Oleh : Budi Karyadi (dokter dan musisi Soloraya, tinggal di Boyolali)
Mudanews.com OPINI – Ada pertemuan yang tampak biasa, namun meninggalkan jejak abadi. Inilah cerita tentang dr Budhi Karyadi, dr Anton Christanto, Venzha Christiawan, dan Bagus Dhana Dara—vokalis legend Netral.
Jejak awal dimulai 21 tahun silam di Boyolali, Jawa Tengah. Ketika itu, Venzha bersama Jaya & Munir masih bermusik cadas di band Mata Gelap sebagai pembuka konser Netral tour di kota kota Jawa Tengah. Usai penampilan/perform, karaoke bareng membawa mereka bukan sekadar kehangatan, tapi sebuah persahabatan yang tak lekang waktu.
Tahun itu, Netral tengah berada di puncak kejayaan, berkeliling Indonesia membakar semangat para penikmat musik. Boyolali menjadi salah satu titik perhentian tur mereka. Sebelum Netral naik panggung, malam itu dibuka oleh penampilan band lokal Mata Gelap, yang digawangi oleh Venzha sebagai vokalis sekaligus gitaris. Musik mereka menggelegar, memanaskan suasana sebelum sang bintang utama tampil.
Usai konser, bukan perpisahan yang terjadi, melainkan awal sebuah bab baru. Mereka yang awalnya hanya bertukar sapa di belakang panggung, akhirnya duduk bersama. Dari panggung ke ruang karaoke, malam itu penuh tawa, nyanyian, dan cerita yang seolah menghapus batas antara penggemar, musisi, dan sahabat baru. Itulah malam di mana empat pribadi dari latar belakang berbeda menemukan klik yang tak terjelaskan—dua orang yang sedang menempuh jalan panjang menjadi dokter, satu musisi lokal penuh idealisme, dan satu ikon rock nasional.
Dua dokter, seorang musisi, seorang ikon rock—mereka melangkah menuju dunia masing-masing. Namun benang merah kebersamaan itu tak pernah putus.
Waktu berjalan. Budhi (BK) dan Anton melanjutkan profesinya di dunia kedokteran dan mengabdikan diri di dunia medis. Venzha tetap setia pada jalur musiknya, terus bereksperimen dan berkarya dalam dunia art science antariksanya. Sementara Bagus Dhana Dara, tetap menjadi motor energi di panggung musik Indonesia. Meski kesibukan membawa mereka ke jalur masing-masing, persahabatan itu tak pernah pudar. Saling sapa, saling dukung, dan sesekali bertemu, mereka menjaga nyala hubungan yang berawal dari sebuah konser sederhana di Boyolali.
Venzha Christiawan: Dari Karaoke ke Eksperimen Seni-Sains
Kini, Venzha berkembang sebagai seniman art science. Dia aktif sebagai kurator dan pionir dalam proyek-proyek ruang sains alternatif. Salah satunya: “Vortex Line” — instalasi menakjubkan di ARTJOG 2025 (20 Juni–31 Agustus, Jogja National Museum). Di sini, ia menyajikan karya lintas media—dari perangkat elektronik, robotika, buku, animasi, hingga replika alien—menyatukan riset astronomi, geospasial, dan elektromagnetik dalam narasi mitos dan sains pseudoscience.
Vortex Line sendiri terinspirasi dari penemuan Indonesia Space Science Society (ISSS) terhadap titik-titik “anomali” di Yogyakarta—mulai dari Crop Circle Berbah, cerita UFO di Nanggulan, hingga penampakan UFO berbentuk donat dan kotak di Gedongkiwo. Ketiganya membentuk garis imajiner yang mencerminkan sabuk Orion—sama fenomenalnya dengan tatanan piramida Mesir atau candi Borobudur-Pawon-Mendut.
Liputan menyebut bahwa “Vortex Line” membuka celah refleksi mendalam: bagaimana sains, mitos, dan seni dapat berpadu membuka narasi budaya dan geografi baru untuk Yogyakarta.
Bagus Dhana Dara: Dari Karaoke ke Album Solo Kedua
Setelah dua dekade, perjalanan membawa mereka kembali bersua dalam momen bersejarah. Bagus Dhana Dara, setelah menorehkan sukses dengan album solo pertamanya, kembali hadir dengan album solo kedua.
Bagus Dhana Dara merayakan babak baru dalam perjalanan musiknya—meluncurkan album solo kedua. Acara peluncuran bakal digelar di dua lokasi penuh sejarah:
* 9 Agustus 2025 – Lokananta Record Store, Solo dihadiri Budhi Karyadi dan Anton Christanto
* 10 Agustus 2025 – Fifth Note, Yogyakarta dihadiri Venzha Christiawan
Setelah sukses dengan album solo perdananya, kali ini om Bagus kembali membawa kreativitasnya dalam balutan karya yang lebih matang dan personal. Persahabatan lama antara mereka tentu menjadi daya magnet—sebuah sinergi antara dunia medis, seni, dan musik yang dimulai lewat karaoke dan terus menguat seperti nada-nada melodi yang melekat.
Menutup dengan Tawa & Resonansi Waktu
Persahabatan mereka adalah bukti bahwa waktu dan lauh karier berbeda bukan penghalang—melainkan jembatan. Dari karaoke hingga pameran seni futuristik, mereka tetap menyulam ikatan dengan tawa, apresiasi, dan saling mendukung.
Bagi om Bagus, Budhi (BK), Anton, dan Venzha, ini bukan sekadar hadir di acara teman lama. Ini adalah momen merayakan 21 tahun perjalanan, momen mengenang malam karaoke penuh canda, momen melihat sahabat yang dulu menggetarkan Boyolali kini menggetarkan panggung nasional lewat karya pribadinya.
Persahabatan ini membuktikan, waktu boleh berjalan, profesi boleh berbeda, tapi ikatan yang dibangun dengan tawa, musik, dan ketulusan—akan bertahan selamanya. Karena bagi mereka, musik bukan hanya soal nada dan lirik, tapi juga tentang jiwa-jiwa yang saling menemukan di tengah dentuman drum dan petikan gitar.