Mudanews.com Surabaya– Eskalasi konflik kuburan saat ini semakin memanas, sampai ada yang masuk ke ranah hukum, yaitu dalam konflik kuburan Winongan Pasuruan.
Hal tersebut memantik komentar dari Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK), Firman Syah Ali. Menurutnya negara harus segera hadir mencegah dan menangkal meluasnya konflik.
“Saat ini konflik kuburan terjadi dimana-mana, ribut sana ribut sini, seolah-olah di wilayah kita tidak ada negara. Ini harmoni sudah rusak, padahal sejak dulu kita terkenal sebagai bangsa penuh harmoni. Ini jelas butuh kehadiran negara, sejak dari pemerintah pusat hingga desa. Tapi saya kira ujung tombak masalah kuburan ini di pemerintahan desa, dengan perencanaan, penataan dan pengawasan administrasi pertanahan secara tegas, adil dan bermanfaat” ucap sesepuh Madura.
Dia berkata bahwa awalnya dia anggap konflik kuburan hanya sporadis, tapi ternyata semakin meluas.
“Awalnya saya kira konflik kuburan ini sporadis, tapi ternyata semakin lama kok semakin meluas. Ini sudah tidak bisa lagi dipandang remeh. Harus ada agenda setting dari para pengambil kebijakan. Ingat, ini bangsa nusantara yang punya kultur kuat dalam menjaga kehormatan leluhur. Dulu perang Diponegoro pecah ya gara-gara kuburan, di mana kuburan leluhur beliau di tegalrejo dipasangi patok tanah oleh Belanda untuk proyek pembangunan jalan. Ini sejarah, dan semua pihak hendaknya paham” tukas pendiri Konfederasi Olahraga NU (KONU).
Dia meminta semua pihak lapang dada, komunikatif dan koperatif dalam baratayuda nasab dan kuburan saat ini.
“Dalam batayuda nasab dan kuburan saat ini, hendaknya semua pihak pandai menahan diri, introspeksi diri, membuka pintu-pintu komunikasi dan koperatif. Jangan keras kepala, ini bahaya, bangsa kita di ambang disintegrasi kalau diterus-teruskan” pungkas pengurus pusat Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP).

