Anton Christanto
Pengamat dan Pemerhati Sosial Politik di Boyolali
Mudanews.com OPINI – Ijazah Itu Tanda Pernah Sekolah, Bukan Tanda Orang Pintar
Di era informasi saat ini, masyarakat semakin kritis menilai para pemimpin. Salah satu isu yang sering memicu perdebatan adalah tingkat pendidikan formal atau ijazah yang dimiliki seorang pemimpin, apalagi ketika muncul tuduhan soal keaslian ijazah. Dalam riuhnya perdebatan, muncul pertanyaan mendasar: Apakah keberhasilan seorang pemimpin benar-benar ditentukan oleh tingginya ijazah formal yang dimilikinya?
Apakah tanpa ijazah tinggi seseorang tidak layak menjadi pemimpin? Apakah orang berijazah tinggi otomatis sukses memimpin?
I. Sejarah dan Fakta: Banyak Pemimpin Besar Tanpa Ijazah Tinggi
- Nabi Muhammad SAW: Pemimpin Tanpa Pendidikan Formal
Nabi Muhammad SAW adalah contoh abadi pemimpin agung tanpa pendidikan formal. Beliau buta huruf (ummi), namun berhasil memimpin revolusi spiritual dan sosial terbesar dalam sejarah manusia. Keberhasilan beliau lahir dari:
* Integritas pribadi (kejujuran, amanah)
* Kecerdasan sosial dan komunikasi
* Keberanian dan visi jauh ke depan
Nabi membuktikan bahwa kepemimpinan bukanlah soal ijazah, tetapi soal karakter dan misi hidup. - Pemimpin Nasional Tanpa Gelar Tinggi
Beberapa pemimpin Indonesia yang sukses meskipun tidak berlatar belakang akademik tinggi:
* Soeharto: Presiden RI ke-2 yang memimpin Indonesia lebih dari 30 tahun. Hanya mengenyam pendidikan militer dan tidak memiliki gelar sarjana, tetapi berhasil menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi.
* Megawati Soekarnoputri: Presiden RI ke-5, tidak menamatkan kuliah di Fakultas Pertanian UI, tetapi mampu memimpin dalam masa transisi demokrasi pasca-Reformasi.
* KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Meskipun belajar di Timur Tengah dan Perancis, Gus Dur tidak lulus formal, namun dengan kecerdasannya, beliau menjadi Presiden RI ke-4 dan tokoh pluralisme dunia. - Pemimpin Dunia Tanpa Ijazah Tinggi
* Abraham Lincoln: Presiden AS ke-16, belajar otodidak tanpa pendidikan formal, tapi dikenang sebagai pemimpin besar yang menghapus perbudakan.
* Winston Churchill: PM Inggris saat Perang Dunia II, bukan siswa cemerlang, bahkan gagal dalam berbagai pelajaran, namun menjadi simbol keteguhan dan inspirasi.
* Nelson Mandela: Meskipun Mandela sempat kuliah hukum, ia tidak menyelesaikan pendidikan formal dengan gelar tinggi, namun menjadi ikon perjuangan anti-apartheid dan Presiden Afrika Selatan.
* Bill Gates (pendiri Microsoft), Steve Jobs (pendiri Apple), dan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) — semuanya drop out dari perguruan tinggi, tetapi menjadi pemimpin dan inovator global.
II. Pemimpin dengan Ijazah Tinggi yang Juga Sukses
Namun, kita juga harus adil melihat fakta bahwa banyak pemimpin sukses yang memiliki latar belakang pendidikan formal tinggi, yang menjadi modal penting dalam membentuk kapasitas berpikir dan kebijakan.
- Pemimpin Nasional Berijazah Tinggi
* BJ Habibie: Presiden RI ke-3, lulusan universitas bergengsi di Jerman, doktor bidang teknik, berhasil memimpin transisi demokrasi dan membebaskan Timor Timur.
* Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): Presiden RI ke-6, doktor bidang keamanan dan politik, membawa Indonesia masuk dalam periode stabilitas ekonomi dan politik. - Pemimpin Dunia Berijazah Tinggi
* Barack Obama: Presiden AS ke-44, lulusan Harvard Law School, dikenal dengan kemampuan berpikir strategis, orasi yang memukau, dan kebijakan reformis.
* Angela Merkel: Kanselir Jerman, lulusan doktor fisika, menjadi salah satu pemimpin paling stabil dan berpengaruh di Eropa selama dua dekade.
* Lee Hsien Loong: Perdana Menteri Singapura, lulusan Cambridge dan Harvard, berhasil membawa negaranya menjadi salah satu pusat keuangan dan teknologi dunia.1. Pemimpin Nasional Berijazah Tinggi
* BJ Habibie: Presiden RI ke-3, lulusan universitas bergengsi di Jerman, doktor bidang teknik, berhasil memimpin transisi demokrasi dan membebaskan Timor Timur.
* Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): Presiden RI ke-6, doktor bidang keamanan dan politik, membawa Indonesia masuk dalam periode stabilitas ekonomi dan politik.
III. Pendidikan Formal: Mengapa Tetap Penting?
Melihat fakta-fakta di atas, jelas bahwa:
* Banyak yang sukses tanpa ijazah tinggi.
* Banyak pula yang sukses karena punya fondasi pendidikan formal yang kuat.
Artinya, pendidikan bukan satu-satunya penentu, tetapi tetap memiliki nilai penting.
- Apa Fungsi Sekolah dan Ijazah?
* Membuka peluang: Pendidikan memperbesar kesempatan seseorang untuk masuk ke berbagai bidang kehidupan.
* Membangun logika berpikir dan sistematika.
* Melatih kedisiplinan, tanggung jawab, dan komitmen.
Sekolah dan ijazah tidak menjamin sukses, tetapi memperbesar probabilitas sukses. Pendidikan formal bisa menjadi jembatan menuju kesempatan dan pemahaman dunia yang lebih luas. - Sekolah Tidak Bisa Mengajarkan Segalanya
Karakter: Kejujuran, keberanian, dan empati lebih banyak diasah oleh pengalaman hidup.
Kepemimpinan alami: Beberapa orang memang terlahir sebagai pemimpin, dengan bakat interpersonal yang tidak bisa diajarkan di ruang kelas.
IV. Menjawab Pertanyaan Kritis: Kalau Begitu, Apakah Sekolah Tidak Perlu?
Ini adalah pertanyaan yang sering muncul. Jawabannya adalah:
✅ Sekolah tetap sangat perlu sebagai jalan untuk memperbesar peluang.
✅ Ijazah tetap penting, terutama dalam sistem birokrasi dan legal formal.
✅ Namun, ijazah bukan ukuran tunggal dalam menentukan kualitas dan kesuksesan kepemimpinan.
Tidak semua orang yang tidak berijazah akan sukses seperti Bill Gates atau Soeharto. Tidak semua yang berijazah tinggi akan menjadi seperti BJ Habibie atau Obama. Yang paling menentukan tetaplah:
* Karakter
* Kejujuran
* Kerja keras
* Kemampuan membaca zaman dan menggerakkan orang lain
V. Kesimpulan : Memahami Ijazah dan Kepemimpinan Secara Proporsional
- Ijazah adalah tanda pernah sekolah, bukan tanda kebijaksanaan atau kapasitas memimpin.
- Kepemimpinan sejati lahir dari kombinasi pengetahuan, pengalaman, karakter, dan intuisi.
- Pendidikan formal memperbesar kemungkinan sukses, tetapi bukan satu-satunya jalan.
- Masyarakat perlu menilai pemimpin bukan sekadar dari gelar, tapi dari visi, integritas, dan hasil nyata.
Seperti kata pepatah:
> “Ijazah bisa dicetak, karakter tidak bisa dipalsukan.”

