Oleh : Drs. Muhammad.Bardasyah. Ch.Cht
Mudanews.com-Opini | Beberapa negara di dunia berhasil bangkit dari keterpurukan ekonomi, politik, atau sosial melalui kebijakan transformasional dan kepemimpinan yang visioner.
Singapura, Rwanda, Korea Selatan, dan India adalah contoh nyata bagaimana pemimpin yang tepat dapat membawa perubahan dramatis, bahkan di tengah tantangan multidimensi.
Artikel ini akan menganalisis langkah-langkah konkret yang diambil keempat negara tersebut serta mengulas karakteristik kepemimpinan yang menjadi kunci kesuksesan mereka.
𝐋𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡-𝐋𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐭𝐚𝐧 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚
1.Singapura: Membangun Ekonomi dari Nol.
Setelah merdeka dari Malaysia pada 1965, Singapura menghadapi pengangguran massal, konflik etnis, dan ketiadaan sumber daya alam.
Di bawah Lee Kuan Yew (1959–1990), negara ini menerapkan strategi berikut:
– Pembangunan Ekonomi Berbasis Perdagangan: Fokus pada industri manufaktur, pelabuhan internasional, dan jasa keuangan untuk menarik investasi asing.
– Pemberantasan Korupsi: Membentuk Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) dan menerapkan hukum yang ketat.
– Investasi SDM: Pendidikan bilingual (Inggris dan bahasa ibu) serta pelatihan keterampilan teknis untuk menciptakan tenaga kerja kompetitif.
– Stabilitas Politik: Kebijakan meritokrasi dan penekanan pada harmoni sosial untuk mencegah konflik etnis.
Hasil: GDP per kapita melonjak dari US$500 (1965) menjadi US$88.450 (2023) (World Bank, 2023).
2.Rwanda: Rekonsiliasi dan Pembangunan Pasca-Genosida.
Pasca-genosida 1994 yang menewaskan 800.000 orang, Rwanda di bawah Paul Kagame (2000–sekarang) melakukan:
– Rekonsiliasi Nasional: Pengadilan Gacaca (pengadilan tradisional) untuk memulihkan keadilan tanpa memicu balas dendam.
– Pembangunan Infrastruktur: Jalan, rumah sakit, dan jaringan internet nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
– Digitalisasi: Rwanda menjadi pusat teknologi di Afrika dengan kebijakan seperti “Smart Rwanda” dan kerja sama dengan perusahaan global.
– Kebersihan dan Tata Kelola: Larangan plastik dan sistem pemerintahan yang transparan meningkatkan citra negara.
Hasil: Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun (World Bank, 2022).
3.Korea Selatan: Industrialisasi dan Inovasi Teknologi
Pasca-Perang Korea (1950–1953), Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia. Di bawah Park Chung-hee (1961–1979), langkah yang diambil meliputi:
– Industrialisasi Berorientasi Ekspor: Membangun chaebol (konglomerat seperti Samsung dan Hyundai) dengan dukungan pemerintah.
– Investasi Pendidikan: Sistem pendidikan ketat dan alokasi 20% APBN untuk pendidikan (Bank of Korea, 2020).
– Reformasi Lahan Pertanian: Redistribusi tanah untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
– Transisi ke Demokrasi: Meski dimulai dengan rezim otoriter, pembangunan ekonomi menjadi fondasi demokratisasi.
Hasil: GDP per kapita naik dari US$67 (1960) menjadi ekonomi terbesar ke-10 dunia (IMF, 2023).
4.India: Liberalisasi Ekonomi dan Revolusi TI.
India terjebak dalam “Hindu Rate of Growth” (pertumbuhan stagnan 3-4%) hingga 1991. Di bawah P.V. Narasimha Rao dan Manmohan Singh, reformasi dilakukan melalui:
– Liberalisasi Ekonomi: Mengurangi lisensi industri, membuka pasar untuk investasi asing, dan privatisasi BUMN.
– Revolusi Teknologi Informasi: Insentif untuk industri TI, menjadikan India “Back Office of the World”.
– Penguatan Sektor Keuangan: Reformasi perbankan dan pasar modal untuk stabilitas makroekonomi.
Hasil: Pertumbuhan ekonomi melesat dari 1,1% (1991) menjadi rata-rata 7% pasca-reformasi (World Bank, 2021).
𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥: 𝐕𝐢𝐬𝐢, 𝐊𝐚𝐫𝐚𝐤𝐭𝐞𝐫, 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐫𝐚𝐦𝐩𝐢𝐥𝐚𝐧.
Keberhasilan keempat negara ini tidak lepas dari kepemimpinan yang memiliki ciri-ciri berikut:
1.Visi Jangka Panjang
– Lee Kuan Yew: Memimpikan Singapura sebagai “Swiss di Asia” dengan ekonomi berbasis pengetahuan.
– Paul Kagame: Visi “Rwanda 2050” untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi melalui digitalisasi.
– Park Chung-hee: Fokus pada industrialisasi sebagai jalan keluar dari kemiskinan.
– Manmohan Singh: Keyakinan pada ekonomi terbuka dan globalisasi sebagai solusi untuk India.
2.Ketegasan dan Disiplin
– Para pemimpin ini tidak ragu mengambil kebijakan tidak populer (contoh: Lee Kuan Yew memberantas korupsi dengan hukuman berat).
– Park Chung-hee memaksa chaebol untuk memenuhi target ekspor dengan insentif dan sanksi.
3.Pragmatisme Ekonomi
– Kebijakan berbasis bukti, seperti liberalisasi ekonomi India meski bertentangan dengan ideologi sosialis sebelumnya.
– Rwanda mengadopsi teknologi asing tanpa ragu untuk mempercepat pembangunan.
