Jadi Kiai, Gus Kok Hidup Hedon Malu dengan Pemimpin Umat Lain

Breaking News
- Advertisement -

,

Penulis: Nurul Azizah

Mudanews.com OPINI – Tulisan ini muncul dari pemikiran hati nurani yang dalam. Tidak punya maksud apapun, hanya mengeluarkan unek-unek dalam hati. Sudah lama penulis merenung, menganalisis, bukan hanya menerima informasi begitu saja, tetapi lebih melihat kehidupan secara nyata. Ada lho beberapa kiai atau gus dan putra putrinya dengan kehidupan yang hedon. Gaya hidup yang memprioritaskan kemewahan, kesenangan, kenikmatan dan kepuasan materi. Ciri-cirinya adalah hidup konsumtif dengan membeli barang mewah, serba gemerlap, seakan-akan mengejar kesenangan duniawi tanpa memperdulikan kehidupan jangka panjang dan kurang memperhatikan kecemburuan sosial.

Ada lho kiai atau gus punya mobil banyak dan mewah itu pasti menjadi pertanyaan tersendiri. Bahkan kalau lebaran idul fitri mereka berlomba memamerkan mobil mewah dan pakaiannya gemerlap.

Semoga saya tidak iri dengan capaian dari seorang kiai, gus yang memiliki kekayaan yang mewah. Dalam hati saya bertanya, wahai kiai, gus lihatkanlah kepada saya kehidupan ukrawi, bukan kehidupan duniawi.

Orang awam tahu kalau kiai, gus adalah ulama pewaris nabi, bukan mewarisi harta atau kekuasaan (jabatan). Jadi kalau memang jadi kiai, gus menirulah kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sederhana dalam berpakaian, makanan, perabot rumah tangga, serta sikap zuhud dan qonaah (merasa cukup).

Kiai, gus mendidik para santri dan berdakwah. Saat berdakwah kiai, gus membutuhkan mobilitas yang tinggi. Hadir mendidik dan mendatangi pengajian yang ada di masyarakat baik dalam kota maupun luar kota bahkan antar provinsi. Untuk semua kegiatan ini kiai, gus membutuhkan moda transportasi yang prima. Tidak mungkin memakai transportasi umum untuk seluruh aktivitas dakwah. Awalnya kiai, gus memiliki mobil untuk wasilah pendukung perjuangan.

Tetapi semakin meningkat aktivitasnya ada beberapa kiai, Gus mulai memiliki mobil mewah seperti Mercedes Benz, Toyota Alphard, dan Toyota Land Cruiser dan lain-lain mobil mewah. Sarungnya harga jutaan rupiah, belum lagi baju dan jas yang mereka kenakan.

Mengapa fenomena beberapa kiai dan gus di negeri ini pada pamer mobil mewah? Saya ketika bertemu dengan pemuka agama lain jadi malu sendiri.

Baru-baru ini saya bertemu dengan pemuka agama Budha, Romo Warto pengawas pada Yayasan Buddhagaya Semarang, ke mana-mana membawa sepeda motor. Yang saya ketahui pemuka agama Budha, seperti para Bhikkhu (biksu) umumnya hidup sederhana karena memang menolak kemewahan dan kekayaan materi, memfokuskan diri pada spiritualitas dan ajaran agama. Kehidupan mereka ditandai dengan menyingkirkan hal-hal duniawi, mengabdikan diri pada ibadah, dan hidup dari pemberian umat (makanan dan kebutuhan lainnya). Prinsip minimalisme menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Dalam suatu diskusi bersama tokoh antar umat beragama, saya melihat sosok pemimpin umat lain non muslim yang saya temui sangat sederhana. Mereka menolak kemewahan dan mengutamakan kerendahan hati, pelayanan dan penolakan terhadap kemewahan duniawi. Tindakan mereka lebih mengutamakan pelayanan, hidup bersahaja dan menggunakan sumber daya untuk membantu sesama, bukan untuk kepentingan pribadi.

Maaf bukannya saya menjelekkan kehidupan beberapa kiai dan gus yang hedon. Tetapi memberikan masukan, mengapa akhir-akhir ini ada kiai atau gus yang pamer kemewahan di media sosial dan dunia nyata.

Sebenarnya kiai, gus banyak yang hidup sederhana dan terus mengabdi untuk mengajar dan berdakwah. Cuma mereka memang tidak ingin kehidupannya diekspos oleh medsos. Mereka fokus beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT untuk kehidupan ukrawi. Kiai dan gus yang seperti ini yang perlu dicontoh oleh umat Islam.

Ciri-ciri kiai dan gus yang sederhana, antara lain berprilaku jujur, hidup bersahaja, tidak pamer kekayaan dan kemewahan. Fokus pada ilmu yang diajarkan kepada umat melalui pendidikan dan dakwah. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kiai dan gus yang sederhana adalah sosok yang tindakannya sejalan dengan ucapannya, mengamalkan ilmunya, serta berakhlak mulia terhadap sesama tanpa pamrih dan jauh dari kemewahan.***

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI

Berita Terkini