Strategi Indonesia Hadapi Badai Perang Dunia III: Diplomasi, Pangan, dan Pertahanan Tanpa Bergantung Global

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Drs. Muhammad Bardansyah . Ch.Cht 

Mudanews.com-Opini | Beberapa hari ini perhatian masyarakat terfokus pada perang Iran Vs Israel.

Hampir semua chanel TV mainstrem maupun chanel-chanel media sosial menampilkan berita saling serang dari negara yang saling bermusuhan ini.

Akan tetapi hanya sedikit chanel (bukan tidak ada ) yang membahas persiapan Indonesia jika perang ini menyulut eskalasi lebih lanjut.

Mengapa ini menarik perhatian saya ? karena perang yang sedang terjadi bisa jadi menarik negara-negara lain terlibat dalam peperangan ini, bahkan bisa jadi memicu perang dunia ketiga.

Mencermati hal ini tentu harus ada Langkah-langkah persiapan lebih lanjut dari Indonesia untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan.

Pada tulisan kali ini saya  mengulas pandangan saya mengenai Langkah-langkah yang seharusnya di lakukan oleh Indonesia dengan mengutif berbagai referensi sebagai dasar dari tulisan ini.

Ini hanya sebuah pemikiran dari pengamatan saya atas situasi yang sedang terjadi. Langkah konkrit yang lebih comprehensive tentu akan dilakukan oleh pemimpin negeri ini dengan para ahli yang membantu mereka.

Tulisan ini hanyalah umpan lambung, dan saya tidak tau juga apakah para fihak yang berkompeten sudah memikirkan hal ini.

𝐃𝐢𝐩𝐥𝐨𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐌𝐚𝐫𝐢𝐭𝐢𝐦 𝐍𝐞𝐭𝐫𝐚𝐥: 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐚𝐠𝐚 𝐉𝐚𝐥𝐮𝐫 𝐏𝐞𝐫𝐝𝐚𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧

Indonesia perlu mengaktivasi peran historisnya sebagai penjaga perdamaian Nusantara. Dengan memanfaatkan keanggotaan di ASEAN dan Gerakan Non-Blok, diplomasi harus fokus pada tiga aksi konkret:

Pertama, mendeklarasikan seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai Zona Damai Internasional yang diawasi TNI AL dan patroli multinasional ASEAN.

Kedua, membentuk Dewan Mediasi Krisis ASEAN beranggotakan negara netral sebagai buffer politik.

“Ketiga, menawarkan Jakarta sebagai  Kota Suaka Diplomasi untuk perundingan damai, melanjutkan tradisi netralitas aktif Indonesia sejak Konferensi Asia-Afrika 1955.”

𝐑𝐞𝐯𝐨𝐥𝐮𝐬𝐢 𝐊𝐞𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐃𝐚𝐫𝐮𝐫𝐚𝐭: 𝐃𝐚𝐫𝐢 𝐈𝐦𝐩𝐨𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐊𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢𝐚𝐧

Ketergantungan pada impor gandum merupakan bom waktu strategis. Dalam tempo 24 bulan, Indonesia dapat melakukan transformasi radikal:

– Mengkonversi 5,4 juta hektar lahan sagu Papua menjadi lumbung karbohidrat nasional, cukup memberi makan 300 juta orang selama 5 tahun.

– Membangun jaringan silo bawah tanah di bekas tambang Kalimantan dengan kapasitas 7 juta ton beras tahan radiasi.

– Mengganti 60% konsumsi terigu dengan tepung sagu dan sorgum melalui program masif pelatihan UMKM dan insentif fiskal.

– Memastikan aktivasi sistem distribusi darurat dengan basis kapal perang TNI AL yang dapat menjangkau pulau terpencil saat gangguan logistik terjadi.

𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝐦 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐩𝐮𝐥𝐚𝐮𝐚𝐧: 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐨𝐠𝐫𝐚𝐟𝐢 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐁𝐞𝐧𝐭𝐞𝐧𝐠

Kepulauan Nusantara bukan kerentanan, melainkan benteng alam. Strategi pertahanan harus berbasis pada tiga lapis pertahanan:

1. Perisai Sensor: Jaringan 120 satelit mikro pengintai orbit rendah dan drone maritim buatan PT Dirgantara Indonesia yang memantau pergerakan kapal asing 24 jam.

