Penulis : Justian Styawan,Pengamat Olahraga
Mudanews.com OPINI – Setelah menanti lebih dua dekade tak ada petenis Indonesia berpartisipasi di level Grand Slam, Minggu ini, 24 Agustus 2025 kesempatan itu datang dan terwujud. Janice Tjen 23 tahun, kelahiran Jakarta 6 Mei 2002 mewakili Indonesia di ajang tenis bergengsi US Open 2025 dan berhasil menembus babak utama.
Indonesia ikut serta terakhir setelah era Yayuk Basuki, Angelique Widjaja tampil di US Open pada tahun 2004. Janice Tjen mengakhiri penantian panjang selama 21 tahun.
Bagaikan setitik cahaya di ujung terawongan gelap, kehadiran Janice Tjen patut disambut gembira.
Tjen lolos ke babak utama setelah pada tahap kualifikasi mengalahkan V. Lapchenko 6-3, 6-1; M. Chwalinska 7-5, 7-5; A. Ito 6-1, 6-2.
Tiga kemenangan beruntun mengantar Tjen lolos ke babak utama US Open 2025. Pada ronde utama berhadapan dengan Veronika Kudermatova, peringkat 26 dunia dan berhasil melibasnya dalam pertarungan dramatis 3 sett 6-4, 4-6, 6-4
Tjen yang kini menduduki perangkat 128 dunia membuat kejutan menghadapi lawan petenis unggulan.
Tjen awalnya ditempa berkompetisi di level NCAA (kompetensi tingkat college di USA) sekaligus jebolan Pepperdine University.
Prestasi spektakuler Tjen sejak bulan Mei 2025. Ia meraih dua gelar ITF W35 di Korea Selatan, kemudian mencetak empat gelar tunggal berturut-turut di sepanjang bulan Juni, menjadikan dia sebagai ITF Player of the Month, dua bulan berturut.
Kurangnya Dukungan dan Perhatian Pemerintah
Kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah atas cabang olah raga tenis yang kurang populer ini menyebabkan lambatnya tumbuh bibit-bibit baru. Berbeda dengan negara-negara Eropa Timur seperti Ceko, Rusia, dan Polandia yang hamper setiap tahun melahirkan pemain-pemain muda kelas dunia, karena didukung oleh pemerintah masing-masing.
Kazakhstan bahkan memberi insentif khusus kepada pemain-pemain berkewarganegaraan Rusia yang ingin mewakili negaranya, itulah sebabnya Elena Rybakina, kini tampil mewakili Kazakhstan.
Lantas harus bagaimana ? Kurangnya perhatian pemerintah terhadap capaian Tjen ini?
Sejarah mencatat dalam cabang bulu tangkis, swasta terbukti pernah melahirkan pemain-pemain hebat, Djarum Kudus misalnya, pernah melahirkan nama-nama besar bulu tangkis seperti Lim Swie King, Haryanto Arbi, dan seterusnya. Kebetulan saat ini keluarga Djarum adalah pemegang saham Bank BCA dan dapat berperan menjadi sponsor utama bagi Janice Tjen di tengah abainya peran dan perhatian pemerintah?
Ashleigh Barty Academy
Dengan memperhatikan postur tubuh Janice Tjen yang hanya 168 cm (Yayuk Basuki 164 cm, Angelique Widjaja 173 cm) dan tinggi badan Top 10 petenis wanita rata-rata di atas 173 cm (Sabalenka 182 cm, Iga Swiatek 176 cm, Mirra Andreeva 175 cm, Rybakina 184 cm; hanya Jasmine Paolini 163 cm satu-satunya dibawah 170 cm). Secara fisik Tjen terlihat “cebol” di antara raksasa tenis wanita seperti ini. Namun tak perlu berkecil hati, contohlah Ashleigh Barty mantan petenis No. 1 dunia asal Australia yang hanya setinggi 166 cm.
Barty mengundurkan diri di usia dini 26 tahun di puncak kariernya sebagai petenis wanita No. 1 dunia. Kini Barty membuka Ash Barty Academy, camp tennis elite untuk calon petenis masa depan.
Tjen sebaiknya bergabung di Ash Barty Academy Australia, selain dapat berguru langsung dengan Barty yang postunya nyaris sama dengan Tjen, juga dapat menimba pengalaman dari Sang Maestro. Barty dengan fisik yang “kecil” tapi memiliki semua senjata pukulan yang diperlukan untuk menjadi seorang juara dunia WTA.
Tjen sebaiknya berkiblat kepada Barty dengan sponsor CSR Bank BCA, untuk menuju 10 besar dunia.
Bukankah begitu opa Budi Hartono & opa Jahja Setiaatmadja?
Waduk Sunter, 24 Agustus 2025
Pengamat Olahraga