Oleh: dr. Anton Christanto, Sp.T.H.T.B.K.L., M.Kes
Mudanews.com OPINI Wakil Ketua IDI cabang Boyolali 2022-2025 dan Ketua Dewan Pertimbangan Perhati-KL cabang Solo 2025-2028
Momentum yang Penuh Makna
Tanggal 12 November setiap tahun bukan sekadar angka dalam kalender nasional.
Hari itu adalah Hari Kesehatan Nasional (HKN) — sebuah momentum reflektif bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menengok perjalanan panjang sistem kesehatan bangsa ini.
Tahun 2025 menjadi istimewa.
Kita memperingati HKN ke-61 dengan tema “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat.”
Tema ini sederhana, tetapi sarat makna. Ia berbicara tentang masa depan, tetapi dimulai dari masa kini. Ia mengajak kita semua menyadari bahwa generasi muda hari ini adalah penentu kualitas bangsa esok.
Kesehatan generasi muda bukan sekadar indikator angka harapan hidup, melainkan cermin daya saing bangsa.
Bangsa yang sehat adalah bangsa yang berpikir jernih, bekerja produktif, hidup dengan empati, dan mampu menghadapi tantangan global dengan kepala tegak.
Kesehatan Sebagai Fondasi Peradaban
Sejarah membuktikan, tidak ada kemajuan tanpa kesehatan.
Negara-negara dengan sistem kesehatan kuat mampu menciptakan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik yang berkelanjutan.
Sebaliknya, bila generasinya rapuh, maka secanggih apa pun teknologi dan sebesar apa pun sumber daya, bangsa itu akan mudah goyah.
Kesehatan bukan hanya urusan medis, tapi juga urusan kemanusiaan dan peradaban.
Kesehatan anak-anak menentukan kualitas pendidikan.
Kesehatan tenaga kerja menentukan produktivitas ekonomi.
Kesehatan masyarakat menentukan ketahanan sosial.
Karena itu, tema “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat” adalah agenda kebangsaan.
Ia menegaskan bahwa masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam, melainkan oleh kualitas sumber daya manusianya — dan kualitas itu hanya bisa dicapai bila manusianya sehat, cerdas, dan berkarakter.
Peran Dokter: Garda Depan Kemanusiaan
Dalam upaya mewujudkan generasi sehat, peran dokter menjadi sangat penting.
Dokter adalah ujung tombak pelayanan kesehatan, penggerak edukasi masyarakat, sekaligus penjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam praktik medis.
Namun, di balik jas putih dan stetoskop, dokter juga manusia biasa — yang memikul tanggung jawab besar untuk mengemban sumpah profesinya: “Demi kepentingan kemanusiaan, saya akan mengutamakan kesehatan pasien.”
Para dokter di seluruh pelosok negeri bekerja dalam senyap, dari kota besar hingga pelosok terpencil. Mereka hadir di rumah sakit, puskesmas, hingga kampung-kampung kecil.
Ada yang bekerja di ruang operasi, ada yang mendidik mahasiswa kedokteran, ada pula yang turun langsung ke lapangan dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Mereka tidak sekadar mengobati penyakit, tetapi juga menjaga kehidupan.
Setiap tindakan medis, setiap konsultasi, setiap edukasi kesehatan yang mereka berikan adalah bagian dari rantai panjang upaya membangun generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Peran Spesifik Dokter Spesialis THT-BKL
Di antara berbagai cabang spesialisasi kedokteran, dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala dan Leher (THT-BKL) memiliki kontribusi yang sangat vital bagi kualitas hidup manusia.
Mengapa demikian?
Karena fungsi telinga, hidung, tenggorok, dan sistem kepala-leher adalah bagian dari pusat komunikasi manusia — alat untuk mendengar, berbicara, bernapas, mencium, dan menelan. Semua fungsi itu menentukan bagaimana seseorang belajar, bekerja, bersosialisasi, dan hidup bermartabat.
Gangguan pada sistem ini bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah sosial dan pendidikan.
Anak yang tidak bisa mendengar akan kesulitan berbicara dan belajar.
Seseorang yang kehilangan suara akan kesulitan berinteraksi dan bekerja.
Pasien dengan kanker kepala-leher akan kehilangan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Karena itulah, peran dokter THT-BKL dalam menciptakan “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat” begitu strategis.
Mereka berperan dalam:
* Skrining pendengaran pada bayi baru lahir (Universal Newborn Hearing Screening).
* Deteksi dini gangguan bicara dan bahasa anak.
* Pencegahan dan pengobatan infeksi saluran napas atas.
