Memaknai Kata “Brengsek” dari Prabowo untuk BUMN Rugi tapi Minta Bonus

Breaking News
- Advertisement -

 

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Mudanews.com  OPINI – Kemarin, Prabowo mengucapkan kata “anjing” di sidang umum PBB. Saya tulis dan maknai kata itu, ratusan ribu yang membacanya. Sekarang, presiden kita mengucapkan kata “brengsek” yang ditujukan para BUMN yang merugi, tapi minta bonus. Kalau bahasa Melayu Pontianak, brengsek di situ sama dengan “bangke” dan mari kita ungkap, wak! Oh ya, jangan lupa seruput kopi tanpa gula.

Brengsek. Kata yang keluar dari mulut Presiden Prabowo Subianto saat menyoroti perilaku sebagian manajemen BUMN. Bukan kalimat panjang penuh jargon manis, melainkan satu peluru verbal yang melesat langsung ke jantung persoalan. Saat BUMN merugi namun tetap membagi bonus, Prabowo tidak menutupinya dengan bahasa diplomatis. Ia berkata lantang, “Perusahaan rugi, dia tambah bonus untuk dirinya sendiri. Brengsek banget itu!”

Inilah momen ketika kata sederhana menjelma filsafat negara. “Brengsek” bukan sekadar umpatan, tapi manifesto moral, kritik sosial, bahkan tamparan politik. Di dalamnya ada jeritan rakyat yang muak melihat uang negara dibakar di pesta pora segelintir direksi. Bayangkan absurditasnya, wak! Laporan keuangan merah, hutang menumpuk, namun direksi masih menagih bonus bak gladiator haus anggur. Prabowo menyebut mereka seperti mengira BUMN itu warisan nenek moyang, padahal itu harta publik. Kata “brengsek” menjadi definisi resmi bagi arogansi yang merayakan diri di atas kerugian negara.

Namun retorika Prabowo tidak berhenti di panggung amarah. Ia langsung menyisipkan ancaman konkret. Ia akan mengirim Kejaksaan dan KPK untuk mengejar mereka yang mengangkangi logika manajemen. “Saya mau kirim Kejaksaan dan KPK untuk kejar-kejar itu,” katanya, sambil menambahkan dengan sarkasme khas, “nanti dibilang Prabowo kejam lagi.” Inilah gaya kepemimpinan yang menggabungkan teater politik dengan instruksi hukum, dramatik sekaligus penuh kalkulasi. Para petinggi BUMN yang merasa nyaman di kursi empuk bonus tiba-tiba seperti mendengar derap kuda kavaleri penegak hukum di belakang telinga.

Di tengah letupan kata keras itu, Prabowo tampil sebagai pengajar ekonomi dadakan. Ia menyampaikan teori return on asset (ROA) dengan penuh keyakinan. Kalau aset negara 100, mestinya hasil yang wajar 10. Itu artinya 10 persen dari aset harus kembali dalam bentuk keuntungan. Jika itu terlalu berat, maka 5 persen saja sudah cukup untuk menghadirkan sekitar Rp800 triliun bagi negara. Angka yang fantastis, disampaikan di tengah serangan verbal. Tak berhenti di situ, ia menambahkan, kondisi nyata BUMN bahkan belum sampai ROA 3 persen. Perpaduan antara makian jalanan dan kalkulasi ekonomi makro ini membuat pidato itu berasa seperti kuliah umum filsafat akuntabilitas.

Lebih dari sekadar marah, Prabowo memberi waktu. Ia menyebut pembersihan BUMN harus dilakukan dalam 2–4 tahun. Sebuah janji yang bukan hanya ancaman, tapi juga target transformasi. Bagi direksi yang masih bernafas dalam mimpi bonus, kata “brengsek” itu kini menjadi jam alarm yang terus berdengung, mengingatkan bahwa sang presiden sedang menunggu hasil.

Maka jadilah kata ini abadi. Ia akan dipelajari bukan hanya di ruang rapat, tapi mungkin kelak di kelas filsafat politik. Mahasiswa bisa saja menulis disertasi berjudul Ontologi Brengsek dalam Negara Modern. Para pengamat akan menempatkan ucapan Prabowo di jajaran kutipan besar pemimpin dunia, Kennedy punya “Ask not what your country can do for you”, Sukarno punya “beri aku sepuluh pemuda”, dan Prabowo punya “brengsek banget itu.”

Dengan satu kata, Prabowo dinilai jujur, tak suka berbisik di belakang. Hal ini membuat pendukungnya makin kagum. Akhirnya ada presiden yang tidak bersembunyi di balik kata “evaluasi” atau “perbaikan tata kelola.” Kata itu adalah cermin jujur dari kemarahan publik. Maka jika kelak para direksi BUMN yang rugi tapi minta bonus menatap wajah sendiri di cermin, mungkin mereka akan mendengar gema suara Prabowo, tegas dan tak terbantahkan, brengsek, benar-benar brengsek.***

Berita Terkini