Raja Ulugh Beg, Rektor Bintang yang Dibunuh Intrik

Breaking News
- Advertisement -

 

Oleh :Muhammad Joni

Mudanews.com OPINI | Samarkand abad ke-15 bukan sekadar kota dagang di jalur sutra. Kota itu adalah mercusuar ilmu pengetahuan dunia Islam. Dari jantungnya berdiri seorang raja yang aneh: Ulugh Beg, cucu Amir Timur. Beg penguasa yang lebih mencintai teleskop daripada pedang.

Di bawah kepemimpinannya, Registan tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tetapi juga universitas kosmos pertama di dunia Islam, tempat mahasiswa hidup bersama guru, mendiskusikan bintang, matematika, dan filsafat.

Observatorium Ulugh Beg—dengan busur raksasa yang mengukur langit—melahirkan karya agung ini: Zīj-i Sultānī, tabel astronomi paling akurat sebelum era modern.

Namun, ilmu tidak selalu menang melawan politik. Intrik istana, perebutan takhta, dan perlawanan kaum ulama ortodoks bersekutu melawan sang ilmuwan.

Pada akhirnya, Ulugh Beg—seorang raja yang lebih pantas dikenang sebagai rektor dan astronom—dieksekusi oleh darah dagingnya sendiri.

Meski tubuhnya binasa, karyanya selamat. Berkat murid setianya, manuskrip astronomi itu menyeberang ke Istanbul, lalu ke Eropa, memberi pengaruh pada Copernicus dan Kepler.

Sejarah membuktikan: seorang penguasa bisa dikalahkan pedang, tetapi seorang ilmuwan menang di langit abadi.

Seri Mini book amba sodorkan ini bukan sekadar tarikh sejarah. Namun pelataran perenungan nalar tentang benturan klasik ilmu dan kuasa. Antara cahaya bintang dan gelap politik—serta pelajaran bagi masa kini: bahwa ilmu, bila tulus diperjuangkan, tak pernah mati.

Tabik
Muhammad Joni- Advokat, Sekjen PP IKA USU, Ketua bidang PB ISMI.

Berita Terkini