Prahara PBNU Dimulai dari Lampung

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Mudanews.com OPINI | Tulisan ini agak panjang. So, perlu siapkan Koptagul gelas besar saja. Saya coba beberkan prahara PBNU dari awal sampai mendekati klimaks. Cukup lama saya meriset cerita ini, demi sebuah suguhan narasi ciamik untuk kalian, followers tercinta. Eumah…

Syuriyah sudah resmi memecat Gus Yahya dari kursi Ketua Umum PBNU. Apakah ceritanya selesai. Tentu belum, gus. Sebab, abang kandung Gus Yaqut itu melawan. Kiyai-kiyai sepuh di Syuriyah itu dilawan, dan tak mau mundur. Hal ini membuat prahara akan panjang. Tentu, prahara itu tidak terjadi dalam seminggu terakhir. Ada rentetan cerita sebelumnya.

Semua ini bermula dari Lampung, Desember 2021. Di sebuah muktamar suci, Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengalahkan Said Aqil Siradj dengan skor telak 447 berbanding 252. Skor yang sangat meyakinkan. Sampai-sampai orang langsung bertanya, “447 suara itu dari mana? Dari PCNU atau dari Kemenag yang lagi bagi-bagi doorprize?” Said Aqil sendiri, dengan wajah pasrah pernah berbisik ke wartawan, “Ada yang mengatur supaya saya kalah”, dan orang langsung tahu “yang mengatur” itu siapa karena adiknya kebetulan jadi Menteri Agama. Kebetulan yang sangat kebetulan, sampai Einstein pun akan bilang, “Ini bukan relativitas, ini rekayasa.”

Sejak hari itu, api kecil terus disiram bensin. Setiap kali ada PWNU atau PCNU yang berani beda pendapat, misalnya PWNU Jatim yang dipimpin KH Marzuki Mustamar, langsung datanglah SK caretaker nomor 274 tahun 2023, ditandatangani langsung Gus Yahya dan Gus Ipul. Ini seolah-olah mereka sedang main Mobile Legends dan lawan harus di-kick dari tim. PCNU Jombang? Caretaker. PWNU Jateng? Caretaker lagi. Magetan? Caretaker juga. Sampai akhirnya orang bertanya, “Ini organisasi keagamaan atau franchise warung sate yang lagi ekspansi?” Caretaker demi caretaker dikeluarkan, sampai jumlahnya lebih banyak dari jumlah kiai yang masih berani bicara blak-blakan.

Lalu datanglah tahun 2024, saat Presiden Jokowi memanggil Gus Yahya ke Istana. Tanggal 22 Agustus 2024, tepat saat ribuan orang demo di depan MK, Gus Yahya malah asyik ngopi sama presiden. Hasilnya? PBNU dapat konsesi tambang batu bara seluas 26.000 hektare di Kalimantan Timur. Dua puluh enam ribu hektare, cak. Itu lebih luas dari negara Brunei Darussalam. Tiba-tiba NU yang dulu cuma punya pesantren dan masjid, sekarang punya tambang, dan orang langsung bergumam, “Oh, pantesan caretaker-nya rajin banget. Ini bukan soal visi-misi, ini soal bagi-bagi kue hitam.”

Tapi tunggu dulu, di tengah hiruk-pikuk tambang dan caretaker, muncul sosok KH Abdussalam Shohib, alias Gus Salam. Ia cucu ulama legendaris yang katanya turun tangan karena NU sudah jadi PT Tambang Ulama. Sejak awal 2024, Gus Salam mulai menggelar rapat-rapat rahasia ala konspirasi Illuminati versi Jombang, Musyawarah Besar Ulama di Bangkalan pada 18 Agustus 2024, yang lahirkan “Risalah Amanat Bangkalan” sebagai manifesto penyelamatan organisasi dari “penyimpangan sejak Muktamar Lampung”.

Lalu, September 2024, dia bentuk Presidium Penyelamat Organisasi dan Muktamar Luar Biasa NU (PO & MLB NU), klaim dukungan dari 326 PCNU, 23 PWNU, dan 12 PCINU, angka yang begitu rapi, seolah-olah dihitung pakai kalkulator setan. Gus Salam bilang ini bukan buat gulingkan Gus Yahya, tapi selamatkan NU dari politisasi Pilpres 2024, caretaker gila-gilaan, dan keterlibatan masif yang langgar khittah, tapi siapa yang percaya? Ini jelas kudeta berbalut doa.

