Hampir Seluruh Nahdliyin Sepakat Gus Yahya Diberhetikan sebagai Ketum PBNU

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Mudanews.com OPINI – Tulisan saya di TikTok berjudul “Syuriyah PBNU Minta KH Yahya Cholil Staquf Mundur Dalam Tempo Tiga Hari” ternyata meledak seperti kentongan ronda dipukul malaikat Jibril. Baru semalam tayang, pagi ini sudah dibaca 166 ribu, dibagikan 415 kali. Ada ribuan komentar sampai pegel balasnya. Ini angka yang kalau disodorkan ke panitia muktamar, mereka mungkin langsung bikin sidang darurat, “Siapa yang baca doa wirid ini? Kok viralnya setengah brutal?”

Mari kita ulas gempa dahsyat di tubuh organisasi Islam terbesar di negeri ini. Tentunya sambil seruput Koptagul plus udud. Cuma, maaf wak saya tak ngudud kali ini. Lanjut ya..

Saya baca komentar netizen satu per satu, macam membaca hasil istikharah massal. Hampir semuanya sepakat, Gus Yahya, abang kandung dari Yaqut Cholil Qoumas, harus turun dari jabatan Ketum PBNU. Kalau ente tak percaya, berkunjung saja ke akun saya. Jangan lupa follow hehehe. Yang tidak setuju? Mungkin hanya dua, beliau sendiri dan admin grup WA yang kelelahan memantau notifikasi.

Dalam tradisi NU, ada satu doktrin ghaib yang diwariskan dari generasi ke generasi. Jangan sampai kualat sama kiyai. Kualat ini bukan kualat biasa, ini kualat level “langsung dapat teguran dari langit melalui mimpi basah dan mimpi basah spiritual.” Itu sebabnya santri sangat hormat kepada kiyai. Kalau kiyai batuk, santri bilang, “MasyaAllah.” Kalau kiyai marah, santri bilang, “MasyaAllah lebih dalam.” Bahkan kalau kiyai salah sebut tanggal, santri tetap bilang, “Benar, Kiyai. Tanggal mengikuti perkataan panjenengan.” Ups.

Namun di tengah adab sepenting itu, Syuriyah PBNU justru datang membawa keputusan yang bikin jantung NU berdetak pakai sound system masjid. Rapat pada 20 November 2025 di Hotel Aston City Jakarta menetapkan bahwa KH Yahya Cholil Staquf harus mundur dalam tempo tiga hari. Tiga hari, Wak! Ini bukan tenggat administrasi, ini level ultimatum gaya Nabi Musa menghadapi Firaun, namun versi ormas yang didirikan KH Hasyim Asy’ari ini.

Keputusan itu ditandatangani Rais Aam KH Miftachul Akhyar beserta dua Wakil Rais Aam. Alasannya pun tak main-main, dugaan pelanggaran nilai dasar organisasi NU dan isu mengundang tokoh yang dianggap dekat dengan jaringan Zionisme internasional dalam program AKN NU. Ditambah lagi indikasi masalah tata kelola keuangan PBNU. Lengkap sudah, spiritual kena, finansial kena, politik kena. NU sedang berada dalam mode “final boss battle.”

Sementara itu, Gus Yahya belum memberikan pernyataan resmi. Beliau diam, mungkin sedang menghitung apakah tiga hari itu dihitung pakai kalender masehi, hijriah, atau kalender panitia tahlilan yang biasanya molor setengah jam.

Tapi drama tidak berhenti di situ. Muncul tokoh muda NU, Mukhlas Syarkun, yang seperti santri berani melawan angin malam sambil bawa kitab kuning. Ia mengatakan pemecatan itu terlalu lemah. Rais Aam tidak bisa ujug-ujug memecat Ketum. Harus ada SP, itu pun bertingkat. “Budaya kita itu tabayun,” tegasnya. Ia juga merasa urusan kehadiran Peter Berkowitz tidak seharusnya dibesar-besarkan, apalagi Ketum PBNU sudah minta maaf dan banyak Rais juga hadir. “Kalau salah rame-rame, ya tolong adil dalam memarahi,” begitu kira-kira maksudnya.

Di sisi lain, Pengurus Tanfidziyah PBNU pun merespon dengan surat resmi mengundang PWNU se-Indonesia untuk rapat koordinasi di Hotel Novotel Samator, 22 November pukul 19.00 WIB. Ini seperti panggilan Darurat 911 versi Nahdliyin. Semua menunggu, apakah rapat ini jadi jalan perdamaian? Atau justru jadi episode baru “Prahara di Langit Syuriyah”? Saya tak bisa membayangkan betapa sibuknya 34 PWNU harus pesan tiket, harus meninggalkan semua kesibukan, berangkat ke Jakarta demi PBNU. Pasti tak sempat lagi ngopi.

Yang jelas, drama tiga hari ini bukan lagi sekadar konflik internal. Ini sudah jadi epos, babak besar dalam kitab kuning organisasi. Netizen? Tinggal nyeruput kopi sambil menunggu plot twist berikutnya.

 

Berita Terkini