2. Penghalang Asimetris : Penyebaran sistem rudal anti-kapal C-705 dan BrahMos di pulau terluar seperti Natuna dan Miangas, dilindungi bunker bawah tanah.

3. Strategi Gerilya Bahari : Pasukan khusus TNI AL terlatih operasi rawa-rawa dan karang, mampu melumpuhkan kapal musuh di selat sempit dengan ranjau pintar dan serangan kilat.

𝐒𝐤𝐞𝐦𝐚 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩 𝐃𝐚𝐫𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐫𝐛𝐚𝐬𝐢𝐬 𝐄𝐤𝐨𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐦

Pada fase konvensional, langkah kritis meliputi moratorium ekspor semua komoditas strategis (CPO, nikel, timah) untuk stok darurat nasional. Ketika eskalasi nuklir terjadi:

– Mengaktivasi Operasi Pindah Gunung : Evakuasi penduduk perkotaan ke komunitas agroforestry di pedalaman Kalimantan dan Sulawesi yang dilengkapi bunker pangan.

– Mengkonversi tambang bawah tanah menjadi Bio-Dome Tahan Radiasi dengan sistem hidroponik berenergi panas bumi.

– Memberlakukan sistem ekonomi Barter Komunitas berbasis emas fisik dan pangan lokal untuk menghindari kolaps mata uang.

𝐏𝐨𝐫𝐨𝐬 𝐒𝐨𝐥𝐢𝐝𝐚𝐫𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐆𝐥𝐨𝐛𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧

Membangun aliansi alternatif dengan negara-negara netral pemilik cadangan pangan besar:

– Membentuk Persekutuan Lumbung Pangan Global dengan Brasil (daging), Thailand (beras), dan Argentina (gandum) melalui sistem barter tanpa dolar AS.

– Menciptakan Jaringan Logistik Bebas Sanksi melalui rute laut selatan Papua Nugini – Pasifik Selatan – Amerika Selatan.

– Menginisiasi Bank Benih Global Selatan di Papua sebagai cadangan biodiversitas dunia jika terjadi bencana ekologis.

𝐏𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫: 𝐌𝐮𝐬𝐢𝐦 𝐃𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐓𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐤𝐚𝐧

Para ahli menegaskan bahwa tidak ada strategi yang efektif menghadapi musim dingin nuklir.

Jika suhu global turun 10°C, sawah tropis akan membeku dan perikanan kolaps. Karena itu, diplomasi pencegahan melalui kekuatan ASEAN menjadi senjata utama. Indonesia harus memimpin inisiatif pembentukan Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara yang diperkuat sistem peringatan dini satelit.

𝐄𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠: 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐍𝐮𝐬𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐏𝐞𝐫𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧

Kekuatan Indonesia terletak pada biodiversitas, geografi strategis, dan tradisi diplomasi. Dengan fokus pada:

1. Transformasi sistem pangan berbasis komoditas lokal

2. Optimalisasi pertahanan maritim berbasis ekosistem kepulauan

3. Kepemimpinan diplomasi netral melalui platform ASEAN

Indonesia dapat menjadi oasis stabilitas di tengah badai perang. Seperti kata bijak nenek moyang: “Selamatkan benih, lindungi laut, jaga persaudaraan – maka Nusantara akan tetap berdiri ketika dunia gempar.”  []

Daftar Referensi  

1. ASEAN Secretariat. (2023). ASEAN Regional Forum Annual Security Outlook. Jakarta.

2. Kementerian Pertanian. (2024). Masterplan Ketahanan Pangan Berbasis Sagu 2024-2045. Jakarta.

3. Pusat Studi Strategis TNI. (2024). Konsep Pertahanan Asimetris Maritim Nusantara. Jakarta.

4. Food and Agriculture Organization. (2023). The State of Global Food Security in Crisis Context. Rome.

5. Robock, A. & Toon, O.B. (2012). Climate Effects of Nuclear Conflict. Science, 315(5816), 1224-1225.

6. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. (2024). Sistem Satelit Pengawasan Maritim Nasional. Jakarta.

7. Center for International Forestry Research. (2024). Agroforestry as Crisis Resilience Strategy. Bogor.

8. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2024). Pemanfaatan Tambang Bawah Tanah untuk Infrastruktur Strategis. Jakarta.

Berita Terkini