Ditulis : Heru Subagia
Mudanews.com OPINI – Tidak percaya lagi atau minimal meragukan apa yang dikatakan oleh Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eko Hendro Purnomo. Eko alias Eko Patrio bahwa dirinya mengaku takut untuk berjoget lagi usai videonya viral bersama anggota DPR lainnya termasuk teman seprofesinya Uya Kuya di sidang tahunan MPR kemarin.
Sudah menjadi kebiasaan jika HUT ke-27 PAN dibalut meriah dengan hiburan musik dan acara dancer.
“Baik, kamu jangan jauh-jauh ya, kalau jauh-jauh saya goyah. Apalagi tadi lihat joget, takut joget lagi saya nanti. Kalau saya joget viral malah,” kata Eko di acara HUT ke-27 PAN di Jakarta, Minggu (24/8) malam.
Namun apa yang diuraikan sebagai dalih pembelaannya oleh Eko akan dianggap oleh masyarakat sebagai lelucon dan juga sikap pragmatisme di tengah hujan hujatan yang sedang menimpanya.
Sudah terlambat, dan mohon maaf, publik sudah miris dengan perilakunya yang meninggalkan etika, moral dan juga keberpihakan dirinya sebagai anggota DPR.
Joget Horeg
Viral joget musik Horeg dari anggota DPR RI yang juga menjabat orang ke 2 yakni seorang sekretaris jendral Partai Amanat Nasional – PAN yakni Eko Patrio. Ungguhan video Eko Patrio tersebut sontak membikin geger dan mendadak menimbulkan polemik kronis bagi dirinya dan juga partainya, harus berhadapan perlawanan menyakitkan dari masyarakat.
Pasalnya Eko menanggapi polemik dirinya ketika berjoget ria di parlemen dengan adegan video yang kontroversial. Publik menyebutkan jika tindakan Komedian Eko tersebut menantang masyarakat. Lantunan musik Horeg disertasi rombongan kader PAN yang berjoget ria dianggap tindakan sangat provokatif. Tidak empati kondisi rakyat saat ini dan justru aksi tersebut menunjukkan kesombongan yang sangat dangkal.
Sepertinya Eko menganggap adegan joget horeg tersebut lucu, atau sengaja untuk menghina kalian bahwa lelucon itu hanya tunjangan rumah Rp 3 juta per hari. Bagi Eko mungkin pendapat sehari di dunia Entertainment bisa Rp 50-200 juta.
Manipulasi Perilaku
Ternyata, uang Rp 3 juta tersebut adalah yang receh yang didapatkan dalam posisi sebagai anggota DPR RI. Ternyata mereka Terima ratusan bahkan milyaran dalam hitungan bulanan.
Kita – kira hitungan kotor pendapat seorang anggota DPR seperti ini. Terhitung dari gaji pokok, tunjangan tetap Rp 157 juta per bulan, SPPD Rp 138 juta per bulan, dana reses Rp 1,7 miliar per tahun, studi banding ke luar negeri Rp 380 juta per tahun, dan dana sosialisasi 4 pilar MPR Rp 930 juta per tahun. Mau tahu jumlahnya? Jika ditotal, hampir Rp 1 miliar per bulan mengalir masuk ke kantong mereka.
Wow banget kan gajinya. Jangan -jangan Eko memanipulasi data seolah-olah menjadi anggota DPR gajinya kecil dan pura-pura menunjukkan bahwa profesi dirinya sebagai artis nilai pendapat jauh lebih fantastis.
Sampai ada ungkapan di media ketika ditanya tanggung jawab moral atas kelakuan norak joget horeg, justru Eko menjawabnya dengan sinis jika yang Eko merasakan dirinya tidak menginginkan menjadi bagian anggota DPR dan melimpahkan kekesalannya ke pihak yang membiayai atau mensponsori hingga dirinya menjadi caleg terpilih.
Kok Nyaman dan Lama Di PAN?
Tapi pertanyaan untuk Eko, mengapa sangat nyaman dan terus berlindung di PAN, menjadi bagian anggota DPR RI beberapa periode hingga dirinya juga diangkat menjadi Sekretaris Jenderal PAN. Pasti ada imbal balik atau simbiosis mutualisme pribadinya dan parpol.
Bisa ditebak kan, apa keuntungan tersebut? Yang pasti mendapat karir dan juga pekerjaan, bayaran baik sebagai pejabat struktural ataupun sebagai anggota DPR.
Belum akibat kekuasaannya yang saat ini berlimpah, Eko akan mendapatkan aksesibilitas berbagi medan, baik ekonomi, politik dan lainnya. Dapat dikatakan, sebenarnya Eko saat ini di internal PAN sedang menikmati puncak prestasi politik dan ekonominya terangkat setinggi-tingginya.
Tidak Ada Yang Abadi
Tapi, semuanya yang dimilikinya tidak akan abadi, ada waktu luluh dan luntur dikemudian hari. Yang jelas, tragedi hutang horeg tersebut reputasi dan karier Eko dan juga sahabatnya Uya Kuya segera akan meredup bahkan jatuh hingga ditendang dari pusaran elite partainya. Sekali lagi, joget Horeg untuk Peringatan keras untuk Eko. Jangan pura-pura menjadi politikus polos.