Sanksi Ekonomi Iran … ?

Breaking News
- Advertisement -

Oleh :  Erizeli Bandaro

Mudanews.com OPINI – Saya ada ketemuan dengan teman di cafe Hotel. Aling dan Awi ikut dampingi saya. Teman yang saya temui ini professor. Tidak ada yang khusus dibicarakan. Kebetulan dia datang ke Jakarta. Saya jamu  dia dengan hospitality. “ Ale,  asik banget ngobrol dengan dia. Hebat benar dia. Wawasannya luas sekali. Hampir dia ingat semua buku yang dia baca sebagai referensi. Dia keren habisss.” Kata Aling saat dalam kendaraan. Saya senyum aja. Awi yang setir kendaraan nyeletuk “ Baru kenal langsung jatuh cinta si Aling. “ Sambil geleng geleng kepala.

“ Ah diam kau. Mana ngerti kau soal sains. “ Bentak Aling ke Awi. “ Ale, kenapa kamu diam saja. Lebih banyak menyimak dan focus melayani dia. “ Tanya Aling

“ Dia professor. Udah mau aja dia bicara banyak, itu sudah kehormatan luar biasa untuk saya. Kan saya engga sarjana. Dengan menyimak kita mendapatkan banyak. Kita dapat memperoleh pengetahuan, memahami sudut pandang orang lain. Sebaliknya, terlalu banyak berbicara tanpa mendengarkan dapat membuat kita kehilangan kesempatan untuk belajar dan bahkan menimbulkan kesalahpahaman.” Kata saya.

“ Tadikan dia cerita soal ekonomi Iran selama sanksi ekonomi PBB. Kemiskinan 34% menurut versi World bank. Pertumbuhan ekonomi 1%. Inflasi diatas 30% pertahun. Saya pikir tadinya  jahat sekali PBB. Hanya karena alasan Iran mengayakan uranium untuk riset, malah dicurigai dan akhirnya kena sanksi Ekonomi. Eh ternyata elite politik Iran malah lebih jahat. Itu terbukti Corruption Perception Index sangat buruk. Lebih buruk dari Indonesia.  Pendapat kamu gimana.” Tanya Aling.

Saya diam saja. Aling terdidik baik di Singapore. Dia sarjana. Dunianya dunia akademis. Pertemuan dengan professor itu telah membenamkan persepsinya tentang Iran secara akademis. “ Pendapat apa lagi dari saya? Itu tidak akan bisa mengubah persepsinya ?  Jadi saya diam saja. Mending saya tidur aja di kendaraan.

“ Kamu kan ada bisnis di Iran. Tahulah realita disana.”  Kata Aling. Saya diam saja.

“ Wi, kamu pernah ke Taheran ? Tanya Aling.

“ Ngapain ke sana? Awi menggeleng. “ Bar untuk miras engga ada. Spa apalagi pasti engga ada. ” Lanjut Awi.

“ Di iran wanita dikekang. Engga bebas. Harus pakai pakaian muslim. Engga kebayang gimana kehidupan disana.” Kata Aling

“ Duh kalian ini ngomong apa sih? Kata saya tersenyum masam. “ Wanita Iran memang harus mengenakan pakaian muslim, terutama di instansi pemerintah dan sekolah. Tapi di tempat umum engga begitu ketat. Saya sering lihat wanita  di pasar dan di jalan tidak pakai jilbab dan dan tidak pakai burka. Memang tidak pakai rok mini atau Tank Top. Tetap dengan ciri khas pakaian wanita muslim. Wanita Iran bebas mengembangkan karirnya. Hanya saja tidak boleh jadi presiden. Saya lihat dari wajahnya mereka happy kok. Engga merasa tertekan. Soal miras memang dilarang keras. Rakyat nya engga ada masalah.  “ Kata saya.

“ Dan lagi ini soal keyakinan orang beragama. Jangan dijudge seenaknya. Engga baek. Apalagi kalian tidak pernah ke sana dan tidak pernah tinggal lebih 1 bulan. Hanya dengar dari orang dan baca berita dari kantor berita terafiliasi dengan Barat yang jelas musuh Iran.” Sambung saya. Aling dan Awi terdiam.

“ Katanya inflasi di Iran diatas 30%. Coba, gimana hidup dengan inflasi tinggi begitu. Harga melambung tiap tahun. 1/3 orang Iran hidup dalam kemiskinan menurut versi World bank.  Itu kan engga becus urus ekonomi ” Kata Aling. Saya tidak ada masalah dia bicara tentang data. Itu memang yang dirilis oleh World bank.

