Oleh : Dr. SUHERI HARAHAP, M.Si Dosen FIS UINSU
Mudanews.com-Opini | Menempatkan Prodi Sejarah Peradaban Islam di bawah Fakultas Ilmu Sosial adalah sebuah langkah yang sangat cocok, logis, dan strategis dengan beberapa argumen kuat:
Kesamaan Objek dan Metodologi: Fakultas Ilmu Sosial mengkaji masyarakat dan interaksi di dalamnya. Prodi Sejarah Peradaban Islam secara spesifik mengkaji masyarakat Islam dalam perspektif historis dan sosiologis. Metodologi yang digunakan seperti studi kasus, analisis wacana, dan pendekatan kualitatif lainnya sangat bersinggungan erat dengan metode dalam Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Politik.
Penguatan Identitas FIS UINSU: Kehadiran Prodi SPI akan memberikan “warna” khas keislaman yang kuat pada FIS UINSU, membedakannya dari FIS di universitas umum. Ini akan menciptakan sebuah ekosistem akademik yang fokus mengkaji isu-isu sosial kontemporer dengan landasan pemahaman historis-peradaban yang kokoh.
Potensi Sinergi Antar-Prodi:
Dengan Sosiologi: Mahasiswa SPI dapat mempelajari teori-teori sosiologi untuk membedah struktur sosial kota Baghdad abad ke-9, sementara mahasiswa Sosiologi bisa mendapatkan konteks historis tentang masyarakat Muslim.
Dengan Ilmu Politik: Kajian tentang sistem khilafah di Prodi SPI akan memperkaya pemahaman mahasiswa Ilmu Politik tentang ragam sistem politik di luar demokrasi liberal.
Dengan Ilmu Komunikasi: Sinergi dalam mengkaji media, propaganda, dan komunikasi massa dalam konteks sejarah dan dunia Islam kontemporer.
Saran Berbasis Kajian untuk Pengembangan Program Studi
Untuk memaksimalkan potensi Prodi Sejarah Peradaban Islam di UINSU, berikut adalah beberapa saran strategis:
Penguatan Kurikulum Berbasis Keterampilan (Skill-Based Curriculum):
Jangan hanya fokus pada teori. Wajibkan mata kuliah praktis seperti “Digital Humanities untuk Kajian Peradaban” (meliputi GIS mapping untuk rute sejarah, digitalisasi manuskrip), “Penulisan Kreatif Sejarah”, dan “Manajemen Proyek Budaya”.
Tawarkan konsentrasi studi yang jelas, misalnya: “Diplomasi dan Analisis Kawasan” atau “Industri Kreatif dan Warisan Budaya”.
Mendirikan “Laboratorium Peradaban Digital”:
Ciptakan sebuah lab yang menjadi pusat kegiatan mahasiswa untuk proyek-proyek inovatif, seperti membuat model 3D arsitektur Islam yang telah punah, analisis big data dari teks-teks klasik, atau produksi konten virtual reality (VR) untuk pariwisata sejarah.
Bangun Kemitraan Strategis yang Konkret:
Jalin kerja sama (MoU) dengan Kementerian Luar Negeri, Museum Nasional, Arsip Nasional (ANRI), Perpustakaan Nasional, dan rumah-rumah produksi film. Tujuannya adalah untuk program magang yang terstruktur, dosen tamu praktisi, dan proyek riset bersama.
Internasionalisasi Program:
Secara proaktif membangun program pertukaran mahasiswa atau short course dengan universitas yang memiliki pusat studi Islam/Timur Tengah terkemuka, seperti di Turki, Malaysia, Mesir, atau bahkan universitas Barat seperti Leiden University.
Branding yang Agresif dan Tepat Sasaran:
Prodi harus gencar mengkomunikasikan prospek kerjanya yang luas di luar profesi keagamaan. Adakan seminar karir secara rutin dengan mengundang alumni atau praktisi dari berbagai sektor. Gunakan media sosial untuk menampilkan proyek-proyek keren mahasiswa agar menarik minat calon mahasiswa baru yang berkualitas.
Dengan arah yang tepat, Prodi Sejarah Peradaban Islam UINSU tidak hanya akan menjadi pusat studi sejarah, tetapi juga menjadi pabrik yang mencetak analis, diplomat, dan kreator masa depan yang memiliki pemahaman dunia yang dalam, berakar pada kearifan peradaban, dan relevan dengan tantangan zaman.**[]