Catatan Malam Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Ny. Oeoel Djoko Santoso, mantan dosen,  Eksponen Marhaenis tinggal di Semarang

Mudanews.com OPINI – Usia negeriku lebih muda setahun dari usiaku, bagi manusia usia tersebut termasuk renta dan rapuh. Entah mengapa antusiasmeku hilang, meski masih bersemangat untuk menyebar morning wish pada saudara,.teman dan kerabat.Postingan bernuansa merah putih dan pekik Merdeka telah terlayangkan, sebagai ekspresi kecintaan pada Tanah Air yang tidak akan pernah sirna.,Membara sepanjang masa dalam jiwa dan raga

Sesudah sholat subuh, saya duduk sebentar dipinggir tempat tidur sambil merenung.Terdengar paduan  suara di kantor OJK yang menggema penuh semangat melantunkan lagu lagu perjuangan yang selalu dinyanyikan saat memperingati ulang tahun kemerdekaan negeri ini.

Begitu banyak peristiwa yang membuat hati kecewa selama Pemerintahan Prabowo Subianto.Pidato kenegaraannya yang disampaikan  sehari sebelum puncak peringatan ultah Kemerdekaan RI, memang menggelegar, berkobar- kobar tetapi  terdengar hambar.

Penilaian dari para pakar maupun pengamat politik jauh dari pujian justru banyak pertanyaan yang dilontarkan.Sebut saja program MBG yang menjadi program andalan kala kampanye, masih compang camping di sana sini. Ada keracunan di  Sragen, Jakarta dan tempat tempat lain membuat sebagian rakyat kecewa. Belum masalah pembayaran yang tertunda sebagai mitra yang menimpa sebuah Yayasan. Konon di kota Semarang , di sebuah SMA favorit makan siang malah diberikan pada pemulung karena mereka tak berselera.Lidah para gen Z tersebut sudah terbiasa makan junk food yang kekinian tetapi tidak sehat

Serentetan hadiah yang membuat hati pilu  di awali dari pagar  laut di provinsi Banten, kemudian  pernyataan Nusron Wahid Menteri ATR yang konyol dibalut candaan, perlawanan saudara saudara di kabupaten Pati yang meletus pada tanggal 13 Agustus dan memakan korban rakyat maupun seorang aparat polisi

Gegara bupati Sudewo yang baru beberapa bulan menjabat sudah menunjukkan arogansinya dengan menaikkan PBB sampai 250 persen, bukan menarik kebijakannya malah menantang rakyatnya sendiri. Para pendemo makin galak dan beringas, sehingga menuntut bupati di makzulkan, meski butuh proses panjang yang harus dilalui oleh DPRD Pati Yang paling fatal, bupati absen dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan, alasan klasik karena sakit.

Gelombang perlawanan di khawatirkan kalau para pemimpin daerah bersikap arogan , ” adigang , adigung,  Adiguna.” Akan meluas di seluruh pulau sebagai bentuk ketidak adilan. Belum pemblokiran rekening PPATK yang kontroversial bin ajaib pada para nasabah. Alasannya untuk melindungi nasabah dari kejahatan ekonomi khususnya pinjol, narkoba dsb.

Penegakan hukum juga masih suram, yang paling mutakhir adalah kasus pembunuhan atas  diplomat muda Arya Daru, yang semakin gelap.

Publik dibuat makin lelah dari urusan ijazah palsu mantan presiden ke tujuh  sampai korupsi urusan haji yang diduga pelakunya mantan Menteri Agama di era Jokowi.

Masalah intoleransi juga merebak di banyak tempat, nampaknya keberagaman dalam beragama masih juga berjalan di antara batu sandungan.

Di bidang ekonomi , kita bertekuk lutut pada Donald Trump yang mengetatkan ekspor Indonesia ke Amerika dimana kemudian justru memaksa Indonesia untuk membuka keran impor barang barang Made in USA.

Gagasan menyediakan pulau Galang untuk pengungsi Gaza juga masih menimbulkan polemik di publik  termasuk para akademisi.

Begitu banyak persoalan yang dihadapi Indonesia di usianya yang renta baik yang bersifat nasional maupun internasional.

Pemberian abolisi dan amnesti pada  tokoh politik Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto mampu sejenak mengademkan gaduh politik yang mendera masyarakat luas.

Sebagai warga negara yang mencintai Tanah tumpah darahnya, tetap memiliki catatan positif atas apa yang sudah terjadi di negeri seribu pulau ini.

Rakyat dalam keterbatasannya masih merayakan ulang tahun negerinya dengan suka cita , malam tirakatan masih tetap berlangsung di kampung kampung, umbul umbul merah putih masih setia bertengger di depan rumah warga,  aneka lomba yang kreatif dan tradisional seperti makan krupuk dan panjat pinang berhadiah tetap hadir demikian juga tarik tambang.

Lomba lari bersarung karung masih tetap menjadi primadona di dalam pesta rakyat yang murah meriah.

Sementara perayaan puncak kenegaraan di Istana Negara masih rampak semarak, barisan para penjaga negara masih rapih, anggota paskibra laki perempuan nampak gagah, cantik dengan seulas senyum dibibir merah.Para pejabat dan tamu memakai baju adat beraneka ragam membuat mata tak berkedip kala memandangnya

Bisnis peminjaman baju baju tradisional mengalami panen , laris manis diseluruh Nusantara.Setidak tidaknya pelaku pelaku UMKM bergembira ria  sampai bulan Agustus berakhir.

Di depan layar kaca , rakyat masih terhibur oleh penampilan para pilot F16 yang tergabung dalam tim Yupiter melakukan air show yang memikat, jumpalitan di atas awan ,berakrobat menembus langit biru seraya menimbulkan jejak putih tipis di ekor pesawat. Menyisakan kenangan yang membanggakan bagi pemirsa.

Nusantara Flight yang berisikan para Gatotkaca modern yang perkasa membuat  saya masih berharap Indonesia akan menjadi Negara yang besar, mulia , Gemah Ripah Loh Jinawi.bagi segenap rakyatnya

Bung Karno pernah menyatakan bahwa Kemerdekaan harus bermakna sebagai

🇮🇩 Freedom of  Fear,Freedom for Speech,Freedom to be Free 🇮🇩

DIRGAHAYU INDONESIAKU

JAYALAH NEGERIKU

Berita Terkini