Adian Napitupulu vs Purbaya Yudhi Sadewa

Breaking News
- Advertisement -

 

Oleh : Budiman Agung Wibowo Komunitas GenZ Kalimantan Timur.
Mudanews.com OPINI | Perbedaan pendapat antara anggota DPR RI Adian Napitupulu dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di perkirakan tidak akan berhenti dalam waktu singkat.

Adian berdiri pada sikap nya bahwa matinya UMKM bukan karena Impor Thrifting yang menurut kementrian UMKM sekitar 3.600 ton. Menurut Adian, UMKM tekstil mati karena impor *Tekstil Ilegal dari China sebesar 784.000 ton* atau 217 kali lipat dari Thrifting. Adian sepertinya ingin mengutip apa kata pepatah “semut di seberang laut terlihat tapi gajah di depan mata tidak terlihat”

Perbedaan pandangan ini akan menjadi arena intelektual berbobot ketika Purbaya juga masuk dengan data data dan argumentasi yang kuat. Namun yang terjadi justeru Purbaya menjawab Adian bukan dengan data melainkan analogi yang menyamakan Thrifting Ilegal dengan Ganja.

Kekuatan argumentasi Adian tidak hanya di dukung oleh data perbandingan Impor Ilegal tetapi juga data data riset kecenderungan Gen Z dan Millenial menyukai Thrifting. Selanjutnya Adian dengan piawai menyandingkan seluruh data itu dengan data tambahan terkait industri tekstil dan pencemaran serta kerusakan lingkungan.

Argumentasi Adian sekali lagi tidak di bantah Purbaya dengan argumen berbasis data tapi dengan kalimat *”Pokoknya Ilegal tidak boleh”*

Data data Adian yang dijawab dengan *”Pokoknya”* seketika merubah perbedaan pandangan tidak lagi menjadi pertarungan intelektual tetapi Data vs Kuasa.

Memang sulit di pungkiri bahwa Purbaya seperti sengaja menghindari adu data dan argumen dengan Adian. Kenapa demikian? Kemungkinan besar karena Purbaya tahu dan sadar bahwa yang mati akibat impor ilegal bukan hanya UMKM tekstil tetapi semua jenis UMKM apakah makanan, minuman, kerajinan dan lain lain. Jenis jenis UMKM itu hampir tidak ada yang bertahan hidup apalagi berkembang. Dan itu bukan karena serbuan Thrifting tapi karena Gula impor ilegal, Rotan impor ilegal, buah impor ilegal Makanan ringan impor ilegal dan sebagainya sampai permen impor ilegal.

Lebih jauh lagi yang mati karena Impor Ilegal ternyata bukan hanya UMKM tekstil tetapi Petani yang harus berhadapan dengan Impor beras dan buah Ilegal, Produsen Rokok Raksasa seperti Gudang Garam yang terancam gulung tikar karena serbuan Rokok impor ilegal. Bahkan BUMN raksasa sekelas Krakatau Steel juga nyaris habis nafas karena di gempur tanpa putus oleh Baja Impor Ilegal.

Sisi yang lebih tragis adalah karena impor Ilegal itu juga bukan hanya membunuh Industri dalam negeri tetapi juga mengancam kehidupan manusia, Rakyat Indonesia, karena ada yang mengandung radio aktif berbahaya sebagaimana terjadi di Cikande.

Semua serbuan impor ilegal itu terjadi karena bobrok nya Bea Cukai dan itu berada di bawah kementrian yang saat ini di pimpin oleh Purbaya.

Setelah sekian bulan Purbaya ternyata hanya sanggup menangkap dan berpose di Ballpres Ilegal tapi tidak mampu menangkap pelaku impor ilegal 28.000 kontainer tekstil China, Importir Beras Ilegal, Rotan Ilegal, buah ilegal dan sebagainya.

Setelah sekian bulan Purbaya hanya mampu mengambil kebijakan yang berdampak pada hilangnya nafkah ratusan ribu Pedagang Thrifting tapi tidak mampu mengambil tindakan pada puluhan atau ratusan pejabat oknum bea cukai yang mengakibatkan seluruh Industri apakah itu UMKM, Petani, Pabrik rokok hingga BUMN sekarat lalu mati.

Sampai hari ini tidak kita dengar pembersihan besar besaran di bea cukai, penangkapan di bea cukai atau pemecatan di bea cukai, padahal akibat permainan di bea cukai yang membuat impor ilegal itu terus terjadi dan terus membesar serta semakin mengancam semua industri dalam negeri di berbagai sektor.

Jadi masalah terbesar bagi seluruh Industri dalam negeri Indonesia bukanlah di Thrifting dan Ballpres Ilegal tapi di instansi yang di pimpin oleh Purbaya sendiri sebagaimana kata pepatah *”Tidak mungkin membersihkan rumah dengan sapu penuh kotoran”***

 

Berita Terkini