* Edukasi bahaya kebisingan dan pencegahan tuli akibat bising (Noise-Induced Hearing Loss).
* Kampanye berhenti merokok untuk mencegah kanker kepala-leher.
* Operasi rekonstruksi dan bedah kepala-leher yang menyelamatkan fungsi dan nyawa pasien.
Kontribusi mereka bukan hanya menyembuhkan penyakit, tetapi memulihkan harapan.
Mereka membantu anak mendengar suara ibunya untuk pertama kali, membantu guru mendapatkan kembali suaranya, atau mengembalikan fungsi bicara seorang pasien kanker setelah operasi besar.
Itulah makna sejati profesi dokter: bukan hanya memperpanjang hidup, tapi mengembalikan makna kehidupan.
Peran Organisasi Profesi: IDI dan PERHATI-KL
Namun, peran individu tidak cukup tanpa sistem dan organisasi yang kuat.
Dokter tidak bekerja sendiri, mereka bagian dari ekosistem besar yang dibentuk oleh organisasi profesi.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis THT-BKL Indonesia (PERHATI-KL) adalah dua pilar penting dalam pembinaan profesionalisme kedokteran di Indonesia.
Organisasi profesi memiliki tiga fungsi utama:
1. Pembinaan keilmuan dan kompetensi.
Melalui program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB), seminar, pelatihan, dan fellowship.
2. Perlindungan etika dan hukum.
Melalui Badan Kehormatan Etik Kedokteran (BKEK) yang menjaga integritas profesi.
3. Pelayanan sosial dan pengabdian masyarakat.
Melalui kegiatan bakti sosial, edukasi kesehatan, dan respons bencana.
Dalam konteks HKN ke-61, organisasi profesi berperan memastikan bahwa seluruh dokter — dari Sabang sampai Merauke — memiliki pemahaman yang sama: bahwa profesi ini bukan hanya pekerjaan, tetapi pengabdian untuk generasi.
PERHATI-KL, sebagai bagian dari IDI, telah menunjukkan kiprahnya dalam berbagai program:
* Gerakan nasional deteksi dini gangguan pendengaran anak sekolah.
* Kampanye nasional “Stop Tuli Akibat Bising”.
* Bakti sosial operasi bibir sumbing dan gangguan pendengaran di daerah 3T.
* Pelatihan tenaga medis di daerah terpencil untuk diagnosis dini kanker kepala-leher.
* Kolaborasi lintas profesi untuk penelitian kesehatan masyarakat di bidang THT-BKL.
Semua kegiatan ini adalah bentuk nyata kontribusi organisasi profesi dalam mewujudkan “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat.”
Tantangan Baru Dunia Kesehatan
Era pasca-pandemi membawa tantangan baru bagi sistem kesehatan nasional.
Perubahan gaya hidup, urbanisasi, polusi udara dan kebisingan, serta disrupsi digital membawa dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
Di sisi lain, muncul fenomena menurunnya minat dokter muda bergabung dengan organisasi profesi karena berbagai faktor, termasuk persepsi birokrasi, kurangnya keterlibatan aktif, dan terbatasnya program yang dirasakan manfaatnya oleh anggota.
Dalam konteks ini, IDI dan PERHATI-KL perlu bertransformasi menjadi “rumah besar” yang inklusif dan adaptif.
Rumah yang bukan hanya menaungi, tetapi juga menumbuhkan.
Rumah yang tidak hanya besar dalam struktur, tetapi hangat dalam relasi.
Organisasi profesi harus menjadi tempat dokter merasa diperjuangkan, dihargai, dan diberdayakan.
Bukan tempat yang membuat jarak, tetapi ruang yang memperkuat solidaritas dan kebersamaan sejawat.
Transformasi organisasi adalah bagian dari perjalanan menuju masa depan profesi yang tangguh — organisasi yang tidak hanya kuat secara administratif, tetapi relevan secara sosial dan moral.
Nilai-Nilai yang Menjadi Jiwa Profesi
Profesi kedokteran bukan hanya tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga tentang nilai.
Nilai itulah yang menjaga kemanusiaan dalam setiap tindakan medis.
Nilai-nilai itu tercermin dalam semangat “CERDAS” dari Ketua Umum PERHATI-KL 2025-2028, Prof. Dr. dr. Achmad Chusnu Romdhoni, Sp.THT-KL, Subsp.Onk (K), FICS :
* Cendekia dalam ilmu, terus belajar dan mengembangkan kompetensi.
* Etis dalam sikap, menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat.
* Rasional dalam kebijakan, mendahulukan kemanfaatan dan keadilan.
