Kudeta Sunyi Di Jantung PBNU, Gusur Ketum Yang Pro Jokowi

Breaking News
- Advertisement -

 

Penulis : Nurul Azizah

Mudanews.com OPINI | Ketika ijazahnya Jokowi mulai ramai dibahas oleh netizen 62, kemudian Roy Suryo, Rismon dan Tifa (RRT) tidak mau damai tiba-tiba ada berita gerbong NU pecah kongsi. Dalam hati, wah berita dari PBNU ini menutupi berita ijazah Jokowi. Ya jelas saya pribadi yang mengikuti secara intens isu ijazah Jokowi, kemudian beralih ke konflik internal para Pengurus Besar Nahdatul Ulama. Saya sebenarnya males dengan ulah para pengurus PBNU yang rata-rata menjadi pengikutnya Presiden ke-7 Joko Widodo dan bertekad memihak kepada Gibran sebagai kelanjutan dari ayahnya.

Ya mau tidak mau, saya sempatkan untuk menulis “Kudeta Sunyi di Jantung PBNU” dimana Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya diminta segera mundur dari jabatan sebagai Ketum PBNU tanpa ada Musyawarah Luar Biasa (MLB) yang mencongkel Gus Yahya dari posisi Ketua Umum PBNU.

Padahal isu adanya MLB NU ini santer digaungkan akhir Desember 2024 lalu. Bahkan Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan bahwa, “sejumlah pihak yang hendak menggelar MLB tidak memahami NU. Ya karena MLB hanya bisa digelar oleh pengurus PBNU sendiri. Sepanjang sejarah NU, masih menurut Gus Ipul, tidak ada peristiwa MLB yang digelar pihak eksternal pengurus PBNU yang berhasil. (Dikutip dari Kompas edisi 18/12/2024).

Sekarang terbukti kan yang bisa menggusur atau mencongkel posisi Ketum PBNU ya pihak internal sendiri. Melalui operasi senyap dan sunyi di jantung PBNU sendiri. Pada hari Kamis 20 November 2025 di Hotel Aston City Jakarta, Syuriah NU yang diikuti 37 dari 53 anggota pengurus harian Syuriah NU mengadakan rapat dan hasil rapat ditandatangani oleh pimpinan rapat sekaligus Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar.

“Musyawarah antara Rais Aam dan dua wakil Rais Aam memutuskan: KH. Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu 3 hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat harian Syuriah NU,” tulis poin pada putusan rapat harian Syuriah tersebut.
Putusan tersebut salah satu alasannya berkaitan dengan kegiatan Akademik Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) yang mengundang narasumber terindikasi dengan jaringan Zionisme Internasional. Itu melanggar dan bertentangan dengan nilai serta ajaran PBNU. Kegiatan tersebut dianggap oleh Syuriah NU sebagai tindakan yang mencemarkan nama baik NU. Alasan lainnya adalah Dewan Syuriah NU ingin menata kembali organisasi terutama masalah keuangan organisasi.

Syuriah NU merupakan pimpinan tertinggi lembaga struktural NU baik tingkat pusat (PBNU), tingkat wilayah (PWNU), tingkat Kota (PCNU), tingkat kecamatan (MWCNU), tingkat kelurahan (Ranting NU) hingga anak ranting (tingkat pengurus NU paling bawah). Pimpinan Syuriah NU disebut Rais Aam. Kedudukan Syuriah NU berada di atas Tanfidziah (badan pelaksana).

Ada apa Syuriah NU sampai memecat Ketum PBNU? Menurut tulisan saya sebelumnya bahwa: “Gus Yahya menjadi periode terburuk kepemimpinan PBNU, karena mengabaikan pesan Gus Dur.” Ya karena Gus Dur pernah berpesan kepada para Nahdliyyin bahwa Nahdlatul Ulama (NU) sebuah organisasi agama yang juga menjalankan tugas memberikan kritik dan mengawasi jalannya pemerintahan. Tetapi Gus Yahya malah bermesraan dengan pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo dan sampai saat ini di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Ketum PBNU pun tidak pernah mengkritik pemerintah. Padahal pesan Gus Dur “NU jangan sampai lupa mengkritik pemerintahan yang ada.”

Alasan pemecatan Ketum PBNU yang lain adalah persoalan tambang. Ada dugaan transaksi dana terkait jaminan kerjasama tambang batubara yang melibatkan pihak internal PBNU dan swasta. Ada isu bahwa pengolahan tambang dilakukan untuk misi menguntungkan personal pengurus PBNU tanpa asas kemaslahatan jam’iyyah sesuai arahan Gus Yahya Ketum PBNU.

Kalau menurut pengamatan saya, pecahnya pengurus kongsi besar ormas NU ini adalah wujud konsolidasi kedekatan sekjen PBNU Gus Ipul ke Presiden Prabowo Subianto, sementara Gus Yahya dekat dengan Joko Widodo. Sehingga ada kemungkinan sekjen PBNU yang pro Prabowo akan geser Gus Yahya sebagai Ketum PBNU yang pro Jokowi. Hal ini adalah langkah persiapan untuk muktamar NU yang akan dilaksanakan pada tahun 2026. Masih ingat siapa Sang Pengusul Soeharto sebagai Pahlawan Nasional tidak lain adalah Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. Fahamkan tiba-tiba saja ada kudeta sunyi di jantung PBNU. Inilah langkah-langkah sunyi kalau Prabowo Subianto akhirnya mau pisah sama Jokowi hehehehe, apakah benar demikian? Wallahu a’lam bis shawab 🙏

Nurul Azizah penulis Buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI” dan Buku “Dari Perempuan NU untuk Indonesia” minat hub penulis atau WA 0855810220132

Berita Terkini