“ Inflasi tinggi, upah juga naik setiap tahun sekitar 30%. 1/3 dari populasi iran miskin menurut versi PBB, Ya!. Tetapi bandingkan dengan Indonesia  yang 2/3 miskin. Padahal ekonomi kita tidak di embargo PBB. Kita bisa bebas berhutang ke luar negeri. Iran tidak bisa karena sanksi ekonomi”  Kata saya tersenyum. Saya lirik Aling tertegun.

“Apa di Teheran ada MRT ? tanya Aling. Ini kesannya bukan mengejek tetapi memang ketidak tahuan. Tapi saya tahu. Dalam teori politik dan sosiologi, kalau ingin tahu good governance pemerintah ya lihatlah layanan transfortasi umumnya.

“ MRT iran termasuk terbaik dan terbesar di Timur Tengah. Fasilitas nya modern. Sudah terintegrasi. Ada 7 jalur Metero. Dengan panjang total sekitar 200 km lebih. Ongkos murah lagi. Kalau engga salah sekitar 5.000–8.000 rial. Itu engga lebih Rp. 3000 sekali jalan. Khusus lansia gratis. “ kata saya.

“ Kenapa bisa murah begitu ?

“ Karena infrastuktur MRT dan tekhnologinya tidak impor. Itu hampir 100% kemampuan dalam negeri iran sendiri. Makanya investasi murah dan tentu ongkos murah. Apalagi jumlah penumpang perhari bisa 3 juta. Cash flow besar tentu bisa nutupi biaya tetap. Beda dengan kita. Semua impor dan invest nya dari utang luar negeri. Makanya terkesan mahal.” Kata saya.

“ Ada internet disana ? Tanya Aling. Saya melirik ke Aling. Ini nanya apa becanda. Saya diam aja. “ Ale , seru Aling. “ Ada engga internet disana” kejarnya.

“ Duh ya ada tentunya. “ Kata saya cepat.

“ Terus..“

“ Hanya saja disana tidak ada sosial media seperti, Youtube, Google, Facebook. Mereka punya DNS sendiri. Tidak terhubung secara global. Makanya market place ecommerce seperti Unicorn engga berkembang disana. Pasar tradisional dan Mall masih jadi tujuan utama orang berbelanja. Interaksi sosial dan budaya masih nampak di Pasar umum. Tetap rame. Itu menggerakan ekonomi UKM. Sangat significant sumbangannya terhadap PDB. “ Kata saya.

Aling bengong. Sepertinya dia tidak percaya.

“ Beda dengan kita. Gara gara unicorn,  ecommerce dan outlet modern, pedagang tradisional dan Mall sepi pengunjung. Uang mengalir langsung ke produsen dan pedagang besar. ” Saya menambahkan. ” Sementara kita bangga masuk era 4 G, nyatanya Infrastruktur IT tergantung asing. Bahkan Unicorn semua punya asing. ” Saya tersnyum melihat Aling bengong.

“ Barang barang yang dijual barang impor ? Tanya Aling. Masih tidak yakin dia.

“Kan iran di banned international. Keadaan ini memaksa mereka membangun industry dalam negeri sendiri. Makanya industry dari kelas UKM sampai besar, tumbun sustain. Karena didukung market domestic. Sumbangan konsumsi domestic terhadap PDB hampir 70%. “ Kata saya tersenyum.

“ Harga kebutuhan pokok gimana ? Pasti mahal dibandingkan Indonesia. Kan inflasi “ Tanya Aling.

“ Relatif sama dengan Indonesia. Itu saya rasakan waktu makan di restoran di Teheran. Bill tidak jauh beda dengan di Indonesia. “ kata saya.

“ Tadi kata professor. Corruption Perception Index Iran masih buruk  dan bahkan lebih buruk dari Indonesia. “ Kata Aling. Lagi lagi ujungnya bahas korupsi dengan standar survey barat.  Mending saya diam aja.

“Ale, jelaskan saja. Menurut pengamatan kamu. “ Kejar aling.

“ Duh gimana saya harus jelaskan. Kita membicarakan sesuatu terhadap negara dengan standar yang sangat berbeda dari negara lain. Iran itu  negara yang kena banned international. Mereka sedang berperang dengan system dunia yang punya standar ganda. Sulit jelaskannya.” Kata saya.

“ Ya jelaskan aja..” Kata Aling ngotot.

“ Hukum dan UU Iran itu hybrid, yang menggabungkan prinsip-prinsip Jaʿfari dan hukum sipil. Namun prinsip Ja’fari sangat dominan. Iran sangat kawatir dengan Oligarki bisnis. Karena itu bisa menghancurkan tatananan politik dan agama mereka. Apa jadinya kalau sampai oligarki mengontrol ekonomi iran. Lihat aja Indonesia. Begitu kaya SDA, gara gara oligarki idiologi dan prinsip agama dipunggungi. SDA habis, makmur juga engga. Malah hutang terus bertambah

Kalau itu tejadi di Iran, bisa bubar rezim. Dan itu yang diinginkan oleh pihak Barat dan AS. Makanya urus izin bisnis di Iran sangat ketat dan lambat sekali prosesnya. Pengawasannya berlapis. Bukan sekedar bisnis. Tapi bagi orang Barat, itu membuat persepsi tentang korupsi buruk. Ya udah. Mau gimana lagi”  Kata saya.