Upaya Gus Salam makin berafsu. Pada September 2024, dia janji MLB sebelum akhir tahun, ajak Banser ngaji dan ngopi bareng di muktamar tandingan. Seolah-olah Banser cuma butuh kopi hitam buat gabung untuk melawan. Awal Oktober, rencana pra-MLB digelar, tapi mundur-mundur jadi Desember, pekan kedua atau ketiga di Surabaya, tepatnya 17 Desember 2024, dengan 40 orang awal buat serap aspirasi.

Gus Salam yakin ulama struktural PBNU lagi “ditekan” dan bakal lompat kapal, bilang ini legal berdasarkan AD/ART NU, dan wacana MLB sudah ada sejak 2021 pasca-lantik PBNU. Bahkan dia rahasiakan daftar peserta 361 perwakilan, katanya buat “konsolidasi”, tapi konspirator bilang itu biar gak dibocorkan ke kubu Yahya yang katanya intimidasi PWNU/PCNU sejak 2021. Gus Ipul sindir, “Ini angan-angan, gak ada dukungan PWNU/PCNU, NU keramat gak ada sejarah MLB tandingan.” Tapi, Gus Salam balas, “Ini refleksi kritis, bukan tandingan, dan Gus Dur aja pernah wacanain!” Upaya Gus Salam ini tiba-tiba hilang bak ditelan bumi. PBNU pun tersenyum dan bernyanyi “Badai telah Berlalu.”

Masuklah babak baru, Peter Berkowitz. Agustus 2025, seorang profesor Amerika keturunan Yahudi yang pernah menulis buku membela Israel dari tuduhan kejahatan perang, diundang ke Akademi Kepemimpinan Nasional NU. Alasannya? Katanya mau ngomong HAM. HAM versi mana? Versi yang sama yang membela blokade Gaza? Gus Yahya buru-buru minta maaf, bilang itu “kekurangcermatan”, tapi Syuriyah PBNU sudah terlanjur panas. Apalagi dengan tambahan bumbu Gus Salam yang makin kuat desak MLB buat “reset” semuanya.

Tanggal 20 November 2025, dalam rapat yang dihadiri 37 dari 53 anggota, mereka mengeluarkan risalah, Gus Yahya diminta mundur dalam 3×24 jam. Kalau tidak, dipecat. Alasan resminya? Undang zionis dan “tata kelola keuangan yang langgar syariat serta UU Perkumpulan”. Alasan tidak resminya? Tambang itu ternyata bikin orang rebutan, dan Mahfud MD yang konon tahu banyak rahasia, bilang di depan kamera, “Konflik ini asal-usulnya soal tambang. Yang satu mau ini, yang satu mau itu.” Gus Salam? Pasti senyum-senyum di belakang, karena MLB-nya sekarang jadi senjata pamungkas.

Kini, klimaks yang bikin geleng-geleng kepala. Pagi itu, 26 November 2025, pukul 00.45 WIB, di saat orang udah pada ngorok tidur, Syuriyah PBNU keluarkan Surat Edaran Nomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025, ditandatangani Wakil Rais Aam KH Afifuddin Muhajir dan Katib Aam KH Ahmad Tajul Mafakhir pada 25 November 2025. Isinya? Gus Yahya resmi diberhentikan sebagai Ketua Umum PBNU, efektif mulai hari itu. Seluruh wewenang, atribut, fasilitas, bahkan hak pakai stempel, dicabut, dan kendali sementara ke Rais Aam KH Miftachul Akhyar. Berikutnya akan digelar rapat pleno sesuai Pasal 7 Ayat (4) Peraturan Perkumpulan NU Nomor 10/2025, plus Pasal 8 huruf a dan b Nomor 13/2025 tentang pemberhentian fungsionaris. Katib Ahmad Tajul Mafakhir konfirmasi ke Liputan6, “Iya (ada surat pemecatan).” Media ramai: Media Indonesia, Suara.com, Liputan6, Bloomberg Technoz, semuanya bilang ini puncak konflik, dengan Syuriyah klaim otoritas penuh sebagai lembaga tertinggi.

