Ketua PBNU Ulil Abshar: “Pandangan Zero Mining, Bagi Saya Itu Goblok”. Jaga Mulut Gus!

Breaking News
- Advertisement -

 

Penulis: Nurul Azizah

Mudanews.com OPINI | Menghadapi bencana alam banjir bandang dan tanah longsor di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh kita ikut berempati, ikut berduka cita atas meninggalnya 811 orang dan 623 warga hilang, bisa bertambah jumlahnya. Melihat tayangan video di medsos, situasi di lokasi banjir bandang sangat miris. Mereka kehilangan nyawa, rumah, mobil (kendaraan), hewan ternak dan lain sebaginya. Bahkan korban yang masih hidup ada yang terpisah antara anak dan orang tua. Mereka yang masih hidup menunggu bantuan dari siapa saja yang mau membantu, terutama dari pemerintah. Mereka terus berteriak minta tolong, bahkan teriakan itu hilang sendiri karena kehabisan tenaga.

Musibah ini tersangkanya penebangan kayu secara serampangan, ijin tambang yang diberikan pemerintah secara ugal-ugalan, hutan sudah digunduli kemudian ditambang. Pembangunan yang telah menutup daerah resapan. Longsor dari tebing hutan yang maha dahsyat saat diguyur hujan deras.

Hal ini memperjelas bahwa banjir bandang di tiga provinsi karena memang ulah manusia. Buktinya banyak kayu besar gelondongan ikut hanyut dan jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan. Dari kayu tersebut potongannya rapi karena digergaji.

Atas kejadian ini masyarakat yang lagi berduka meminta agar penambangan di Indonesia dievaluasi. Yang jelas pertambangan di Indonesia harus ditata ulang perijinannya atau dihentikan karena sudah menyalahi aturan konservasi penambangan. Terutama dalam bentuk penambangan liar atau ilegal tanpa izin resmi dan pelanggaran terhadap regulasi lingkungan hidup.

Yang geger saat ini adalah pernyataan dari Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Gus Ulil Abshar Abdalla secara tidak langsung menolak wacana zero mining, bahkan yang punya ide zero mening, oleh Gus Ulil itu dianggap goblok. Kemungkinan Gus Ulil beranggapan bahwa yang dimaksud zero mining itu sama sekali tidak ada penambangan. Di Indonesia, konsep zero mining sering disalahartikan sebagai penolakan aktivitas pertambangan sepenuhnya demi pelestarian lingkungan.

Gus Ulil yang menolak zero mining dan memicu perdebatan sengit karena dianggap tidak realistis oleh sebagian pihak yang melihat pertambangan sebagai sumber mata pencaharian utama. Manfaat hasil tambang sangat luas, meliputi sebagai sumber energi dan bahan baku industri serta menjadi komponen penting dalam teknologi modern. Tetapi tidak sebagai sumber kerakusan pejabat dan pengelola tambang.

Kalau ada pandangan zero mining menurut Gus Ulil itu sama dengan “goblok”, karena cara pandang zero mining merupakan konsep yang keliru.

“Kalau ada orang yang berpandangan zero mining, bagi saya itu goblok. Zero mining itu tidak ada sama sekali penambangan. Pandangan ini yang tepat adalah ok mining. Tapi diatur dengan regulasi yang benar,” pungkasnya sebagaimana tersiar di media sosial pada Kamis (4/12/2025).

Yang goblok siapa Gus? Fahami dulu arti sebenarnya dari kata zero mining atau pertambangan nol manusia. Yaitu meminimalkan atau menghilangkan kehadiran manusia secara langsung di zona operasi tambang. Atau menghilangkan kehadiran manusia langsung di zona operasi berbahaya melalui otomatisasi, robotika, dan pengoperasian jarak jauh. Bukan tidak ada sama sekali penambangan.

Kalau belum tahu artinya jangan bilang goblok, jaga mulut Gus. Panjenengan itu saya kenal sebagai ulama yang mengajarkan kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali mengacu pada akhlak. Pas saya ngaji kaleh panjenengan secara langsung temanya “bahaya orang yang tidak bisa menjaga mulutnya”.

“Orang Islam yang sudah menjalankan sholat, puasa, zakat, dan haji tetapi tidak bisa menjaga mulut, berarti belum sempurna akhlaknya”, itu kata panjenengan saat pengajian.

“Orang Islam itu orang yang mulutnya tidak menyakiti dan mengganggu orang lain”. Itu juga kata panjenengan saat pengajian. Tetapi mengapa sekarang panjenengan menyakiti masyarakat Indonesia dengan kata ‘Goblok”. Jaga mulutnya Gus, karena perkataan ini, Indonesia menjadi ramai atau berisik akibat dari mulutnya Gus Ulil yang tidak bisa dijaga. Menyandang panggilan “Gus” tapi afatul lisan yaitu golongan orang tidak bisa menjaga lisannya.***

Nurul Azizah penulis buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI dan Dari Perempuan NU Untuk Indonesia”

Berita Terkini