4.Kemampuan Membangun Institusi Kuat :
– Singapura membentuk birokrasi yang efisien dan bebas korupsi.
– Rwanda menciptakan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi namun terkoordinasi dengan baik.
5.Fokus pada SDM dan Infrastruktur
– Investasi besar-besaran di pendidikan (Korea Selatan) dan kesehatan (Rwanda).
– Pembangunan infrastruktur fisik (jalan, listrik) dan digital (internet broadband).
𝐊𝐞𝐬𝐢𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧
Kebangkitan Singapura, Rwanda, Korea Selatan, dan India menunjukkan bahwa kombinasi kepemimpinan visioner, kebijakan pragmatis, dan tata kelola yang baik adalah kunci transformasi.
Pemimpin seperti Lee Kuan Yew, Paul Kagame, Park Chung-hee, dan Manmohan Singh memiliki visi jangka panjang, ketegasan, dan kemampuan membangun institusi yang kuat.
Pelajaran dari mereka relevan bagi negara-negara yang masih berjuang keluar dari keterpurukan.
𝐑𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐬𝐢
1. 𝘉𝘉𝘊. (2019). 𝘙𝘸𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘨𝘦𝘯𝘰𝘤𝘪𝘥𝘦: 100 𝘥𝘢𝘺𝘴 𝘰𝘧 𝘴𝘭𝘢𝘶𝘨𝘩𝘵𝘦𝘳. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘣𝘣𝘤.𝘤𝘰𝘮
2. 𝘉𝘢𝘯𝘬 𝘰𝘧 𝘒𝘰𝘳𝘦𝘢. (2020). 𝘌𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘨𝘳𝘰𝘸𝘵𝘩 𝘰𝘧 𝘚𝘰𝘶𝘵𝘩 𝘒𝘰𝘳𝘦𝘢: 1960–2020. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘣𝘰𝘬.𝘰𝘳.𝘬𝘳
3. 𝘐𝘔𝘍. (2023). 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘌𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘖𝘶𝘵𝘭𝘰𝘰𝘬 𝘋𝘢𝘵𝘢𝘣𝘢𝘴𝘦. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘪𝘮𝘧.𝘰𝘳𝘨
4. 𝘓𝘦𝘦, 𝘒. 𝘠. (2000). 𝘍𝘳𝘰𝘮 𝘛𝘩𝘪𝘳𝘥 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘵𝘰 𝘍𝘪𝘳𝘴𝘵: 𝘛𝘩𝘦 𝘚𝘪𝘯𝘨𝘢𝘱𝘰𝘳𝘦 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺. 𝘏𝘢𝘳𝘱𝘦𝘳𝘊𝘰𝘭𝘭𝘪𝘯𝘴.
6. 𝘔𝘤𝘒𝘪𝘯𝘴𝘦𝘺 & 𝘊𝘰𝘮𝘱𝘢𝘯𝘺. (2020). 𝘐𝘯𝘥𝘪𝘢’𝘴 𝘵𝘶𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵: 𝘈𝘯 𝘦𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘢𝘨𝘦𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘰 𝘴𝘱𝘶𝘳 𝘨𝘳𝘰𝘸𝘵𝘩 𝘢𝘯𝘥 𝘫𝘰𝘣𝘴. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘮𝘤𝘬𝘪𝘯𝘴𝘦𝘺.𝘤𝘰𝘮
6. 𝘗𝘢𝘯𝘢𝘨𝘢𝘳𝘪𝘺𝘢, 𝘈. (2008). 𝘐𝘯𝘥𝘪𝘢: 𝘛𝘩𝘦 𝘦𝘮𝘦𝘳𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘨𝘪𝘢𝘯𝘵. 𝘖𝘹𝘧𝘰𝘳𝘥 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘪𝘵𝘺 𝘗𝘳𝘦𝘴𝘴.
7. 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘉𝘢𝘯𝘬. (2021). 𝘐𝘯𝘥𝘪𝘢’𝘴 𝘦𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘳𝘦𝘧𝘰𝘳𝘮𝘴: 1991 𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘦𝘺𝘰𝘯𝘥. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥𝘣𝘢𝘯𝘬.𝘰𝘳𝘨
8. 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘉𝘢𝘯𝘬. (2022). 𝘙𝘸𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘦𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘶𝘱𝘥𝘢𝘵𝘦. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥𝘣𝘢𝘯𝘬.𝘰𝘳𝘨
9. 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘉𝘢𝘯𝘬. (2023). 𝘚𝘪𝘯𝘨𝘢𝘱𝘰𝘳𝘦 𝘎𝘋𝘗 𝘱𝘦𝘳 𝘤𝘢𝘱𝘪𝘵𝘢. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘥𝘢𝘵𝘢.𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥𝘣𝘢𝘯𝘬.𝘰𝘳𝘨.
Penutup
Tulisan ini merupakan hasil analisis Drs. Muhammad Bardansyah mengenai kebijakan dan strategi pembangunan nasional dengan merujuk pada studi kasus dari beberapa negara yang berhasil bangkit dari keterpurukan. Harapannya, Indonesia dapat memetik pelajaran berharga dari kepemimpinan yang visioner dan keberanian membuat terobosan. Sebab pada akhirnya, perubahan besar hanya mungkin terjadi bila dipandu oleh pemimpin yang tidak sekadar menjabat, tapi sungguh-sungguh membimbing.
(Redaksi)
Tentang Penulis:
Drs. Muhammad Bardansyah, Ch.Cht adalah penulis dan pengamat kebijakan publik serta sosial-budaya. Ia aktif menulis di berbagai media, termasuk Mudanews.com, dengan fokus pada isu transformasi bangsa, kepemimpinan visioner, dan pembangunan karakter generasi muda.