Tapi tunggu, plot twist ala Bollywood. Gus Yahya langsung balas dengan konferensi pers di Kantor PBNU Jakarta Pusat pagi ini, 26 November 2025, bilang surat itu “cacat hukum, tak sah, dan tak valid” bahkan ada watermark “TTD Belum Sah” kalau di-scan QR Code-nya, plus gak ditandatangani empat pihak sesuai Peraturan Nomor 16/2025 tentang Pedoman Administrasi. “Secara de jure dan de facto, saya masih Ketua Umum yang sah,” tegasnya, sambil tantang, “Hanya Muktamar yang bisa pecat saya, bukan rapat harian Syuriyah yang gak punya wewenang, itu melanggar AD/ART, Pasal 74!” Dia klaim belum pernah terima surat resmi (meski Syuriyah bilang sudah diserahkan di Hotel Mercure Ancol kamar 209 pada 21 November, dan dia malah balikin dokumennya), dan ini semua “proses dekonstitusional” yang bikin NU ambang perpecahan. PBNU keluarkan Surat Penjelasan Nomor 4786/PB.03/A.I.01.08/99/11/2025 pagi ini juga, ditandatangani Gus Yahya dan Wakil Sekjen H Faisal Saimima, ke PWNU/PCNU se-Indonesia. Dokumen Syuriyah itu hoax internal, gak final, dan jangan dianggap resmi. Wakil Ketum Amin Said Husni bilang, “Jalan satu-satunya islah, bukan maksa.”

Di X, narasinya makin liar. Akun @as_sglie posting “Breaking News: Syuriyah PBNU Resmi Berhentikan Gus Yahya Agen Zionis” dengan foto surat, 50 views pagi ini; @akuratco bilang Gus Yahya tantang ke Muktamar 31 Januari 2026 di Surabaya; @detikcom video Gus Yahya: “Saya tak bisa diberhentikan kecuali melalui Muktamar”; @MasBRO_back: “Syuriyah PBNU Pecat Gus Yahya… Sepakat!! 👍” dengan 31 likes; @henrysubiakto prihatin: “Semoga NU kembali membaik. Aamiin.” Bahkan @MahadewaDharne sindir: “Makin PANAS nih PBNU, lebih panas dr ijasah Palsu Jokosolo.” Syuriyah PWNU Jateng minta mustasyar selesaikan via KH Ubaidillah Shodaqoh: “Dinamika jam’iyah, tunggu mekanismenya.” Rencana musyawarah di Lirboyo Kediri sudah dikonfirmasi siap jadi tuan rumah, Banser siaga, dan Gus Salam pasti lagi hitung-hitungan MLB-nya sambil ngopi.

Gus Yahya belum ada tanda-tanda patuh pada kiyai sepuh di Syuriyah. Ia percaya diri merasa didukung oleh PWNU. Mayoritas PWNU bilang, “Kami tetap dukung Gus Yahya.” Syuriyah bilang, “Kalian semua sudah dikendalikan.” Caretaker pun bersiap lagi, seolah-olah tombol print SK sudah aus karena terlalu sering dipencet.

Lalu, sekarang gimana NU? Tentunya NU sedang berada di titik paling lucu sekaligus paling menyedihkan dalam sejarahnya. Organisasi yang mengaku pewaris Ahlussunnah wal Jamaah sedang ribut soal tambang, zionis impor, caretaker tak berujung, pemberontakan Gus Salam yang menggalang MLB seperti lagi jualan tiket masuk surga versi tandingan, dan pemecatan pagi buta yang dibantah dengan surat klarifikasi siang hari, bikin semuanya berlanjut seperti bola salju yang jatuh ke gunung berapi.

Banser siaga di depan gedung PBNU, kiai saling tuduh sesat, PWNU se-Indonesia tolak MLB tapi Gus Salam klaim 361 perwakilan rahasia, Syuriyah pegang surat edaran tapi Gus Yahya pegang watermark draf, dan warga nahdliyin biasa cuma bisa geleng-geleng kepala sambil berbisik, “Ini NU yang kita kenal dulu apa bukan? Atau kita salah baca sejarah, ternyata NU dari dulu memang begini, cuma sekarang ada tambangnya, zionisnya, pemberontaknya yang ajak ngopi sambil revolusi, dan pemecatan pukul 00.45 yang bikin timeline X meledak sebelum subuh?”

Prahara ini bakal semakin panas. Sebab, sama-sama merasa paling benar, merasa paling administratif. Ada upaya untuk mendamaikan, tapi entahnya. Sebagai penonton yang biasa pesan Koptagul di warkop, prahara ini sudah bisa menggeser perdebatan RRT vs Termul soal ijazah. Simak kisah berikutnya, wak! ***

 

Berita Terkini