“ Oh pantes kata professor tadi tingkat  easy of doing business Iran buruk banget. Tapi ICOR hanya 3, sedangkan Indonesia  ICOR nya 7. Utang terhadap PDB hanya 1%. Bandingkan dengan Indonesia yang mencapai 40%.  Artinya secara makro ekonomi Iran efisien dan efektif. “ Kata Aling mengangguk.

‘ Di Iran pasti ada dong konglo. “ Kata Awi dengan kesan bertanya logis.

“ Oh ya pasti ada.” Jawab saya tegas. “ Mayoritas pengusaha kaya di Iran berasal dari bisnis Industri makanan & agribisnis, dan industri tradisional, seperti pabrik tekstil, permadani, tableware dan lain lain. Ada juga yang kaya berkat bisnis perdagangan minyak dan mineral tambang. Tetapi engga banyak. Mereka memang diperlukan untuk melindungi iran dari dampak sanksi ekonomi PBB. Mereka jago counter trade international“ Kata saya mencoba rebahkan kepala untuk tidur di dalam kendaraan.

“ Ada juga seperti Babak Zanjani dari Sorinet Group. Dia kaya dari trading oil and gas. Kemudian berkembang ke bisnis kosmetik, perbankan, aviasi, infrastruktur, dan property. Itu kena tebas akhirnya. Dipenjara karena tuduhan korupsi. Enggga mudah kaya untuk bisa beli hukum dan kekuasaan” Lanjut saya

“ Oh terjawab sudah kebingungan saya dari tadi. “ Kata Aling.” . Walau inflasi tinggi, tetapi karena ekonomi ditopang oleh kemandirian rakyat berproduksi dan berkonsumsi, ya wajar mereka bisa sustain. Jadi yang hebat, memang rakyat Iran. Artinya sanksi ekonomi itu bisa juga disebut sengsara membawa nikmat.” Kata Aling tersenyum. Saya engga response. Itu persepsi dia. Hak dia.

“ Gimana tingkat Pendidikan di Iran? Tanya Aling lagi.

“ Iran memiliki tenaga kerja yang cukup terdidik. Yang pasti engga pernah saya tahu ada yang buta huruf. Bahkan dunia mencatat Iran sebagai negara dengan over supply Sarjana dan S3.  Iran termasuk negara dengan tingkat brain drain atau migrasi tenaga intelektual tertinggi di dunia. Nah, bandingkan dengan kita yang hanya 10% sarjana. Mayoritas tamatan SD, SLTP dan SMU. Kita termasuk negara dengan tingkat buruh migran kelas rendah terbesar di dunia.

“ Kenapa bisa begitu ? tanya Aling.

“ Ya karena kebudayaan. Bagi mereka menuntut ilmu kewajiban. Sama seperti melaksanakan ibadah sholat.” Kata saya tersenyum. “  Pendidikan SD, SLTP dan SMU gratis. Tidak ada anak usia sekolah yang engga sekolah. Uang kuliah universitas juga sangat murah. Terutama yang Universitas negeri tidak lebih Rp 2 juta per semester. Yang swasta juga relative murah sekitar Rp. 16 juta per semester. “ Sambung saya.

“ Terus kenapa Iran membenci Yahudi” Tanya Aling. Saya mengerutkan kening. Ogah jawab.

“ Kenapa ?

“ Duh ling…” Saya berusaha tersenyum. “ satu satunya negara islam di Timur Tengah yang ada komunitas Yahudi hanya di Iran. Bahkan diakui secara resmi, lengkap dengan Sinagoga sekolah, dan perwakilan politik. “ Sambung saya.

“ Terus kenapa perang dengan Israel ? tanyanya Aling lagi.

“ Nah itu Politik. “ Jawab saya cepat. “ Itu mulai bermusuhan tahun 1979, sejak jatuhnya rezim Dinasti shah Reza Pahlevi dan tampil nya rezim Republik Islam Iran. Namun begitu, Iran tidak membenci rakyatnya yang Yahudi. Mereka bisa pisahkan mana politik dan mana personal.” Kata saya.

Aling mengangguk dan terdiam. Awi ketawa “ Kenapa lue ketawa? Kata Aling mengerutkan kening. “ Gimana masih jatuh cinta dengan si professor atau tetap kepada Ale.” Tanya Awi. Aling tabok bahu Awi yang sedang setir. Saya senyum aja.

 

Berita Terkini