PPP Akhirnya Satu Kiblat, Ka’bah

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Mudanews.com OPINI | Akhirnya, mukjizat politik itu datang juga. Setelah bertahun-tahun PPP tampil seperti sinetron “Dua Ka’bah Satu Cinta”, kini ending-nya tiba dengan manis. Tapi, seruput kopi tetap tak pakai gula. Nikmati narasinya, wak!

Menteri Hukum Supratman Andi Agtas menutup drama ini dengan selembar SK yang nilainya lebih sakral dari ijazah palsu. Dalam SK itu, Muhammad Mardiono tetap jadi Ketua Umum, Agus Suparmanto naik jadi Wakil Ketua Umum, Taj Yasin Maimoen dipercaya sebagai Sekjen, dan Imam Fauzan Amir Uskara ditunjuk sebagai Bendahara Umum, alias pengawal dompet partai yang paling sensitif di republik ini.

Pendukung PPP langsung sujud syukur. Akhirnya satu kiblat, satu Ka’bah, satu komando. Tapi di sisi lain, para penikmat drama politik mendadak kehilangan hiburan. Mereka yang biasa ngopi sambil nonton kubu Mardiono dan Agus Suparmanto saling klaim “kami yang sah” kini termenung, bertanya, “Lho, kok akur?” Ya, selama ini PPP bukan partai, tapi reality show dengan rating tinggi. Ada plot twist, air mata, dan tentu saja drama Muktamar Ancol yang legendaris. Kini semua itu ditutup dengan SK sakti dari Menkumham.

Supratman Andi Agtas tampil seperti mediator rumah tangga yang akhirnya berhasil mendamaikan dua pihak yang sama-sama keras kepala. Dengan nada sejuk seperti ustaz Ramadan, ia berkata, “Kami berharap keputusan ini membawa kesejukan.” Bahasa halus dari, “Tolong jangan ribut lagi, kasihan rakyat bingung.”

Yang lebih menarik, Mardiono menegaskan, mengajak Muhammad Romahurmuziy (Romy) bukan opsi, tapi keharusan. Ya, keharusan, bukan kemungkinan. Dalam peta politik PPP, Romy ini semacam magnet. Dulu menolak kepemimpinan Mardiono, mendukung Agus Suparmanto, lalu tiba-tiba akan dipanggil kembali seperti pemain lama yang diminta comeback karena rating turun. Romy pernah menjabat Ketua Majelis Pertimbangan PPP, dan kini Mardiono bilang penempatan Romy akan dibahas lewat musyawarah partai, kata kunci politik untuk, “Lihat dulu arah angin.”

Mardiono juga memastikan semua faksi akan dirangkul dalam Mukernas PPP, termasuk kubu Agus. Ia ingin “rekonsiliasi sampai ke akar rumput,” alias mengubah pertikaian jadi pengajian akbar. Ibarat keluarga besar yang dulu saling blokir di WhatsApp, kini bikin grup baru bernama “PPP Rukun Dunia Akhirat.”

Agus Suparmanto pun hadir dalam konferensi pers itu. Dulu rival, kini duduk manis di samping Mardiono. Dua wajah yang dulu tegang kini tersenyum. Senyum politis yang artinya “ayo kita damai, tapi jangan rebut panggung.” Sementara Taj Yasin dan Imam Fauzan menjadi simbol generasi baru PPP, muda, sopan, dan (harapannya) tahan godaan mikrofon.

Pendukung PPP pun lega, merasa seperti habis istikharah panjang dan mendapat tanda, “Sudah, jangan berantem.” Tapi di sisi lain, kaum penyuka kekacauan politik mendadak murung. “PPP udah damai? Yah, gak seru lagi,” tulis seorang netizen di X (Twitter), mungkin sambil menghapus draft meme yang gagal rilis.

Kini, partai dengan lambang Ka’bah itu resmi kembali pada satu kiblat. Tak ada lagi dua arah, dua ketum, dua SK. Hanya satu jalan, menuju Pemilu 2029 dengan kepala tegak dan hati (semoga) tenang. Tapi ya, ini politik, kadang akur di podium, ribut di parkiran. Untuk malam ini, biarlah semua kader PPP tidur nyenyak. Setelah sekian lama tersesat dalam dua arah, akhirnya mereka menemukan satu kiblat, Ka’bah. Semoga kali ini, bubur hijau PPP benar-benar tak diaduk lagi. Tetap Ka’bah tidak lagi menjadi buah semangka.

So, politik sejatinya bukan soal siapa yang menang atau siapa yang paling keras berdebat, melainkan siapa yang paling ikhlas menundukkan ego demi persatuan. Ketika PPP akhirnya memilih satu kiblat, mereka bukan hanya menyatukan partai, tapi juga memberi contoh bahwa perbedaan bisa dijembatani dengan niat baik. Kadang, kemenangan terbesar bukan di kursi kekuasaan, tapi di hati yang mau berdamai.

Sepertinya esok bakal ada kader PPP traktir kopi ni, wak. Ups.

Artikulli paraprak

Berita Terkini