Guru Mengamuk di Pesawaran: Lonceng Darurat bagi Pendidikan Kita

Breaking News
- Advertisement -

Mudanews.com-Lampung | Pagi itu, suasana sekolah di Pesawaran semestinya tenang. Anak-anak baru saja masuk kelas, beberapa sibuk menata buku, yang lain bercanda kecil dengan teman sebangku. Namun, ketenangan itu mendadak pecah—seorang guru yang dikenal sabar justru melampiaskan amarahnya dengan cara tak biasa.

Bentakan, bahkan tindakan yang tak semestinya, sontak mengagetkan seluruh isi ruang belajar. Murid-murid terdiam, ada yang pucat, ada pula yang menahan tangis. Peristiwa itu dengan cepat merebak ke luar pagar sekolah, menjadi buah bibir di kalangan orang tua, hingga akhirnya sampai ke telinga pejabat daerah.

Bagi sebagian orang, mungkin itu sekadar insiden emosional sesaat. Tetapi bagi dunia pendidikan kita, ini seperti lonceng darurat. Lonceng yang mengingatkan: ada yang tidak beres di ruang belajar kita. Guru yang seharusnya menjadi teladan justru terperosok pada sikap yang mencederai.

Apa penyebabnya? Tekanan kerja yang menumpuk, minim perhatian dari pemerintah, atau masalah pribadi yang tak terselesaikan? Apapun alasannya, anak-anak tetaplah korban yang tak pantas menanggung.

Peristiwa ini seolah membuka cermin besar: betapa rapuhnya sistem kita dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan guru. Pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan angka kelulusan, melainkan juga ruang aman bagi anak-anak tumbuh.

Kasus Pesawaran ini, semestinya bukan dilihat sebagai aib semata, tetapi sebagai peringatan. Bila hari ini seorang guru mengamuk di kelas, jangan sampai besok ada generasi yang tumbuh dengan trauma karena ruang belajar yang seharusnya menyenangkan justru menakutkan.

Lonceng itu sudah berbunyi. Pertanyaannya: apakah kita mendengarnya, atau memilih pura-pura tuli?

[tim] Mudanews

Berita Terkini