* Digital dalam tata kelola, adaptif terhadap zaman dan transparan.
* Advokatif dalam perlindungan profesi, memastikan sejawat tidak sendirian menghadapi masalah hukum.
* Sejahtera sebagai tujuan, karena dokter yang sejahtera akan lebih optimal mengabdi.
Jika setiap dokter memegang teguh nilai-nilai ini, maka organisasi profesi tidak akan ditinggalkan. Ia akan menjadi rumah yang selalu dirindukan, tempat belajar dan berjuang bersama.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Mewujudkan generasi sehat bukan pekerjaan satu profesi.
Ini adalah kerja kolaboratif lintas sektor — antara dokter, perawat, tenaga kesehatan, pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil.
Kementerian Kesehatan melalui berbagai program promotif dan preventif telah membuka ruang besar bagi kolaborasi.
Namun, keberhasilan program tidak akan berarti tanpa partisipasi aktif masyarakat dan profesi di lapangan.
Dokter THT-BKL, misalnya, dapat berperan dalam:
* Kampanye nasional pendengaran aman di sekolah-sekolah dan tempat kerja.
* Deteksi dini kanker kepala-leher dalam program skrining masyarakat.
* Pelatihan tenaga kesehatan primer untuk diagnosis dini gangguan komunikasi.
* Edukasi bahaya rokok, vaping, dan polusi suara terhadap fungsi telinga dan suara.
Kolaborasi lintas profesi ini menjadikan upaya kesehatan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi gerakan sosial yang menular.
Inspirasi dari Lapangan
Di berbagai pelosok Indonesia, ada kisah-kisah inspiratif dari para dokter dan relawan kesehatan.
Ada dokter muda di Papua yang memeriksa telinga anak-anak di sekolah dengan alat sederhana.
Ada tim bakti sosial PERHATI-KL di Aceh (MBKN Perhati-KL 2025) yang memulihkan pendengaran anak-anak dengan implan koklea.
Ada relawan di Jawa Tengah yang mengajarkan cara sederhana mencegah infeksi telinga melalui kebersihan diri.
Mereka bekerja tanpa sorotan kamera, tapi setiap tindakan mereka adalah cermin kemuliaan profesi.
Mereka menunjukkan bahwa pengabdian bukan soal besar kecilnya tindakan, tapi tentang ketulusan dan keberlanjutan.
Itulah semangat yang harus dijaga oleh organisasi profesi — semangat yang membumi, menginspirasi, dan menyalakan harapan.
Refleksi untuk Generasi Sehat
Kita hidup di era yang cepat berubah.
Teknologi kedokteran berkembang pesat, tetapi tantangan etika, integritas, dan solidaritas juga semakin kompleks.
Karena itu, dalam memperingati HKN ke-61, kita perlu bertanya kepada diri sendiri:
Apakah kita sudah cukup berperan membentuk generasi sehat?
Apakah profesi kita sudah benar-benar hadir untuk masyarakat?
Apakah organisasi kita sudah menjadi tempat bertumbuh, bukan sekadar tempat bernaung?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting agar profesi kedokteran tidak kehilangan rohnya: pelayanan yang berlandaskan cinta kasih dan kemanusiaan.
Bersama Menuju Masa Depan Hebat
Enam puluh satu tahun HKN adalah perjalanan panjang, dan perjuangan kita belum selesai.
Kita masih harus memastikan setiap anak Indonesia lahir sehat, tumbuh sehat, dan hidup dengan akses layanan kesehatan yang adil dan bermartabat.
Kita masih harus memastikan bahwa setiap dokter dapat bekerja dengan aman, terlindungi, dan dihargai.
Dan kita harus memastikan bahwa organisasi profesi kita — IDI dan PERHATI-KL — terus menjadi rumah yang hangat, tempat kita membangun masa depan bersama.
Mari jadikan semangat “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat” bukan hanya tema peringatan, tetapi gerakan nasional yang nyata.
Gerakan untuk menjaga kesehatan generasi, memperkuat profesi, dan menegakkan nilai kemanusiaan.
Bangsa yang sehat tidak lahir dari seremonial, tetapi dari kebersamaan, solidaritas, dan dedikasi setiap insan kesehatan.
Dan kita, para dokter, berada di garda depan perjuangan itu.
Selamat Hari Kesehatan Nasional ke-61.
Mari kita terus bekerja, berkarya, dan berbakti.
Karena masa depan bangsa ini ada di tangan generasi yang sehat —
dan generasi sehat hanya bisa lahir dari pengabdian tanpa batas.
Generasi Sehat, Masa Depan Hebat.
Dari sejawat, untuk Indonesia.

