuat sepanjang pekan ini menunjukkan bahwa keadilan prosedural belum tentu menghadirkan rasa keadilan substantif. Kepercayaan publik terhadap institusi hukum masih berada pada titik rawan, menuntut pembenahan yang lebih mendasar, bukan sekadar reaksi sesaat.

Dari sisi politik, sejumlah kebijakan dan regulasi menuai kritik karena dinilai mempersempit ruang sipil dan partisipasi warga. Editorial ini menegaskan bahwa demokrasi tidak hanya diukur dari pemilu, tetapi dari sejauh mana negara bersedia dikritik dan diawasi. Kekuasaan yang sehat adalah kekuasaan yang bersedia dibatasi.

Isu sosial-keagamaan pun menjadi pengingat pentingnya etika dalam kehidupan publik. Dinamika internal organisasi keagamaan besar yang berlangsung di ruang terbuka digital memperlihatkan bahwa konflik nilai tanpa adab hanya akan melahirkan polarisasi baru. Dalam situasi bangsa yang rapuh, keteladanan moral justru menjadi kebutuhan mendesak.

Harapan datang dari suara generasi muda yang tetap hadir di ruang-ruang kesadaran publik. Aksi, diskusi, dan kritik yang mereka suarakan menandai bahwa api kepedulian belum padam, meski sering dihadapkan pada sistem yang lamban dan elitis. Masa depan demokrasi sangat ditentukan oleh apakah suara-suara ini dirawat atau justru dipadamkan.

Editorial ini memandang bahwa rangkaian peristiwa sepekan terakhir adalah cermin utuh kondisi bangsa: rentan secara ekologis, rapuh secara hukum, dan terus diuji secara politik, namun masih ditopang oleh daya tahan masyarakatnya. Kondisi ini tidak boleh dinormalisasi.

Mudanews.com menegaskan sikapnya: keberpihakan pada kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan harus menjadi arah utama kebijakan negara. Krisis boleh datang silih berganti, tetapi pembiaran tidak boleh menjadi kebiasaan. Di sinilah jurnalisme berdiri—mengawal nurani publik, sekaligus mengingatkan kekuasaan akan batas dan tanggung jawabnya.**(Suratmin Ragil)

 

Berita Terkini