Juni Bulan Bung Karno : Soekarno Menjual Mobil Untuk Membangun Patung Pancoran

Breaking News

- Advertisement -

Mudanews.com OPINI | Jakarta, tahun 1964. Kota itu tengah berubah. Gedung-gedung menjulang, jalan-jalan diperlebar, dan semangat kemerdekaan membara di setiap sudut ibu kota. Di tengah gegap gempita pembangunan, Presiden Soekarno yang akrab disapa Bung Karno memandang ke langit Jakarta dengan pandangan penuh harap.

“Aku ingin ada patung di sini,” ujarnya kepada para pembantunya, sambil menunjuk ke langit yang membentang di atas Pancoran. “Patung yang melambangkan semangat Indonesia menuju angkasa. Bangsa kita tak boleh hanya berjalan, kita harus terbang!”

Ide itu melahirkan Patung Dirgantara, yang kini dikenal sebagai Patung Pancoran. Tapi seperti banyak ide besar lainnya, mimpi Bung Karno tidak lahir tanpa tantangan. Negara tengah krisis. Dana pembangunan seret. Banyak pejabat mengeluh dana pembangunan terbatas, dan prioritas harus diarahkan ke sektor lain.

Tapi Bung Karno tak gentar. Ia tahu, simbol kadang lebih kuat dari ribuan pidato.

Lalu ia berkata, tenang namun pasti:
“Kalau negara tak punya uang, aku akan jual mobilku.”

Dan benar. Bung Karno menjual salah satu mobil pribadinya demi membiayai pembangunan patung itu. Sebuah tindakan yang mungkin kecil secara materi, tapi besar maknanya bagi bangsa yang masih muda dan tengah mencari jati diri.

Kini, Patung Dirgantara berdiri kokoh. Seorang manusia terbang, menatap masa depan. Simbol keberanian, kemajuan, dan mimpi besar yang tak mengenal batas. Setiap hari, jutaan orang melintas di bawahnya. Mungkin tak semuanya tahu, bahwa di balik patung itu, ada seorang presiden yang rela melepas kenyamanan pribadi demi semangat bangsa.

Itulah Bung Karno.
Seorang pemimpin yang tidak hanya membangun negara, tapi juga membangun imajinasi rakyatnya.

Penulis : Dahono Prasetyo
Sumber : Arsip Jakarta 1964

Berita Terkini